DENGAN SPESIFIKASI USAHA
PEMELIHARAAN STARTER-GROWER (0-21
MINGGU)
(Tugas
Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Unggas)
Oleh :

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2011
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Usaha Agribisnis ayam petelur merupakan usaha yang strategis
untuk dikembangkan. Telur merupakan bahan pangan yang banyak dikonsumsi
masyarakat dan banyak dibutuhkan oleh industri makanan. Telur merupakan pangan
padat gizi, karenanya telur merupakan sumber protein hewani, sumber asam lemak
tidak jenuh, sumber vitamin dan mineral. Telur sangat baik untuk anak-anak dan
orang dewasa, penderita diabetes (kencing manis) dan wanita yang ingin sehat
dan langsing sehingga peluang pemasarannya sangat strategis.
Usaha di bidang peternakan saat ini sangat terbuka lebar
karena kondisi alam yang memungkinkan dan adanya permintaan pasar yang semakin
meningkat. Banyak peraturan investasi yang dicabut dan peran pemerintah saat
ini hanya sebagai fasilitator saja. Selain itu, anggaran di bidang Peternakan
juga semakin mengecil sehingga peluang usaha sektor swasta semakin luas. Data dari Dinas Peternakan Provinsi Jawa
Tengah menunjukkan bahwa Produksi Telur di Jawa Tengah pada tahun 2006 mencapai
125.221.390 kg dengan jumlah populasi total 13.160.587 ekor.
Pada prinsipnya
setiap usaha memiliki keuntungan. Seperti usaha lainnya, usaha peternakan ayam
petelur ini mempunyai beberapa keuntungan, di antaranya dapat memberikan hasil
setiap hari berupa telur yang dapat dinkmati setiap hari oleh peternak serta
usaha ini membutuhkan lahan yang tidak terlalu luas. Dengan 100 ekor layer
hanya membutuhkan lahan minimum 50 m2. namun usaha ini juga
mempunyai kendala yaitu jika tidak dikelola secara baik, ternak akan mudah
terserang penyakit secara massal, perlu pengamanan baik agar tidak dicuri dan
polusi yang disebabkan oleh kotoran ternak yang bau.
Tujuan dari
pendirian perusahaan termasuk usaha agribisnis adalah untuk memperoleh laba
yang sebesar-besarnya sehingga dapat mempertahankan kelangsungan usahanya di
samping alasan lainnya. Oleh karena itu semua kegiatan yang dilakukan
perusahaan harus atau selalu diarahkan dalam pencapaian kestabilan kelangsungan
hidup dan perkembangan usaha.
Untuk mendapatkan ayam petelur yang berkualitas baik
diperlukan bibit yang baik dari peternak ayam petelur, tetapi untuk peternak
ayam petelur merasa susah untuk memelihara ayam untuk siap bertelur dan ayam
yang sudah berproduksi. Oleh karena itu, perlu adanya usaha peternakan yang
hanya khusus dalam satu bidang yaitu berternak ayam untuk dari awal sampai siap
bertelur dan beternak ayam yang sudah bertelur. Usaha beternak untuk ayam dari
DOC-siap bertelur sangat penting dilakukan.
Usaha beternak ayam layer dari
starter-grower memerlukan perhitungan dan manajemen yang lebih baik dari pada
ayam pedaging supaya mendapatkan hasil ayam yang siap bertlur yang berkualitas
baik.
Ayam petelur adalah ayam-ayam betina
dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ayam telah dikembangkan
sangat pesat di setiapa negara. Sentra peternakan ayam petelur sudah dijumpai
di seluruh pelosok Indonesia terutama ada di Pulau Jawa dan Sumatera, tetapi
peternakan ayam telah menyebar di Asia dan Afrika serta sebagian Eropa.
Jenis ayam petelur dibagi menjadi dua
tipe:
1)
Tipe
Ayam Petelur Ringan
2) Tipe Ayam Petelur Medium Bobot
tubuh ayam ini cukup berat.
Ayam-ayam petelur unggul yang ada sangat
baik dipakai sebagai plasma nutfah untuk menghasilkan bibit yang bermutu. Hasil
kotoran dan limbah dari pemotongan ayam petelur merupakan hasil samping yang
dapat diolah menjadi pupuk kandang, kompos atau sumber energi (biogas).
Sedangkan seperti usus dan jeroan ayam dapat dijadikan sebagai pakan ternak
unggas setelah dikeringkan. Selain itu ayam dimanfaatkan juga dalam upacara
keagamaan.
Persyaratan
Lokasi :
1) Lokasi
yang jauh dari keramaian/perumahan penduduk.
2) Lokasi
mudah dijangkau dari pusat-pusat pemasaran.
3) Lokasi
terpilih bersifat menetap, tidak berpindah-pindah.
Sebelum usaha beternak dimulai, seorang
peternak wajib memahami 3 (tiga) unsur produksi yaitu: manajemen (pengelolaan
usaha peternakan), breeding (pembibitan) dan feeding (makanan ternak/pakan)
Alas kandang yang digunakan kandang dengan
lantai kolong berlubang, lantai untuk sistem ini terdiri dari bantu atau kayu
kaso dengan lubang-lubang diantaranya, yang nantinya untuk membuang tinja ayam
dan langsung ke tempat penampungan;
Alas lantai/litter harus dalam keadaan
kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau
angin kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari
kulit padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasil serutan
kayu dengan panjang antara 3–5 cm untuk pengganti kulit padi/sekam. Tempat makan dan minum harus tersedia cukup,
bahannya dari bambu, almunium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga
tidak berkarat. Untuk tempat grit dengan kotak khusus
Peyiapan
bibit ayam petelur yang akan dipelihara haruslah memenuhi syarat
sebagai berikut, antara lain:
a) Ayam petelur harus sehat dan tidak
cacat fisiknya.
b)
Pertumbuhan dan perkembangan normal.
c) Ayam petelur berasal dari bibit yang
diketahui keunggulannya.
Pemberian pakan untuk pemberian pakan ayam petelur fase starter-grower
(umur 0-3 minggu). Kualitas dan kuantitas pakan fase starter-grower adalah
sebagai berikut: Kwalitas atau kandungan
zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium
(Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal. Kwantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 3
(empat) golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor; minggu
kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor; dan minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66
gram/hari/ekor. Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 3
minggu sebesar 882 gram.
Pemberian minum fase starter-grower (umur 1-21 hari) kebutuhan
air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu, yaitu minggu ke-1 (1-7 hari)
18 ml/hari/ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 31 ml/hari/ekor; minggu ke-3 (15-21
hari) 45 ml/hari/ekor. Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4
minggu adalah sebanyak 658 ml/ekor. Pemberian air minum pada hari pertama
hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya.
Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air.
Pemberian vaksinasi merupakan salah satu cara pengendalian
penyakit virus yang menular dengan cara menciptakan kekebalan tubuh.
Pemberiannya secara teratur sangat penting untuk mencegah penyakit. Vaksin
dibagi menjadi 2 macam yaitu: Vaksin aktif, adalah vaksin mengandung virus
hidup. Kekebalan yang ditimbulkan lebih lama daripada dengan vaksin
inaktif/pasif. Vaksin inaktif, adalah vaksin yang mengandung virus yang telah
dilemahkan/dimatikan tanpa merubah struktur antigenic, hingga mampu membentuk
zat kebal. Kekebalan yang ditimbulkan lebih pendek, keuntungannya disuntikan
pada ayam yang diduga sakit.
II.
INVESTASI MODAL, HARGA OUTPUT, DAN
INPUT
A.
Ivestasi
Modal
Modal yang digunakan adalah hasil
peminjaman dari bank sebesar 50% dan modal sendiri 50%. Rp.15.000.000,00 dengan
tingkat bunga sebesar 2 % /bulan sehingga 12%/tahun.
B.
Harga Output
Harga output merupakan keseluruhan
barang atau jasa yang dimanfaatkan dalam perusahaan dan sebagai investasi
modal.
Tabel 1.
|
Jenis Biaya
|
Satuan
|
Jumlah
|
Harga Satuan
|
Total
Harga
|
Biaya 1 Periode
|
|
DOC
layer
|
ekor
|
6.000
|
4.000
|
24.000.000
|
24.000.000
|
|
Ransum
|
kg
|
5.292
|
5.700
|
30.164.400
|
30.164.400
|
|
Vaksin
ND
|
sachet
|
4
|
20.000
|
80.000
|
80.000
|
|
Vaksin
AI
|
Sachet
|
3
|
100.000
|
300.000
|
300.000
|
|
Vaksin
Gumboro
|
sachet
|
4
|
20.000
|
80.000
|
80.0000
|
|
Desinfektan
|
unit
|
1
|
50.000
|
50.000
|
50.000
|
|
Vitachick
250 gr
|
sachet
|
9
|
21.000
|
189.000
|
189.000
|
|
Vit
stress 250 gr
|
sachet
|
6
|
20.000
|
120.000
|
120.000
|
|
Listrik
|
bulan
|
12
|
250.000
|
3.000.000
|
3.000.000
|
|
Pembuatan
kandang
|
unit
|
1
|
40.000.000
|
40.000.000
|
40.000.000
|
|
Bunga
pinjaman
|
tahun
|
12%
|
50.000.000
|
6.000.000
|
10.000.000
|
|
Uang
sendiri
|
kali
|
1
|
50.000.000
|
50.000.000
|
50.000.000
|
|
Tenaga
kerja
|
orang/bln
|
2
|
677.000
|
1.354.000
|
1.354.000
|
|
Perlengkapan kandang
|
unit
|
-
|
700.000
|
700.000
|
700.000
|
|
Total biaya
|
160.757.400
|
||||
C.
Harga Input
Input merupakan pendapatan yang
dihasilkan oleh perusahaan atau peternakan yang kemudian dipasarkan kepada
konsumen. Tingkat mortalitas 2 %.
Tabel
2. Harga Input per 1 periode
|
Uraian
|
Satuan
|
Jumlah
|
Harga satuan
|
Total harga
|
|
Ayam pullet
|
ekor
|
5880
|
37.000
|
217.560.000
|
|
feses
|
kg
|
1.176
|
600
|
705.600
|
|
karung ransum
|
buah
|
106
|
1000
|
106.000
|
|
Total
|
218.371.600
|
|||
1.
Produksi ayam pullet
Jumlah setelah 3 minggu dengan
mortalitas 2 %.
Mortalitas = (2/100)*6000=120 ekor
Jumlah ayam pullet yang di jual
=6000-120 ekor = 5880 ekor
harga@ayam pullet=Rp. 37.000
Jadi, total pendapatan dari ayam
pullet = 5880 ekor x Rp. 37.000
= Rp. 217.560.000
2.
Penjualan feses
Setiap periode 1 ekor ayam
menghasilkan 0,2 kg feses / tahun.
Jadi untuk5.880 ekor ayam
menghasilkan =
5.880 ekor *0,2 kg
=
1176 kg/ekor/21 hari
Harga 1 kg feses =
Rp. 600
Jadi, kuntungan feses selama 1 periode =
Rp. 600 x
1176 kg
=
Rp. 705.600
3.
Penjualan karung ransum
jumlah karung ransum untuk kebutuhan ransum 5292 kg yaitu 106 buah dengan asumsi 1
karung menampung 50 kg ransum.
Maka hasil penjualan karung =
106 x Rp.1000
= Rp. 106.000
=
Rp. 217.560.000+ Rp. 705.600 + Rp. 106.000
= Rp. 218.371.600
= Rp. 218.371.600– Rp. 160.757.400
= Rp. 57.614.200,-
III.
BIAYA OPERASIONAL
Biaya
operasional adalah total biaya yang
dikeluarkan untuk membiayai semua kegiatan usaha (proses produksi) baik teknis maupun
non teknis selama proses produksi berlangsung. Sehingga biaya operasional ini analog dengan biaya tidak teap karena biaya
yang dikeluarkan tergantung dari besarnya usaha.
A.
Biaya Tetap
Biaya
tetap atau (overhead) merupakan biaya yang tidak langsung berkaitan dengan
jumlah ayam petelur yang dipelihara. Biaya ini harus tetap dibayar ada tidaknya
ayam dikandang. Berikut ini adalah rincian biaya tetap :
1.
Pembayaran Kembali Hutang
Pinjaman =
Rp. 50.000.000
Bunga20 % per
tahun = 20 / 100 x
Rp. 50.000.000
=
Rp. 10.000.000
2.
Pembayaran
listrik 1 tahun
Rp. 3.000.000,-
3.
Pembayaran
gaji tenaga kerja 2 orang/bulan
@Rp. 677.000,- x 2 = Rp. 1.354.000
B.
Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan seiring dengan pertambahan
ayam yang dipelihara, semakin besar ayam yang dipelihara sama dengan komponen
biaya variabel per unit, yaitu biaya ransum, bibit, pemeliharaan, buruh harian,
dan lain-lain yang memegang sumber biaya peternakan ini merupakan penjualan
dari biaya variabel tiap unit produksi itu. Yang termasuk ke dalam biaya
variabel diantaranya;
1.
biaya ransum konsumsi
ransum/periode untuk 6000 ekor
= 237.600kg/periode
biaya ransum
= 5.292 x
5700 = Rp. 30.164.400
2.
pembelian DOC
sebanyak 6000 ekor dengan harga persatu ekor Rp.4.000,- maka biaya keseluruhan Rp. 24.000.000,-
3.
biaya vaksin ND
sebanyak = 4 X Rp.20.000,-
= Rp. 80.000
4.
biaya vitachick sebanyak = 9 X Rp.21.000,-
= Rp.189.000,-
5.
biaya desinfektan sebanyak =
1 unit x Rp.50.000,-
= Rp. 50.000,-
6.
biaya vaksin gumboro = 4 X Rp. 20.000,-
=Rp.
80.000,-
7. biaya
vita stress =
6 X Rp. 20.000,-
=
Rp. 120.000,-
8. Pembuatan
1 buah kandang =Rp. 40.000.000
9.
Uang
sendiri =Rp.
50.000.000
10. Biaya vaksin AI =
3 X Rp. 100.000,-
= Rp. 300.000,-
IV.
HASIL USAHA
1. Produksi ayam pullet
Jumlah setelah 3 minggu dengan
mortalitas 2 %.
Mortalitas = (2/100)*6000=120 ekor
Jumlah ayam pullet yang di jual
=6000-120 ekor=5880
harga@ayam pullet=Rp. 30.000
Jadi, total pendapatan dari ayam
pullet = 5880 ekor x Rp. 37.000
= Rp. 217.560.000,-
2.
Penjualan feses
Setiap tahun 1 ekor ayam
menghasilkan 0,2 kg feses / tahun.
Jadi untuk 6.000 ekor ayam
menghasilkan =
5880 ekor *0,2 kg
=
1176 kg/ekor/21 hari
Harga 1 kg feses =
Rp. 600
Jadi, kuntungan feses selama 1
tahun = Rp. 600 x 1176 kg
=
Rp. 705.600,-
3.
Penjualan karung ransum
jumlah karung ransum untuk kebutuhan ransum 5292 kg yaitu 106 buah dengan asumsi 1
karung menampung 50 kg ransum.
Maka hasil penjualan karung =
106 x Rp.1000
= Rp. 106.000
=
Rp. 217.560.000+ Rp. 705.600
+ Rp. 106.000
= Rp. 218.371.600,-
= Rp. 218.371.600– Rp. 160.757.400
= Rp. 57.614.200,-
Sedangkan keuntungan untuk 8 periode sebesar :
= Rp Keuntungan
1 periode x 8 periode
= Rp. 57.614.200
x 6 periode
= Rp. 460.913.600,-
V.
EVALUASI USAHA
A.
Kriteria
Discounted dan Undisconted
A.1. Kriteria
Discounted
Kriteria Discounted mengacu pada apa yang akan diperoleh dikemudian
harridan berapa nilainya sekarang. Kelayakan usaha ini didasarkan pada B/C
ratio, yaitu bila nilai B/C bernilai > 1 maka usaha layak untuk diteruskan. Bila B/C
ratio bernilai = 1 maka akan tercapai break event point artinya usaha layak
untuk dapat diteruskan atau tidak diteruskan. Tetapi B/C ratio bernilai < 1
maka usaha tidak layak untuk diteruskan, karena hanya akan mendatangkan
kerugian.
Rumus B/C ratio = Total Penerimaan / Total Biaya
= 218.371.600/ 160.757.400
=1,36
Berdasarkan perhitungan B/C ratio,
diketahui bahwa nilai B/C ratio > 1 sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha
ini layak untuk diteruskan.
A.2. Kriteria
Undisconted
A.2.1. Margin Efficiyency Capital (MEC)
Margin Efficiyency Capital (MEC) merupakan perbandingan antara keuntungan
yang diharapkan dengan tingkat bunga yang berlaku. Berdasarkan data maka
MEC dapat dihitung sebagai berikut:
Keuntungan yang diharapkan = Rp. 460.913.600,-
%
keuntungan dari total penerimaan =
460.913.600 x 100%
10.000.000
= 46,09%
tingkat bunga yang berlaku (interest
rate) 12% / tahun, maka 46,09% > 16% = MEC > I, maka investasi dapat diteruskan.
A.2.2. Ranking
by Infestion
Ranking by Infestion merupakan selisih antara keuntungan kotor dengan biaya
operasional dan biaya pemeliharaan. Berdasarkan data diatas maka Ranking
by Infestion (RBI) dapat diketahui
sebagai berikut:
RBI = Rp. 218.371.600– Rp. 160.757.400
=
Rp. 57.614.200,-
A.2.3.
Pay Back Periode
Merupakan
pelunasan biaya pinjaman pada bank sebesar Rp. 50.000.000 + bunga Rp. 10.000.000/periode. Dapat dikembalikan dalam waktu 1 periode dengan
jalan cicilan menggunakan keuntungan tiap periode.
A.2.4. Penerimaan Impas
Diketahui
C = Rp. 160.757.400
I = Rp. 218.371.600
V = Biaya operasional-Bunga pinjaman
= Rp. 160.757.400- Rp. 10.000.000
= Rp.150.757.400
PI = C : (I-V/I)
=160.757.400: [1-150.757.400/218.371.600]
=Rp. 518.572.258,-
Penerimaan Impas Titik Impas tercapai pada angka (PI/I) × 100 %
= .( 518.572.258/218.371.600) × 100
%
= 230,47 %
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan evaluasi usaha yang dilakukan, dapat diperoleh beberapa
kesimpulan antaralain:
1.
Kandang
yang digunakan untuk pemeliharaan usaha ini adalah kandang panggung.
2.
Lama
usaha pemeliharaan pullet sampai afkir adalah 0-3 minggu dengan jangka waktu 6 periode
3.
Berdasarkan
perhitungan B/C ratio, diketahui bahwa nilai B/C ratio > 1 sehingga dapat
disimpulkan bahwa usaha ini layak untuk diteruskan.
4.
Dari
perhitungan dapat diketahui nilai MEC > 1, maka investasi dapat diteruskan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar