Kamis, 27 November 2014

STUDI KELAYAKAN USAHA LAYER








DENGAN SPESIFIKASI USAHA
PEMELIHARAAN STARTER-GROWER (0-21 MINGGU)
(Tugas Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Unggas)



Oleh :














JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2011




I.            PENDAHULUAN


A.          Latar Belakang
Usaha Agribisnis ayam petelur merupakan usaha yang strategis untuk dikembangkan. Telur merupakan bahan pangan yang banyak dikonsumsi masyarakat dan banyak dibutuhkan oleh industri makanan. Telur merupakan pangan padat gizi, karenanya telur merupakan sumber protein hewani, sumber asam lemak tidak jenuh, sumber vitamin dan mineral. Telur sangat baik untuk anak-anak dan orang dewasa, penderita diabetes (kencing manis) dan wanita yang ingin sehat dan langsing sehingga peluang pemasarannya sangat strategis.
Usaha di bidang peternakan saat ini sangat terbuka lebar karena kondisi alam yang memungkinkan dan adanya permintaan pasar yang semakin meningkat. Banyak peraturan investasi yang dicabut dan peran pemerintah saat ini hanya sebagai fasilitator saja. Selain itu, anggaran di bidang Peternakan juga semakin mengecil sehingga peluang usaha sektor swasta semakin luas. Data dari Dinas Peternakan Provinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwa Produksi Telur di Jawa Tengah pada tahun 2006 mencapai 125.221.390 kg dengan jumlah populasi total 13.160.587 ekor.
Pada prinsipnya setiap usaha memiliki keuntungan. Seperti usaha lainnya, usaha peternakan ayam petelur ini mempunyai beberapa keuntungan, di antaranya dapat memberikan hasil setiap hari berupa telur yang dapat dinkmati setiap hari oleh peternak serta usaha ini membutuhkan lahan yang tidak terlalu luas. Dengan 100 ekor layer hanya membutuhkan lahan minimum 50 m2. namun usaha ini juga mempunyai kendala yaitu jika tidak dikelola secara baik, ternak akan mudah terserang penyakit secara massal, perlu pengamanan baik agar tidak dicuri dan polusi yang disebabkan oleh kotoran ternak yang bau.
Tujuan dari pendirian perusahaan termasuk usaha agribisnis adalah untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya sehingga dapat mempertahankan kelangsungan usahanya di samping alasan lainnya. Oleh karena itu semua kegiatan yang dilakukan perusahaan harus atau selalu diarahkan dalam pencapaian kestabilan kelangsungan hidup dan perkembangan usaha.
Untuk mendapatkan ayam petelur yang berkualitas baik diperlukan bibit yang baik dari peternak ayam petelur, tetapi untuk peternak ayam petelur merasa susah untuk memelihara ayam untuk siap bertelur dan ayam yang sudah berproduksi. Oleh karena itu, perlu adanya usaha peternakan yang hanya khusus dalam satu bidang yaitu berternak ayam untuk dari awal sampai siap bertelur dan beternak ayam yang sudah bertelur. Usaha beternak untuk ayam dari DOC-siap bertelur sangat penting dilakukan.
Usaha beternak ayam layer dari starter-grower memerlukan perhitungan dan manajemen yang lebih baik dari pada ayam pedaging supaya mendapatkan hasil ayam yang siap bertlur yang berkualitas baik.

Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ayam telah dikembangkan sangat pesat di setiapa negara. Sentra peternakan ayam petelur sudah dijumpai di seluruh pelosok Indonesia terutama ada di Pulau Jawa dan Sumatera, tetapi peternakan ayam telah menyebar di Asia dan Afrika serta sebagian Eropa.
Jenis ayam petelur dibagi menjadi dua tipe:
1)       Tipe Ayam Petelur Ringan
 2)  Tipe Ayam Petelur Medium Bobot tubuh ayam ini cukup berat.

Ayam-ayam petelur unggul yang ada sangat baik dipakai sebagai plasma nutfah untuk menghasilkan bibit yang bermutu. Hasil kotoran dan limbah dari pemotongan ayam petelur merupakan hasil samping yang dapat diolah menjadi pupuk kandang, kompos atau sumber energi (biogas). Sedangkan seperti usus dan jeroan ayam dapat dijadikan sebagai pakan ternak unggas setelah dikeringkan. Selain itu ayam dimanfaatkan juga dalam upacara keagamaan.

Persyaratan Lokasi :
1)    Lokasi yang jauh dari keramaian/perumahan penduduk.
2)    Lokasi mudah dijangkau dari pusat-pusat pemasaran.
3)    Lokasi terpilih bersifat menetap, tidak berpindah-pindah.

Sebelum usaha beternak dimulai, seorang peternak wajib memahami 3 (tiga) unsur produksi yaitu: manajemen (pengelolaan usaha peternakan), breeding (pembibitan) dan feeding (makanan ternak/pakan)

Alas kandang yang digunakan kandang dengan lantai kolong berlubang, lantai untuk sistem ini terdiri dari bantu atau kayu kaso dengan lubang-lubang diantaranya, yang nantinya untuk membuang tinja ayam dan langsung ke tempat penampungan;

Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasil serutan kayu dengan panjang antara 3–5 cm untuk pengganti kulit padi/sekam.  Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu, almunium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat. Untuk tempat grit dengan kotak khusus

Peyiapan bibit ayam petelur yang akan dipelihara haruslah memenuhi syarat sebagai berikut, antara lain:
a) Ayam petelur harus sehat dan tidak cacat fisiknya.
 b) Pertumbuhan dan perkembangan normal.
c) Ayam petelur berasal dari bibit yang diketahui keunggulannya.

Pemberian pakan untuk pemberian pakan ayam petelur fase starter-grower (umur 0-3 minggu). Kualitas dan kuantitas pakan fase starter-grower adalah sebagai berikut:  Kwalitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal.  Kwantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 3 (empat) golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor; minggu kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor; dan minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor. Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 3 minggu sebesar 882 gram.
Pemberian minum fase starter-grower (umur 1-21 hari) kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu, yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 18 ml/hari/ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 31 ml/hari/ekor; minggu ke-3 (15-21 hari) 45 ml/hari/ekor. Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah sebanyak 658 ml/ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air.
Pemberian vaksinasi merupakan salah satu cara pengendalian penyakit virus yang menular dengan cara menciptakan kekebalan tubuh. Pemberiannya secara teratur sangat penting untuk mencegah penyakit. Vaksin dibagi menjadi 2 macam yaitu: Vaksin aktif, adalah vaksin mengandung virus hidup. Kekebalan yang ditimbulkan lebih lama daripada dengan vaksin inaktif/pasif. Vaksin inaktif, adalah vaksin yang mengandung virus yang telah dilemahkan/dimatikan tanpa merubah struktur antigenic, hingga mampu membentuk zat kebal. Kekebalan yang ditimbulkan lebih pendek, keuntungannya disuntikan pada ayam yang diduga sakit.




II.          INVESTASI MODAL, HARGA OUTPUT, DAN INPUT


A.          Ivestasi Modal

Modal yang digunakan adalah hasil peminjaman dari bank sebesar 50% dan modal sendiri 50%. Rp.15.000.000,00 dengan tingkat bunga sebesar 2 % /bulan sehingga 12%/tahun.

B.           Harga Output

Harga output merupakan keseluruhan barang atau jasa yang dimanfaatkan dalam perusahaan dan sebagai investasi modal.
Tabel 1.
Jenis Biaya
Satuan
Jumlah
Harga Satuan
Total
Harga
Biaya 1 Periode
DOC layer
ekor
6.000
4.000
24.000.000
24.000.000
Ransum
kg
5.292
5.700
30.164.400
30.164.400
Vaksin ND
sachet
4
 20.000
80.000
80.000
Vaksin AI
Sachet
3
100.000
300.000
300.000
Vaksin Gumboro
sachet
4
20.000
80.000
80.0000
Desinfektan
unit
1
50.000
50.000
50.000
Vitachick 250 gr
sachet
9
21.000
189.000
189.000
Vit stress 250 gr
sachet
6
20.000
120.000
120.000
Listrik
bulan
12
250.000
3.000.000
3.000.000
Pembuatan kandang
unit
1
40.000.000
40.000.000
40.000.000
Bunga pinjaman
tahun
12%
50.000.000
6.000.000
10.000.000
Uang sendiri
kali
1
50.000.000
50.000.000
50.000.000
Tenaga kerja
orang/bln
2
677.000
1.354.000
1.354.000
Perlengkapan kandang
unit
-
700.000
700.000
700.000
Total biaya
160.757.400




C.          Harga Input

Input merupakan pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan atau peternakan yang kemudian dipasarkan kepada konsumen. Tingkat mortalitas 2 %.
Tabel 2. Harga Input per 1 periode
Uraian
Satuan
Jumlah
Harga satuan
Total harga
Ayam pullet
ekor
5880
37.000
217.560.000
feses
kg
1.176
600
705.600
karung ransum
buah
106
1000
106.000
Total
218.371.600

1.            Produksi ayam pullet

Jumlah setelah 3 minggu dengan mortalitas 2 %.
Mortalitas = (2/100)*6000=120 ekor
Jumlah ayam pullet yang di jual =6000-120 ekor = 5880 ekor
harga@ayam pullet=Rp. 37.000
Jadi, total pendapatan dari ayam pullet                      = 5880 ekor x  Rp. 37.000
= Rp. 217.560.000


2.            Penjualan feses

Setiap periode 1 ekor ayam menghasilkan 0,2 kg feses / tahun.
Jadi untuk5.880 ekor ayam menghasilkan      =  5.880 ekor *0,2 kg
                                                                        = 1176  kg/ekor/21 hari
Harga 1 kg feses                                             = Rp. 600
Jadi, kuntungan feses selama 1 periode          = Rp. 600  x  1176 kg
                                                                        = Rp. 705.600
3.            Penjualan karung ransum

jumlah karung ransum untuk kebutuhan ransum 5292 kg yaitu 106 buah dengan asumsi 1 karung menampung 50 kg ransum.
Maka hasil penjualan karung   = 106 x Rp.1000 = Rp. 106.000

*            Total Revenue           = penjualan ayam pullet+ penjualan feses+ penjualan                                       karung ransum
                                    = Rp. 217.560.000+ Rp. 705.600 + Rp.  106.000
                                             = Rp. 218.371.600

*            Total Profit                   = Total Revenue – Total Cost
                                                = Rp. 218.371.600– Rp. 160.757.400
= Rp. 57.614.200,-


















III.     BIAYA OPERASIONAL


Biaya operasional adalah total biaya yang  dikeluarkan untuk membiayai semua kegiatan  usaha (proses produksi) baik teknis maupun non teknis selama proses produksi berlangsung. Sehingga biaya operasional ini analog dengan biaya tidak teap karena biaya yang dikeluarkan tergantung dari besarnya usaha.

A.          Biaya Tetap

Biaya tetap atau (overhead) merupakan biaya yang tidak langsung berkaitan dengan jumlah ayam petelur yang dipelihara. Biaya ini harus tetap dibayar ada tidaknya ayam dikandang. Berikut ini adalah rincian biaya tetap :

1.            Pembayaran Kembali Hutang
Pinjaman                                    = Rp. 50.000.000
Bunga20 % per tahun                = 20 / 100 x  Rp. 50.000.000
                                                      = Rp. 10.000.000
2.            Pembayaran listrik 1 tahun
Rp. 3.000.000,-
3.            Pembayaran gaji tenaga kerja 2 orang/bulan
@Rp. 677.000,- x 2 = Rp. 1.354.000

B.           Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan seiring dengan pertambahan ayam yang dipelihara, semakin besar ayam yang dipelihara sama dengan komponen biaya variabel per unit, yaitu biaya ransum, bibit, pemeliharaan, buruh harian, dan lain-lain yang memegang sumber biaya peternakan ini merupakan penjualan dari biaya variabel tiap unit produksi itu. Yang termasuk ke dalam biaya variabel diantaranya;
1.      biaya ransum konsumsi ransum/periode untuk 6000 ekor
= 237.600kg/periode biaya ransum
= 5.292 x 5700 = Rp. 30.164.400
2.      pembelian DOC sebanyak 6000 ekor dengan harga persatu ekor Rp.4.000,- maka biaya keseluruhan Rp. 24.000.000,-
3.      biaya vaksin ND sebanyak            = 4 X Rp.20.000,-
= Rp. 80.000
4.      biaya vitachick sebanyak              = 9 X Rp.21.000,-
= Rp.189.000,-
5.      biaya desinfektan sebanyak          = 1 unit x Rp.50.000,-
= Rp. 50.000,-
6.        biaya vaksin gumboro                    = 4 X Rp. 20.000,-
=Rp. 80.000,-
7.      biaya vita stress                              = 6 X Rp. 20.000,-
                                                 = Rp. 120.000,-
8.      Pembuatan 1 buah kandang           =Rp. 40.000.000
9.      Uang sendiri                                   =Rp. 50.000.000
10.  Biaya vaksin AI                             = 3 X Rp. 100.000,-
                                                 = Rp. 300.000,-












IV.     HASIL USAHA

1. Produksi ayam pullet

Jumlah setelah 3 minggu dengan mortalitas 2 %.
Mortalitas = (2/100)*6000=120 ekor
Jumlah ayam pullet yang di jual =6000-120 ekor=5880
harga@ayam pullet=Rp. 30.000
Jadi, total pendapatan dari ayam pullet                      = 5880 ekor x  Rp. 37.000
= Rp. 217.560.000,-

2.      Penjualan feses

Setiap tahun 1 ekor ayam menghasilkan 0,2 kg feses / tahun.
Jadi untuk 6.000 ekor ayam menghasilkan     =  5880 ekor *0,2 kg
                                                                        = 1176 kg/ekor/21 hari
Harga 1 kg feses                                             = Rp. 600
Jadi, kuntungan feses selama 1 tahun             = Rp. 600  x  1176 kg
                                                                        = Rp. 705.600,-

3.      Penjualan karung ransum

jumlah karung ransum untuk kebutuhan ransum 5292 kg yaitu 106 buah dengan asumsi 1 karung menampung 50 kg ransum.
Maka hasil penjualan karung               = 106 x Rp.1000 = Rp. 106.000

*            Total Revenue           = penjualan ayam pullet+ penjualan feses+ penjualan                                       karung ransum
                                    = Rp. 217.560.000+ Rp. 705.600 + Rp.  106.000
                                             = Rp. 218.371.600,-

*            Total Profit                   = Total Revenue – Total Cost
                                                = Rp. 218.371.600– Rp. 160.757.400
= Rp. 57.614.200,-

Sedangkan keuntungan untuk 8 periode sebesar :
= Rp Keuntungan 1 periode x 8 periode
= Rp. 57.614.200 x 6 periode
= Rp. 460.913.600,-



























V.         EVALUASI USAHA


A.          Kriteria Discounted dan Undisconted

A.1. Kriteria Discounted

Kriteria Discounted mengacu pada apa yang akan diperoleh dikemudian harridan berapa nilainya sekarang. Kelayakan usaha ini didasarkan pada B/C ratio, yaitu bila nilai B/C bernilai > 1 maka usaha layak untuk diteruskan. Bila B/C ratio bernilai = 1 maka akan tercapai break event point artinya usaha layak untuk dapat diteruskan atau tidak diteruskan. Tetapi B/C ratio bernilai < 1 maka usaha tidak layak untuk diteruskan, karena hanya akan mendatangkan kerugian.

Rumus B/C ratio =  Total Penerimaan / Total Biaya
                            = 218.371.600/ 160.757.400
                            =1,36
Berdasarkan perhitungan B/C ratio, diketahui bahwa nilai B/C ratio > 1 sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha ini layak untuk diteruskan.

A.2. Kriteria Undisconted

A.2.1. Margin Efficiyency Capital (MEC)

Margin Efficiyency Capital (MEC) merupakan perbandingan antara keuntungan yang diharapkan dengan tingkat bunga yang berlaku. Berdasarkan data maka



MEC dapat dihitung sebagai berikut:
Keuntungan yang diharapkan                         =  Rp. 460.913.600,-
% keuntungan dari total penerimaan              =   460.913.600 x  100%
                                                                              10.000.000
                                                                       = 46,09%
tingkat bunga yang berlaku (interest rate) 12% / tahun, maka 46,09% > 16% = MEC > I, maka investasi dapat diteruskan.

A.2.2. Ranking by Infestion

Ranking by Infestion merupakan selisih antara keuntungan kotor dengan biaya operasional dan biaya pemeliharaan. Berdasarkan data diatas maka Ranking by Infestion (RBI) dapat  diketahui sebagai berikut:
RBI                 = Rp. 218.371.600– Rp. 160.757.400
                        = Rp. 57.614.200,-

A.2.3. Pay Back Periode
Merupakan pelunasan biaya pinjaman pada bank sebesar Rp. 50.000.000 + bunga Rp. 10.000.000/periode. Dapat dikembalikan dalam waktu 1 periode dengan jalan cicilan menggunakan keuntungan tiap periode.

A.2.4. Penerimaan Impas

Diketahui C     = Rp. 160.757.400
I      = Rp. 218.371.600
V = Biaya operasional-Bunga pinjaman
= Rp. 160.757.400- Rp. 10.000.000
= Rp.150.757.400
PI                 = C : (I-V/I)
=160.757.400: [1-150.757.400/218.371.600]
=Rp. 518.572.258,-


Penerimaan Impas Titik Impas tercapai pada angka (PI/I) × 100 %
= .( 518.572.258/218.371.600) × 100 %
=  230,47 %












































VI.     KESIMPULAN


Berdasarkan evaluasi usaha yang dilakukan, dapat diperoleh beberapa kesimpulan antaralain:
1.            Kandang yang digunakan untuk pemeliharaan usaha ini adalah kandang panggung.
2.            Lama usaha pemeliharaan pullet sampai afkir adalah 0-3 minggu dengan jangka waktu 6 periode
3.            Berdasarkan perhitungan B/C ratio, diketahui bahwa nilai B/C ratio > 1 sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha ini layak untuk diteruskan.
4.            Dari perhitungan dapat diketahui nilai MEC > 1, maka investasi dapat diteruskan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar