Jumat, 28 November 2014

PENDUGAAN BOBOT TUBUH SAPI POTONG






PENDUGAAN BOBOT TUBUH SAPI POTONG
(Laporan Praktikum Ilmu Tilik Ternak)


Oleh:
Kelompok IV
Amrina Rosida            1014061022
Silvia Wulandari         1014061082


JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012




KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga laporan praktikum ini dapat selesai dengan baik dan sesuai waktunya.
Laporan praktikum ini adalah salah satu kewajiban mahasiswa dalam mengikuti mata kuliah Ilmu Tilik Ternak, khususnya pada saat praktikum.  Laporan praktikum ini beradasarkan data yang dihasilkan dari praktikum sebelumnya, jadi laporan ini dihasilkan berdasarkan pengembangan data.  Ucapan terima kasih penulis kepada para dosen pembimbing yang telah bersedia membimbing para praktikan pada saat berjalannya praktikum.
Ucapan maaf dari penulis apabila pada laporan praktikum ini banyak kekurangan ataupun terdapat kesalahan di dalamnya.  Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca ataupun penulis, untuk itu kritik dan saran penulis yang membangun nantikan.  Terima kasih.

Bandar Lampung, Desember 2012
Penulis



HALAMAN PENGESAHAN

Judul Praktikum          : Pendugaan Bobot Tubuh Sapi Potong
Tempat Praktikum       : Kandang Sapi Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Tanggal Praktikum      : 8 Oktober 2012        
Kelompok                   : IV (empat)
Jurusan                        : Peternakan
Fakultas                       : Pertanian
Universitas                  : Lampung

Bandar lampung,      Desember 2012
     Mengetahui,
          Dosen PJ,


                                                                                Ir. Khaira Nova, M. P.
                                                                NIP. 196110181986032001





I.                   PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang

Pada ternak potong, bobot badan menjadi salah satu hal yang penting diperhatikan karena produk utama dari sapi potong adalah daging dimana untuk mengetahui pertambahan bobot daging peternak perlu melakukan penimbangan terlebih dahulu. Selain dengan cara penimbangan ada banyak cara yang bisa digunakan salah satunya dengan menggunakan dugaan bobot dengan pita ukur atau dengan menggunakan berbagai rumus yang lazim digunakan seperti rumus shoorl, winter dan lain sebagainya.
Hasil-hasil penelitian membuktikan adanya korelasi yang positif antara bobot badan dengan ukuran-ukuran tubuh.  Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut muncul penelitian lain yang menghasilkan rumus-rumus pendugaan bobot badan berdasarkan ukuran-ukuran tubuh.  Rumus-rumus tersebut bermanfaat untuk menduga bobot badan ternak ruminansia karena cukup praktis diterapkan di lapangan jika tidak ada timbangan.  Tetapi hal ini merugikan, yang sering dilakukan jika tidak ada timbangan yaitu mengasah kemampuan mata.





II.                TINJAUAN PUSTAKA

Ternak sehat dapat ditentukan dengan memilih berbagai organ tubuh yang dapat dilihat dari luar seperti mata, rambut/bulu, kulit, dll. Mata harus bersinar, tidak tedapat pendarahan pada putih mata, bola mata harus terletak pada pusat bila dilihat. Bulu halus dan lebat. Kulit tampak elastis dan subkutan. Sikap berdiri tegak, kuat, dan semua bagian tubuh didukung ke empat kaki, dan teracak rata. Gerak lincah dan riang. Nafsu makan baik, dan ransum cepat habis (Nova, Khaira.  2010).
peternakan sapi potong di Indonesia telah lama dikenal masyarakat. Agar usaha ini dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi pemiliknya maka perlu diperhatikan beberapa hal yang menyangkut Manajemen pemeliharaan ternak sapi potong, antara lain :
2.  Pakan
3.  Kandang
7.  Pemasaran
Menurut Y. Bambang Sugeng (2004) pemilihan bibit berdasarkan penilaian bentuk luar akan semakin sempurna atau meyankinkan bila dengan dilanjutkan pengukuran bagian-bagian tertentu seperti panjang tubuh, lebar dan dalam dada, lingkar dada, dan sebagainya.

Tinggi gumba merupakan ukuran tinggi sapi.  Cara pengukuran kita lakukan dari bagian tertinggi gumba ke tanah mengikuti garis tegak lurus.  Tinggi punggung atau kemudi diukur dari bagian punggung atau kemudi yang tertinggi ke tanah mengikuti garis tegak lurus.  Lebar dada adalah jarak antara sendi bahu kiri dengan bahu kanan.  Cara pengukuran kita lakukan dengan menarik garis horizontal antara tepi luar sendi bahu kanan dan kiri atau antara rusuk kiri dan kanan yang diukur di belakang tulang belikat.

Lebar kemudi adalah jarak antara tepi sendi paha kiri dan kanan.  Cara pengukuran kita lakukan dengan menarik garis horizontal dari tepi luar sendi paha kiri dan kanan.  Ukuran ini merupakan besarnya tubuh sapi yang bersangkutan untuk diukur melalu lingkar dada.  Cara pengukuran kita lakukan dengan menggunakan pita ukur atau raffia mengikuti lingkar dada atau tubuh di belakang bahu melewati gumba.  Dan, pada sapi berpunuk, pengukurannya tepat di belakang punuk. Panjang badan merupakan jarak antara tepi depan sendi bahu dan tepi belakang tulang tapis.  Cara pengukuran kita lakukan dengan menarik garis horizontal dari tepi depan sendi bahu sampai ke tepi belakang tulang tapis.  Panjang tungging merupakan jarak antara muka pangkal paha sampai tepi belakang tulang tapis.  Cara pengukuran kita lakukan dengan menarik garis horizontal dari tepi luar pangkal paha sampai tepi belakang tulang tapis.

Sedangkan Undang Santosa (2001) menyatakan bahwa pengukuran ukuran tubuh ternak sapi dapat dipergunakan untuk menduga bobot badan seekor ternak sapi dan sering kali dipakai juga sebagai parameter teknis penentuan sapi bibit berbagai rumus penentuan bobot badan berdasarkan ukuran-ukuran tubuh telah banyak diketahui, bahkan berbagai penelitian telah mengoreksi rumus tersebut disesuaikan dengan keadaan lingkungan, pengaruh genetis, dan waktu.

Rumus penentuan bobot badan berdasarkan ukuran tubuh bertolak dari anggapan bahwa tubuh ternak sapi itu berupa sebuah tong.  Oleh karena itu, ukuran tubuh yang digunakan untuk menduga bobot tubuh biasanya adalah panjang badan dan lingkar dada.

Rumus yang telah dikenal adalah rumus Schoorl yang mengemukakan pendugaan bobot badan ternak sapi berdasarkan lingkar dada sebagai berikut.
Bobot Badan (kg) =

Rumus lain yang diturunkan adalah Winter yang telah menggunakan lingkar dada dan  panjang badan dalam pendugaannya.  Rumus itu seperti berikut.

Bobot badan (lbs) =




III.             METODE PERCOBAAN

A.                Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, tepatnya tanggal 8 Oktober 2012 di kandang sapi Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

B.                 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sapi yang digunakan yaitu 3 ekor.  Alat yang digunakan adalah alat ukur, pita ukur, timbangan, alat tulis, kalkulator.

C.                 Cara Kerja
Cara kerja dari praktikum ini adalah
1.                  Lakukan pengukuran panjang badan dan lingkar dada dengan menggunakan pita ukur pada setiap sapi.
2.                  Hitunglah bobot badan sapi dugaan dengan menggunakan rumus schoorl.
3.                  Timbanglah sapi dengan menggunakan timbangan ternak.
4.                  Bandingkanlah bobot badan hasil penimbangan dengan bobot badan dugaan.





IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN

A.                Hasil Pengamatan

Didapat hasil pengamatan adalah sebagai berikut.
Nama Sapi
LD (cm)
BB Dg Pita Ukur
BB Dg Rumus
BB Dg Timbangan
Selisih BB Dg Pita Ukur Dan Timbangan
Selisih BB Dg Rumus Dan Timbangan


-----------------------------------Kg----------------------------------
Sapi 1
139,5
139
260,82
209
70
51,82
Sapi 2
145
151
278,89
228
77
50,89
Sapi 3
150
161
295,84
239
78
56,84

Hasil perhitungan

a.                   Dengan menggunakan rumus dari Schoorl
BB =
b.                  Cara menghitung penyimpangan adalah

Hasil perikiraan bobot menggunakan rumus = X
X—BB nyata = Y
Penyimpangan (%) =
Maka didapat tabel penyimpangan rumus sebagai berikut.
Nama Sapi
Perkiraan Bobot (Kg)
Penyimpangan (%)
Sapi 1
260,82
19,87
Sapi 2
278,89
18,25
Sapi 3
295,84
19,21

B.                 Pembahasan
Pengukuran sapi dilakukan dengan menggunakan pita ukur. data yang didapat kan digunakan sebagai bahan untuk pendugaan bobot badan sapi.Selain menggunakan pita ukur, pendugaan bobot tubuh menggunakan rumus Schoorl.  Terdapat banyak perbedaan hasil bobot tubuh dari masing-masing rumus.  Dari perbedaan hasil, terdapat hasil penyimpangan pula dari bobot tubuh nyata.

Untuk sapi 1, didapatkan penyimpangan bobot tubuh. Rumus Schoorl memperkirakan bobot tubuh adalah 260,82 kg dan dengan menggunakan pita ukur 139 kg. Sedangkan untuk bobot tubuh nyata adalah 209 kg. Maka yang mendekati dari bobot tubuh nyata adalah menggunakan rumus Schoorl. Penyimpangan yang diperoleh antara bobot tubuh nyata dengan rumus Schoorl 51,82 kg atau sekitar 19,87 %.

Untuk sapi 2, didapatkan penyimpangan bobot tubuh. Rumus Schoorl memperkirakan bobot tubuh adalah 278,89 kg dan dengan menggunakan pita ukur 151 kg. Sedangkan untuk bobot tubuh nyata adalah 228 kg. Maka yang mendekati dari bobot tubuh nyata adalah menggunakan rumus Schoorl. Penyimpangan yang diperoleh antara bobot tubuh nyata dengan rumus Schoorl 50,89 kg atau sekitar 18,25 %

Untuk sapi 3, didapatkan penyimpangan bobot tubuh. Rumus Schoorl memperkirakan bobot tubuh adalah 295,84 kg dan dengan menggunakan pita ukur 161 kg. Sedangkan untuk bobot tubuh nyata adalah 239 kg. Maka yang mendekati dari bobot tubuh nyata adalah menggunakan rumus Schoorl. Penyimpangan yang diperoleh antara bobot tubuh nyata dengan rumus Schoorl 56,84 kg atau sekitar 19,21 %

Rata-rata penyimpangan dari ke-3 sapi tersebut sebesar 19,11 %.
Penyimpangan yang terjadi dapat diakibatkan oleh banyak faktor, diantaranya kesalahan saat mengukur.Keadaan emosional sapi(saat di ukur apakah sapi nyaman atau malah stres), Keadaan kesehatan sapi, dan lain sebagainya.
Penyimpangan yang cukup besar antara pendugaan dan bobot sebenarnya pada sapi akan menyebabkan kerugian bagi peternak yang masih menjual ternaknya dengan cara pendugaan bobot tubuh. Oleh karena itu sebaiknya penduagaan tidak usah dilakukan lagi karena kurang efektif , lebih baik peternak langsung menimbang sapi nya dengan timbangan ternak. Karena hasil yang didapatkan lebih akurat (selama timbangan dalam keadaan normal dan tidak rusak).








V.                KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari laporan ini adalah
1.                  Cara mendapatkan data sapi dengan pita ukur dan menimbang langsung sapi
2.                  dari hasil pendugaan dan penimbangan langsung, terdapat selisih rata-rata 19,11%
3.                  Pendugaan sebaiknya tidak digunakan lagi karena perbedaan selisih yang cukup jauh , hal ini dapat menyebabkan kerugian bagi peternak














DAFTAR PUSTAKA

Santosa, Undang. 2001. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sugeng, Y.Bambang. 2004. Sapi Potong. Jakarta: Penebar Swadaya.





















LAMPIRAN


Pengukuran Lingkar Dada

    

    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar