CARA
PENDUGAAN PRESTASI UNGGAS
(Laporan
Pratikum Ilmu Tilik Ternak)
Oleh
Kelompok II
Silvia Wulandari
1014061082

LABORATORIUM REPRODUKSI TERNAK
JURUSAN PETERNAKAN
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012
LEMBAR
PENGESAHAN
Judul :
Cara Pendugaan Presentasi Unggas
Tanggal Praktikum :
Selasa, 30 Oktober 2012
Nama : Silvia Wulandari
NPM : 10140610482
Jurusan
: Peternakan
Fakultas :
Pertanian
Kelompok : II (dua)
Bandar
Lampung, 04 Oktober 2012
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Ir. Khaira Nova . M.P
NIP 196110181986032011
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT
atas segala berkah, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ilmu
tilik ternak ini dengan
lancar dan tanpa hambatan apapun.
Penulis
ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada segenap pihak
yang telah membantu dalam penyelesaiaikan laporan ini, karena penulis banyak mendapat
dukungan dan bimbingan secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai
pihak yang telah membantu.
Penulis
menyadari bahwa didalam penyusunan laporan ini masih
banyak terdapat kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun sebagai input yang berharga untuk penulisan
dimasa yang akan datang.
Bandar Lampung, 04 Oktober 2012
Penulis
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penilaian terhadap produktivitas ternak di lapangan harus dilakukan secara cepat sehingga dibutuhkan cara atau metode yang praktis namun efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tersebut. Berbagai metode yang cukup praktis untuk menilai berbagai jenis ternak dengan tujuan pemeliharaan yang berbeda-beda telah berkembang pesat dan terangkum dalam ilmutilik ternak. Penilaian ternak tersebut dilakukan terhadap bagian-bagian tubuh yang mencerminkan tingkat produktivitas ternak yang bersangkutan.
Unggas petelur dipelihara dengan tujuan utama menghasilkan telur. Proses pembentukan telur selama berproduksi ternyata mengakibatkan hilangnya pigmen pada bagian-bagian tubuh tertentu yaitu pada anuus, cincin mata dan gelambir kuping, paruh dan kaki secara berurutan. Pigmen tersebut kembali telihat pada saat ayam berhenti atau beristirahat berproduksi.
Kebutuhan terhadap ayam kampung semakin meningkat selain untuk memenuhi kebutuhan protein hewani juga disebabkan karena kepercayaan masyarakat terhadap daging ayam kampung yang lebih alami dibandingkan dengan ayam jenis lainnya. Akan tetapi peningkatan kebutuhan terhadap ayam kampung ini tidak diimbangi dengan jumlah populasi ayam kampung pada masing-masing daerah di Indonesia. Kurangnya perhatian terhadap ayam kampung merupakan salah satu faktor penyebab populasi ayam kampung semakin menurun.
Keragaman ukuran tubuh hewan disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan. Ukuran tubuh ayam yang penting untuk diamati dan dapat dijadikan penentu karakteristik antara lain adalah bobot badan, panjang tarsometatarsus, panjang tibia, panjang femur, tinggi jengger, dan jarak tulang pubis untuk ayam betina.
Perkembangan ayam buras (bukan ras) atau lebih dikenal dengan sebutan ayam kampung di Indonesia berkembang pesat dan telah banyak dipelihara oleh peternak-peternak maupun masyarakat umum sebagai usaha untuk pemanfaatan pekarangan, pemenuhan gizi keluarga serta meningkatkan pendapatan.
Dikarenakan dengan pemeliharaan sistem tradisional, produksi telur ayam buras sangat rendah, ± 60butir/tahun/ekor. Berat badan pejantan tak lebih dari 1,9 kg dan betina ± 1,2 ~ 1,5 kg, maka perlu diintensifkan. Pemeliharaan yang intensif pada ayam buras, dapat meningkatkan produksi telur dan daging, dapat mencegah wabah penyakit dan memudahkan tata laksana.
Ayam buras yang terdapat di Indonesia sangat beragam penampilan dan penyebarannya. Hal ini dapt dilihat dari pola warna bulu. Tidak ada patokan atau standar khusus untuk ayam buras dari segi bentuk, ukuran-ukuran tubuh dan warna bulu, penampilan ayam buras yang bervariasi mengakibatkan ayam buras sulit dipilih dalam kelompok tertentu. Penampilan ayam buras dikaitkan dengan penampilan luar antara lain warna bulu, Shank, dan bentuk jengger.
B. Tujuan Pratikum
Tujuan pratikum cara pendugaan prestasi unggas yaitu mahasiswa dapat menilai prestasi ternak unggas mendekati prestasi yang sebenarnya.
C. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 30 Oktober 2012
Pukul : 08.00 – 10.00 wib
Tempat : Laboratorium Reproduksi Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ayam buras
Ayam buras adalah istilah untuk menyebutkan jenis ayam yang biasa diternakan masyarakat Indonesia.(Nugroho et al., 1992). Pada umumnya ayam buras dipelihara secara ekstensif, dibiarkan berkeliaran di halaman rumah, lapangan, atau tempat-tempat disekitar kampung, karena tempat hidupnya maka ayam tersebut dinamakan ayam kampung ( sarwono, 1999)
Harjosoebroto dan Atmojdo (1977), menyatakan bahwa ciri-ciri ayam buras sebagai berikut : (1) warna bulu bervariasi dan warna bulu ayam buras jantan lebih bagus; (2) kulit berwarna kuning pucat; (3) bentuk jengger pada ayam buras jantan dan betina tidak seragam. Varietas ayam kampung yang dapat dijumpai di pelosok Indonesia memiliki tanda-tanda tubuh kecil, produksi rendah, bobot badan relatif tinggi, memiliki sifat keindukan dan mengeram yang baik.
Keunggulan Ayam Buras
1. Menghasilkan telur anatara 12-18 butir per satu masa bertelur,
2. Rata-rata berat telur 35-50 gr,
3. Pertama kali bertelur umur 250 hari,
4. Setahun bisa bertelur2-3 kali,
5. Lama mengasuh anak 27-107 hari,
6. Kembali bertelur setelah 8-23 hari anaknya dipisah,
7. berat rata-rata anak umur 90 hari adalah 425 gr.
Ciri-ciri ayam betina petelur yang baik :
Tidak cacat,
Kepalanya halus, matanya terang/jernih,
Muka sedang, paruh pendek dan kuat,
Jengger dan pial tidak keriput,
Badan cukup besar dan perut lebar,
Jarak antara tulang dada dan tulang belakang ± 4 jari,
Jarak antara tulang pubis ± 2 jari.
Ciri-ciri ayam jantan yang baik :
Tidak cacat,
Badan kuat dan agak panjang,
Sayap kuat dan bulu-bulu teratur rapi,
Paruh bersih
Mata tajam, jernih,
Kaki dan kuku bersih serta sisik-sisk teratur,
Terdapat taji, baik yang runcing /bulat
Produktivitas ayam buras umumnya rendah karena pemeliharaan masih sederhana dan belum memperhatikan tata laksana yang baik (Muryanto et al. 1994b;1994) pemberian pakan tidak seimbang baik kualitas maupun kuantitasnya (Muryanto et al. 1994a; Suryana dan Rohaeni 2006; Septiwan 2007; Usman 2007), dan pencegahan penyakit belum optimal (Lestari 2000; Gunawan 2002).
Produksi telur ayam buras yang dipelihara secara tradisional berkisar antara 40−45 butir/ekor/tahun, karena adanya aktivitas mengeram dan mengasuh anak yang lama, yakni 107 hari (Biyatmoko 2003; Sartika 2005; Sulandari et al. 2007).
Ayam buras yang dipelihara secara ekstensif umumnya mencapai dewasa kelamin
pada umur 6−7 bulan, bobot badan dewasa 1.400−1.600 g/ekor, produksi telur 40−45 butir/ekor/tahun, bobot telur 40 g, persentase karkas 75%, mortalitas anak (DOC) 31%, daya tetas 86,65%, dan lama mengeram 21 hari (Biyatmoko 2003).
Ciri-ciri kuantitatif ayam buras antara lain bobot badan rata-rata jantan umur 5 bulan 1.222 g, betina 916 g, bertelur pertama pada umur 6,37 bulan, bobot telur 41,60 g, dan daya tetas telur 84,60% (Septiwan 2007). Produksi telur ayam buras yang dipelihara secara intensif mencapai 151 butir/tahun, bahkan setelah mengalami seleksi yang ketat, produksi telur meningkat menjadi 170−230 butir/tahun (Syamsari 1997).
B. Pendugaan lama berproduksi
Ilmu tilik ternak adalah ilmu pengetahuan yang mengajarkan tentang pengetahuan menilik atau menilai seekor ternak sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dalam waktu yang singkat atau ilmu pengetahuan ynag digunakan untuk mempertimbangkan prestasi atau produktivitas suatu ternak dalam waktu singkat. Prestasi atau produktivitas ternak adalah nilai hayati yang dimiliki oleh seekor
ternak seperti keadaan tubuh, produksi daging, susu, telur, tenaga serta lain-lain.
Disamping itu, ilmu tilik ternak digunakan untuk menilai seekor ternak yang memiliki kapasitas berproduksi dan reproduksi serta tingkat kesehatan yang normal sesuai dengan bangsa ternak dan daya beradaptasi pada suatu lingkungan tertentu.
Penilaian terhadap seekor ternak harus dilakukan menurut cara dan urutan tertentu sehingga kelupaan satu hal dapat dihindari.
1. Ternak harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat dilihat atau diperiksa dengan mudah.
2. Tempat dimana ternak itu berdiri harus rata
3. Perhatikan lukisan umum seekor ternak
4. Dalam menilai harus dibedakan jenis ternak berdasarkan fungsi dari ternak tersebut
5. Melakukan penilaian terhadap bagian-bagian tertentu dari ternak.
Pendugaan prestasi unggas umumnya dilakukan berdasarkan persyaratan kualitatif dan kuantitatif dalam menilai ayam buras. Tata cara penilaian ayam buras dilakukan kepada pemeliharaan yang ditujukan untuk produksi daging dan telur, pemilikan ternak minimal 30 ekor induk dengan sisitem pemeliharaan semi intensif, dan umur ternak antara 30-60 minggu.
Martojo (1992) dan Warwick, Astuti, dan Hardjosubroto (1995) menjelaskan bahwa sifat kuantitatif dipengaruhi oleh sejumlah besar pasang gen, yang masing-masing dapat berperan secara aditif, dominant dan epistatik dan bersama-sama dengan pengaruh lingkungan (non-genetik), dan tidak dapat dibedakan dengan jelas. Nozawa (1980) melaporkan bahwa keragaman ukuran tubuh hewan disebabkan oleh factor genetik dan lingkungan. Ukuran tubuh ayam yang menentukan karakteristik antara lain : bobot badan, panjang bagian-bagian kaki (tarsometatarsus), jarak tulang pubis (tulang panggul) untuk ayam betina, panjang tulang kering (tibia), panjang tulang paha (femur) dan tinggi jengger.
Pendugaan lama produksi ayam secara visual dapat dilihat dari urutan hilangnya pigmen kuning pada anus (1-2 minggu), cincin mata dan gelambir kuping
(3-4 minggu), paruh (6-8 minggu), dan kaki (12-20 minggu).
Hilangnya warna kuning pada paruh dimulai dari dasar dan pada kaki dimulai dari bagian dorsal. Apabila produksi berhenti, pigmen kuning kembali dalam urutan yang sama dengan waktu dua kali lebih cepat daripada waktu menghilangnya pigmen. Ciri-ciri lain yang menunjukkan ayam sedang berproduksi adalah kulit lemas dan berminyak. Rontoknya bulu juga menunjukkan bahwa itik tersebut sudah berproduksi selama lebih kurang satu tahun dan pada ayam sudah berproduksi selama 6-8 bulan.
D. Pedoman penilaian ayam buras
a) Produksi telur (butir/ekor/tahun) dengan total nilai 100
1. Induk tidak mengerami telur (nilai maksimal 25)
Lebih besar atau sama dengan 130, nilainya 20-25
111-130, nilainya 10-14
91-110, nilainya 10-14
71-90, nilainya 5-9
Kurang dari atau sama dengan 50, nilainya 0-4
2. Induk mengerami, anak langsung disapih (nilai maksimal 25)
Lebih dari 110, nilai 20-25
91-110, nilai 15-19
71-90, nilai 10-14
51-70, nilai 5-9
Kurang dari atau sama dengan 50, nilai 0-4
3. Induk mengerami telur dan memelihara anak (nilai maksimal 25)
Lebih dari atau sama dengan 90, nilai 20-25
71-90, nilai 15-19
31-70, nilai 10-14
25-30,nilai 5-9
Kurang dari 25,nilai 0-4
4. Produksi daging rata-rata per tahun (nilai maksimal 25)
Lebih atau sama dengan 100 ekor, nilai 20-15
75-100 ekor, nilai 15-19
50-74 ekor, nilai 10-14
25-49 ekor,nilai 5-9
Kurang dari 25 ekor, nilai 0-4
b) Bibit ayam buras
1. Sifat dan eksterior ayam jantan (nilai maksimal 40)
Syarat-syarat bibit jantan yang baik adalah.
Aktivitas : sangat gesit
Sikap : gesit
Punggung : lebar
Dada : penuh, dalam
Abdomen : dalam, penuh
Kepala : besar bulat
Paruh : pendek, tebal
Jengger : besar, merah, segar, hangat
Mata : besar, bersinar, menonjol
Sayap : terkatup pada tubuh
• 9-10 syarat terpenuhi, nilai 25-40
• 7-8 syarat terpenuhi, nilai 30-34
• 5-6 syarat terpenuhi, nilai 25-29
• 3-4 syarat terpenuhi, nilai 20-24
• 2 syarat terpenuhi, nilai 0-19
2. Berat badan pejantan rata-rata dalam kg (nilai maksimal 10)
1,25-1,50, nilai 1-4
> 1,50 -1,75, nilai 5-6
>1,75-2, nilai 7-8
> 2,00, nilai 9-10
3. Jenis induk yang dipelihara (nilai maksimal 10)
% keseragaman jenis induk, nilai 5-10
4. Bentuk eksterior induk (nilai maksimal 40)
Syarat-syarat induk yang baik adalah
Bentuk badan bulat, cukup besar dan perut luas
Kepalanya halus
Matanya terang/jernih
Paruhnya pendek dan kuat
Jengger dan pial halus/tidak keriput
Jarak antara tulang dada dan tulang pubis lebih kurang 4 jari tangan
Jarak antara tulang pubis lebih kurang 2 jari tangan
• 7 syarat terpenuhi, nilai 35-40
• 4-6 syarat terpenuhi, nilai 30-34
• 2-3 syarat terpenuhi, nilai 25-29
• 1-2 syarat terpenuhi, nilai 20-24
• Tidak ada syarat terpenuhi, nilai 0
METODE KERJA
A. Waktu dan Tempat Pratikum
Pratikum cara pendugaan prestasi unggas dilakukan pada 30 Oktober 2012 yang bertempat di Laboratorium Jurusan Peternakan, Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
Dalam pratikum cara pendugaan prestasi unggas bahan ynag digunakan terdiri dari 3 ekor aya buras pejantan dan 3 ekor ayam buras betina. Alat yang digunakan terdiri dari tali rafia, timbangan, alat tulis, kalkulator, dan recording pemeliharaan ayam buras.
C. Metode Kerja
Metode kerja yang dilakukan dalam pratikum cara pendugaan prestasi unggas yaitu.
1. meletakkan ketiga ayam jantan berjejer, demikian juga dengan ketiga betina induk dengan mengikat salah satu kakinya dengan tali rafia. Memberikan nama pada masing-masing ayam tersebut,
2. berdasarkan recording yang ada dan perabaan pada bagian tubuh ayam lakukan penilaian dengan kartu penilaian ayam buras,
3. menimbang bobot tubuh ayam yang dinilai,
4. menulis laporan hasil penilaian ayam tersebut dengan mencantumkan pemenangnya.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pegamatan
Dari pratikum cara pendugaan prestasi unggas maka diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Pendugaan prestasi ayam buras betina
Nama ayam Induk tidak mengeram Induk mengeram dan langsung disapih Induk mengeram dan memelihara Produksi daging % seragaman
Nisa 135 115 92 105 60
Sani 120 100 85 76 45
Mia 121 105 89 87 48
Jenis Pendugaan Skor/ nilai
Nisa Sani Mia
A. Produksi telur
1. Induk tidak mengerami telur
2. Induk mengerami dan langsung disapih
3. Induk mengeram dan memelihara
4. Produksi daging
Total nilai
B. Bibit ayam buras
% keseragaman
C. Bentuk eksterior induk
Bentuk badan bulat, cukup besar dan perut luas
Kepalanya halus
Matanya terang/jernih
Paruhnya pendek dan kuat
Jengger dan pial halus/tidak keriput
Jarak antara tulang dada dan tulang pubis lebih kurang 4 jari tangan
Jarak antara tulang pubis lebih kurang 2 jari tangan
Total nilai
25
25
25
25
100
7
-
-
33
17
17
16
16
86
6
-
-
-
31
16
18
18
18
70
5
-
-
-
-
30
Nilai akhir penilaian ayam buras betina
Penilaian Nilai
Nisa Sani Mia
A. Produksi telur
B. Keseragaman
C. Bentuk eksterior induk
Total nilai 100
7
33
140*
86
6
31
123 70
5
30
105
Keterangan : * pemenang
2. Pendugaan ayam buras jantan
Jenis pendugaan Skor/nilai
Michel Parno Budi
A. Bentuk eksterior jantan
Aktivitas : sangat gesit
Sikap : gesit
Punggung : lebar
Dada : penuh, dalam
Abdomen : dalam, penuh
Kepala : besar bulat
Paruh : pendek, tebal
Jengger : besar, merah, segar, hangat
Mata : besar, bersinar, menonjol
Sayap : terkatup pada tubuh
Total nilai
B. Bobot badan pejantan (kg)
Total nilai
-
-
30
2.30
10
-
-
-
30
2.05
9
-
-
35
2.25
9.5
Nilai akhir penilaian ayam buras jantan
Penilaian Nilai
Michel Parno Budi
A. Bentuk eksterior jantan
B. Bobot badan pejantan
Total nilai 30
10
40 30
9
39 35
9.5
44.5*
Keterangan : * pemenang
B. Pembahasan
Produksi telur ayam buras yang dipelihara secara tradisional berkisar antara 40−45 butir/ekor/tahun, karena adanya aktivitas mengeram dan mengasuh anak yang lama, yakni 107 hari (Biyatmoko 2003; Sartika 2005; Sulandari et al. 2007). Produksi telur ayam buras akan meningkat apabila induk ayam buras tidak mengeram dan mengasuh anak. Pada pratikum pendugaan prestasi ayam buras terlihat bahwa induk yang tidak mengeram produksinya lebih tinggi dibandingkan dengan induk ayam buras yang mengeram dan mengasuh anak serta mengeram dan anak langsung disapih.
Pada pendugaan atau penilaian produksi telur dan produksi daging serta persen keseragaman, nilai tertinggi dimenangkan oleh Nisa yaitu 133 untuk nilai produksi telur dan daging dan nilai 7 untuk persen keseragaman, sedangakan nilai terendah diberikan pada Mia yaitu nilai produksi telur dan daging 100 serta persen keseragaman dengan nilai 5. Penilaian produksi telur dan daging serta persen keseragaman untuk Sani yaitu 117 dan 6
Faktor yang mempengaruhi produksi telur dan daging adalah tata laksana pemeliharaan ayam buras yang menyangkut pemberian ransum dan kesehatan dari ayam buras. Selain itu juga reproduksi, umur ayam dan lama produksi. Produksi telur akan tinggi jika ayam buras dipelihara secara semi ekstensif.
Produksi telur ayam buras yang dipelihara secara tradisional berkisar antara 40−45 butir/ekor/tahun, karena adanya aktivitas mengeram dan mengasuh anak yang lama, yakni 107 hari (Biyatmoko 2003; Sartika 2005; Sulandari et al. 2007). Ayam buras yang dipelihara secara ekstensif umumnya mencapai dewasa kelamin
pada umur 6−7 bulan, bobot badan dewasa 1.400−1.600 g/ekor, produksi telur 40−45 butir/ekor/tahun, bobot telur 40 g, persentase karkas 75%, mortalitas anak (DOC) 31%, daya tetas 86,65%, dan lama mengeram 21 hari (Biyatmoko 2003).
Pemberian pakan dengan kandungan nutrisi yang mencukupi kebutuhan produksi ayam buras akan meningkatkan produksi telur dan daging. Jenis pakan dan komposisi nutrisi pakan juga mempengaruhi produksi telur dan daging apabila pakan kekurangan protein maka induk akan sulit untuk memproduksi telur karena akan kekurangan kalsium.
Umur dan reproduksi ayam juga mempengaruhi produks telur, apabila ayam dikawinkan sebelum dewasa tubuh maka produksinya akan rendah hal ini dikarenakan saluran reproduksi induk ayam belum sempurna. Ayam akan belajar memproduksi telur pertama kali pada umur 30 minggu produksi telur masih rendah pada umur tersebut.
Penilaian bentuk ekterior induk dimenangkan oleh Nisa yaitu dengan nilai 33 hal ini karena bentuk mata terang, paruhnya pendek dan kuat, jarak antara tulang pubis 2 jari tangan, dan jarak antara tulang dada dan tulang pubis 4 jari tangan sehingga memenuhi persyaratan induk yang baik. Sedangkan Sani mendapat nilai 31 karena bentuk badannya lebih kecil dibandingkan Nisa. Penilaian bentuk eksterior induk pada Mia memperoleh nilai 30 hal ini karena kepalanya yang kasar, paruhnya yang panjang serta jengger dan pialnya kasar sehingga tidak memenuhi semua persyaratan induk ayam yang baik.
Secara keseluruhan penilaian pendugaan prestasi ayam buras betina dimenangkan oleh Nisa yaitu dengan niilai 140, hal ini karena nilai produksi telur, produksi daging, dan keseragamannya tinggi walaupun bentuk eksteriornya tidak semua memenuhi syarat induk yang baik
Penilaian pendugaan prestasi ayam buras pejantan untuk bentuk eksterior dimenangkan oleh Budi dengan nilai 35 karena memenuhi semua persyaratan bibit ayam buras jantan yang baik yaitu aktif, gesit, punggung lebar, dada penuh dan dalam, abdomennya dalam dan penuh, kepala besar dan bulat, paruh pendek dan tebal, jengger besar, merah, dan segar, mata besar dan bersinar, dan sayap terkatup pada tubuh, sedangkan Parno dan Michel memperoleh nilai 30 dan 380 hal ini karena Michel dan Parno hanya memenuhi beberapa persyaratan bibit ayam buras yang baik. Penilaian berdasarkan pendugaan bobot badan ayam buras jantan dimenangkan oleh Michel yaitu dengan bobot badan 2,30 kg sehingga memperoleh nilai 10, sedangkan bobot badan Parno dan Budi yaitu 2.05 kg dan 2,25 kg sehingga memperoleh nilai 9 dan 9.5. Secara keseluruhan penilaian pendugaan prestasi ternak ayam buras jantan dimenangkan oleh Budi dengan total nilai 44.5, sedangkan Michel dan Parno memperoleh nilai 40 dan 39. Walaupun Nilai berdasarkan Bobot badan pada budi hanya mendapatkan nilai 9.5 akan tetapi budi memliki nilai sifat eksterior yang tertinggi.
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
dari pratikum pendugaan prestasi ternak unggas yaitu pendugaan prestasi ayam buras jantan dan betina maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Penilaian pendugaan prestasi ayam buras betina dimenangkan oleh Nisa, sedangkan ayam buras jantan dimenangkan oleh Budi karena memenuhi semua persyaratan bibit ayam buras yang baik,
2. Penilaian ayam buras dapat dilakukan bila ayam buras dipelihara secara semi ekstensif, penilaian dilakukan pada bagian eksterior tubuh, produksi terlur, bobot badan, produksi daging dan keseragaman,
3. Hal yang menentukan prestasi ternak yaitu tata laksana pemeliharaan, pemberian pakan, reproduksi, dan kesehatan ternak.
DAFTAR PUSTAKA
Biyatmoko, D. 2003. Permodelan usaha pengembangan ayam buras dan upaya perbaikannya di pedesaan. Makalah disampaikan pada Temu Aplikasi Paket Teknologi Pertanian Subsektor Peternakan. Banjarbaru, 8−9 Desember 2003. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan, Banjarbaru. hlm. 1−10.
Muryanto, Subiharta, D.M. Juwono, dan W.Dirdjopranoto. 1994c. Optimalisasi produksi telur ayam buras melalui perbaikan pakan dan tata laksana pemeliharaan. Jurnal Ilmiah Penelitian Ternak Klepu 1(2): 9−14.
Nova, Khaira, Sulastri.2002.Penuntun Pratikum Ilmu Tilik Ternak. Universitas Lampung. Lampung
Rasyaf, M. 1987. Beternak Ayam Kampung. Penerbit penebar swadaya, Jakarta.
Lampiran
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penilaian terhadap produktivitas ternak di lapangan harus dilakukan secara cepat sehingga dibutuhkan cara atau metode yang praktis namun efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tersebut. Berbagai metode yang cukup praktis untuk menilai berbagai jenis ternak dengan tujuan pemeliharaan yang berbeda-beda telah berkembang pesat dan terangkum dalam ilmutilik ternak. Penilaian ternak tersebut dilakukan terhadap bagian-bagian tubuh yang mencerminkan tingkat produktivitas ternak yang bersangkutan.
Unggas petelur dipelihara dengan tujuan utama menghasilkan telur. Proses pembentukan telur selama berproduksi ternyata mengakibatkan hilangnya pigmen pada bagian-bagian tubuh tertentu yaitu pada anuus, cincin mata dan gelambir kuping, paruh dan kaki secara berurutan. Pigmen tersebut kembali telihat pada saat ayam berhenti atau beristirahat berproduksi.
Kebutuhan terhadap ayam kampung semakin meningkat selain untuk memenuhi kebutuhan protein hewani juga disebabkan karena kepercayaan masyarakat terhadap daging ayam kampung yang lebih alami dibandingkan dengan ayam jenis lainnya. Akan tetapi peningkatan kebutuhan terhadap ayam kampung ini tidak diimbangi dengan jumlah populasi ayam kampung pada masing-masing daerah di Indonesia. Kurangnya perhatian terhadap ayam kampung merupakan salah satu faktor penyebab populasi ayam kampung semakin menurun.
Keragaman ukuran tubuh hewan disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan. Ukuran tubuh ayam yang penting untuk diamati dan dapat dijadikan penentu karakteristik antara lain adalah bobot badan, panjang tarsometatarsus, panjang tibia, panjang femur, tinggi jengger, dan jarak tulang pubis untuk ayam betina.
Perkembangan ayam buras (bukan ras) atau lebih dikenal dengan sebutan ayam kampung di Indonesia berkembang pesat dan telah banyak dipelihara oleh peternak-peternak maupun masyarakat umum sebagai usaha untuk pemanfaatan pekarangan, pemenuhan gizi keluarga serta meningkatkan pendapatan.
Dikarenakan dengan pemeliharaan sistem tradisional, produksi telur ayam buras sangat rendah, ± 60butir/tahun/ekor. Berat badan pejantan tak lebih dari 1,9 kg dan betina ± 1,2 ~ 1,5 kg, maka perlu diintensifkan. Pemeliharaan yang intensif pada ayam buras, dapat meningkatkan produksi telur dan daging, dapat mencegah wabah penyakit dan memudahkan tata laksana.
Ayam buras yang terdapat di Indonesia sangat beragam penampilan dan penyebarannya. Hal ini dapt dilihat dari pola warna bulu. Tidak ada patokan atau standar khusus untuk ayam buras dari segi bentuk, ukuran-ukuran tubuh dan warna bulu, penampilan ayam buras yang bervariasi mengakibatkan ayam buras sulit dipilih dalam kelompok tertentu. Penampilan ayam buras dikaitkan dengan penampilan luar antara lain warna bulu, Shank, dan bentuk jengger.
B. Tujuan Pratikum
Tujuan pratikum cara pendugaan prestasi unggas yaitu mahasiswa dapat menilai prestasi ternak unggas mendekati prestasi yang sebenarnya.
C. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 30 Oktober 2012
Pukul : 08.00 – 10.00 wib
Tempat : Laboratorium Reproduksi Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ayam buras
Ayam buras adalah istilah untuk menyebutkan jenis ayam yang biasa diternakan masyarakat Indonesia.(Nugroho et al., 1992). Pada umumnya ayam buras dipelihara secara ekstensif, dibiarkan berkeliaran di halaman rumah, lapangan, atau tempat-tempat disekitar kampung, karena tempat hidupnya maka ayam tersebut dinamakan ayam kampung ( sarwono, 1999)
Harjosoebroto dan Atmojdo (1977), menyatakan bahwa ciri-ciri ayam buras sebagai berikut : (1) warna bulu bervariasi dan warna bulu ayam buras jantan lebih bagus; (2) kulit berwarna kuning pucat; (3) bentuk jengger pada ayam buras jantan dan betina tidak seragam. Varietas ayam kampung yang dapat dijumpai di pelosok Indonesia memiliki tanda-tanda tubuh kecil, produksi rendah, bobot badan relatif tinggi, memiliki sifat keindukan dan mengeram yang baik.
Keunggulan Ayam Buras
1. Menghasilkan telur anatara 12-18 butir per satu masa bertelur,
2. Rata-rata berat telur 35-50 gr,
3. Pertama kali bertelur umur 250 hari,
4. Setahun bisa bertelur2-3 kali,
5. Lama mengasuh anak 27-107 hari,
6. Kembali bertelur setelah 8-23 hari anaknya dipisah,
7. berat rata-rata anak umur 90 hari adalah 425 gr.
Ciri-ciri ayam betina petelur yang baik :
Tidak cacat,
Kepalanya halus, matanya terang/jernih,
Muka sedang, paruh pendek dan kuat,
Jengger dan pial tidak keriput,
Badan cukup besar dan perut lebar,
Jarak antara tulang dada dan tulang belakang ± 4 jari,
Jarak antara tulang pubis ± 2 jari.
Ciri-ciri ayam jantan yang baik :
Tidak cacat,
Badan kuat dan agak panjang,
Sayap kuat dan bulu-bulu teratur rapi,
Paruh bersih
Mata tajam, jernih,
Kaki dan kuku bersih serta sisik-sisk teratur,
Terdapat taji, baik yang runcing /bulat
Produktivitas ayam buras umumnya rendah karena pemeliharaan masih sederhana dan belum memperhatikan tata laksana yang baik (Muryanto et al. 1994b;1994) pemberian pakan tidak seimbang baik kualitas maupun kuantitasnya (Muryanto et al. 1994a; Suryana dan Rohaeni 2006; Septiwan 2007; Usman 2007), dan pencegahan penyakit belum optimal (Lestari 2000; Gunawan 2002).
Produksi telur ayam buras yang dipelihara secara tradisional berkisar antara 40−45 butir/ekor/tahun, karena adanya aktivitas mengeram dan mengasuh anak yang lama, yakni 107 hari (Biyatmoko 2003; Sartika 2005; Sulandari et al. 2007).
Ayam buras yang dipelihara secara ekstensif umumnya mencapai dewasa kelamin
pada umur 6−7 bulan, bobot badan dewasa 1.400−1.600 g/ekor, produksi telur 40−45 butir/ekor/tahun, bobot telur 40 g, persentase karkas 75%, mortalitas anak (DOC) 31%, daya tetas 86,65%, dan lama mengeram 21 hari (Biyatmoko 2003).
Ciri-ciri kuantitatif ayam buras antara lain bobot badan rata-rata jantan umur 5 bulan 1.222 g, betina 916 g, bertelur pertama pada umur 6,37 bulan, bobot telur 41,60 g, dan daya tetas telur 84,60% (Septiwan 2007). Produksi telur ayam buras yang dipelihara secara intensif mencapai 151 butir/tahun, bahkan setelah mengalami seleksi yang ketat, produksi telur meningkat menjadi 170−230 butir/tahun (Syamsari 1997).
B. Pendugaan lama berproduksi
Ilmu tilik ternak adalah ilmu pengetahuan yang mengajarkan tentang pengetahuan menilik atau menilai seekor ternak sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dalam waktu yang singkat atau ilmu pengetahuan ynag digunakan untuk mempertimbangkan prestasi atau produktivitas suatu ternak dalam waktu singkat. Prestasi atau produktivitas ternak adalah nilai hayati yang dimiliki oleh seekor
ternak seperti keadaan tubuh, produksi daging, susu, telur, tenaga serta lain-lain.
Disamping itu, ilmu tilik ternak digunakan untuk menilai seekor ternak yang memiliki kapasitas berproduksi dan reproduksi serta tingkat kesehatan yang normal sesuai dengan bangsa ternak dan daya beradaptasi pada suatu lingkungan tertentu.
Penilaian terhadap seekor ternak harus dilakukan menurut cara dan urutan tertentu sehingga kelupaan satu hal dapat dihindari.
1. Ternak harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat dilihat atau diperiksa dengan mudah.
2. Tempat dimana ternak itu berdiri harus rata
3. Perhatikan lukisan umum seekor ternak
4. Dalam menilai harus dibedakan jenis ternak berdasarkan fungsi dari ternak tersebut
5. Melakukan penilaian terhadap bagian-bagian tertentu dari ternak.
Pendugaan prestasi unggas umumnya dilakukan berdasarkan persyaratan kualitatif dan kuantitatif dalam menilai ayam buras. Tata cara penilaian ayam buras dilakukan kepada pemeliharaan yang ditujukan untuk produksi daging dan telur, pemilikan ternak minimal 30 ekor induk dengan sisitem pemeliharaan semi intensif, dan umur ternak antara 30-60 minggu.
Martojo (1992) dan Warwick, Astuti, dan Hardjosubroto (1995) menjelaskan bahwa sifat kuantitatif dipengaruhi oleh sejumlah besar pasang gen, yang masing-masing dapat berperan secara aditif, dominant dan epistatik dan bersama-sama dengan pengaruh lingkungan (non-genetik), dan tidak dapat dibedakan dengan jelas. Nozawa (1980) melaporkan bahwa keragaman ukuran tubuh hewan disebabkan oleh factor genetik dan lingkungan. Ukuran tubuh ayam yang menentukan karakteristik antara lain : bobot badan, panjang bagian-bagian kaki (tarsometatarsus), jarak tulang pubis (tulang panggul) untuk ayam betina, panjang tulang kering (tibia), panjang tulang paha (femur) dan tinggi jengger.
Pendugaan lama produksi ayam secara visual dapat dilihat dari urutan hilangnya pigmen kuning pada anus (1-2 minggu), cincin mata dan gelambir kuping
(3-4 minggu), paruh (6-8 minggu), dan kaki (12-20 minggu).
Hilangnya warna kuning pada paruh dimulai dari dasar dan pada kaki dimulai dari bagian dorsal. Apabila produksi berhenti, pigmen kuning kembali dalam urutan yang sama dengan waktu dua kali lebih cepat daripada waktu menghilangnya pigmen. Ciri-ciri lain yang menunjukkan ayam sedang berproduksi adalah kulit lemas dan berminyak. Rontoknya bulu juga menunjukkan bahwa itik tersebut sudah berproduksi selama lebih kurang satu tahun dan pada ayam sudah berproduksi selama 6-8 bulan.
D. Pedoman penilaian ayam buras
a) Produksi telur (butir/ekor/tahun) dengan total nilai 100
1. Induk tidak mengerami telur (nilai maksimal 25)
Lebih besar atau sama dengan 130, nilainya 20-25
111-130, nilainya 10-14
91-110, nilainya 10-14
71-90, nilainya 5-9
Kurang dari atau sama dengan 50, nilainya 0-4
2. Induk mengerami, anak langsung disapih (nilai maksimal 25)
Lebih dari 110, nilai 20-25
91-110, nilai 15-19
71-90, nilai 10-14
51-70, nilai 5-9
Kurang dari atau sama dengan 50, nilai 0-4
3. Induk mengerami telur dan memelihara anak (nilai maksimal 25)
Lebih dari atau sama dengan 90, nilai 20-25
71-90, nilai 15-19
31-70, nilai 10-14
25-30,nilai 5-9
Kurang dari 25,nilai 0-4
4. Produksi daging rata-rata per tahun (nilai maksimal 25)
Lebih atau sama dengan 100 ekor, nilai 20-15
75-100 ekor, nilai 15-19
50-74 ekor, nilai 10-14
25-49 ekor,nilai 5-9
Kurang dari 25 ekor, nilai 0-4
b) Bibit ayam buras
1. Sifat dan eksterior ayam jantan (nilai maksimal 40)
Syarat-syarat bibit jantan yang baik adalah.
Aktivitas : sangat gesit
Sikap : gesit
Punggung : lebar
Dada : penuh, dalam
Abdomen : dalam, penuh
Kepala : besar bulat
Paruh : pendek, tebal
Jengger : besar, merah, segar, hangat
Mata : besar, bersinar, menonjol
Sayap : terkatup pada tubuh
• 9-10 syarat terpenuhi, nilai 25-40
• 7-8 syarat terpenuhi, nilai 30-34
• 5-6 syarat terpenuhi, nilai 25-29
• 3-4 syarat terpenuhi, nilai 20-24
• 2 syarat terpenuhi, nilai 0-19
2. Berat badan pejantan rata-rata dalam kg (nilai maksimal 10)
1,25-1,50, nilai 1-4
> 1,50 -1,75, nilai 5-6
>1,75-2, nilai 7-8
> 2,00, nilai 9-10
3. Jenis induk yang dipelihara (nilai maksimal 10)
% keseragaman jenis induk, nilai 5-10
4. Bentuk eksterior induk (nilai maksimal 40)
Syarat-syarat induk yang baik adalah
Bentuk badan bulat, cukup besar dan perut luas
Kepalanya halus
Matanya terang/jernih
Paruhnya pendek dan kuat
Jengger dan pial halus/tidak keriput
Jarak antara tulang dada dan tulang pubis lebih kurang 4 jari tangan
Jarak antara tulang pubis lebih kurang 2 jari tangan
• 7 syarat terpenuhi, nilai 35-40
• 4-6 syarat terpenuhi, nilai 30-34
• 2-3 syarat terpenuhi, nilai 25-29
• 1-2 syarat terpenuhi, nilai 20-24
• Tidak ada syarat terpenuhi, nilai 0
METODE KERJA
A. Waktu dan Tempat Pratikum
Pratikum cara pendugaan prestasi unggas dilakukan pada 30 Oktober 2012 yang bertempat di Laboratorium Jurusan Peternakan, Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
Dalam pratikum cara pendugaan prestasi unggas bahan ynag digunakan terdiri dari 3 ekor aya buras pejantan dan 3 ekor ayam buras betina. Alat yang digunakan terdiri dari tali rafia, timbangan, alat tulis, kalkulator, dan recording pemeliharaan ayam buras.
C. Metode Kerja
Metode kerja yang dilakukan dalam pratikum cara pendugaan prestasi unggas yaitu.
1. meletakkan ketiga ayam jantan berjejer, demikian juga dengan ketiga betina induk dengan mengikat salah satu kakinya dengan tali rafia. Memberikan nama pada masing-masing ayam tersebut,
2. berdasarkan recording yang ada dan perabaan pada bagian tubuh ayam lakukan penilaian dengan kartu penilaian ayam buras,
3. menimbang bobot tubuh ayam yang dinilai,
4. menulis laporan hasil penilaian ayam tersebut dengan mencantumkan pemenangnya.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pegamatan
Dari pratikum cara pendugaan prestasi unggas maka diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Pendugaan prestasi ayam buras betina
Nama ayam Induk tidak mengeram Induk mengeram dan langsung disapih Induk mengeram dan memelihara Produksi daging % seragaman
Nisa 135 115 92 105 60
Sani 120 100 85 76 45
Mia 121 105 89 87 48
Jenis Pendugaan Skor/ nilai
Nisa Sani Mia
A. Produksi telur
1. Induk tidak mengerami telur
2. Induk mengerami dan langsung disapih
3. Induk mengeram dan memelihara
4. Produksi daging
Total nilai
B. Bibit ayam buras
% keseragaman
C. Bentuk eksterior induk
Bentuk badan bulat, cukup besar dan perut luas
Kepalanya halus
Matanya terang/jernih
Paruhnya pendek dan kuat
Jengger dan pial halus/tidak keriput
Jarak antara tulang dada dan tulang pubis lebih kurang 4 jari tangan
Jarak antara tulang pubis lebih kurang 2 jari tangan
Total nilai
25
25
25
25
100
7
-
-
33
17
17
16
16
86
6
-
-
-
31
16
18
18
18
70
5
-
-
-
-
30
Nilai akhir penilaian ayam buras betina
Penilaian Nilai
Nisa Sani Mia
A. Produksi telur
B. Keseragaman
C. Bentuk eksterior induk
Total nilai 100
7
33
140*
86
6
31
123 70
5
30
105
Keterangan : * pemenang
2. Pendugaan ayam buras jantan
Jenis pendugaan Skor/nilai
Michel Parno Budi
A. Bentuk eksterior jantan
Aktivitas : sangat gesit
Sikap : gesit
Punggung : lebar
Dada : penuh, dalam
Abdomen : dalam, penuh
Kepala : besar bulat
Paruh : pendek, tebal
Jengger : besar, merah, segar, hangat
Mata : besar, bersinar, menonjol
Sayap : terkatup pada tubuh
Total nilai
B. Bobot badan pejantan (kg)
Total nilai
-
-
30
2.30
10
-
-
-
30
2.05
9
-
-
35
2.25
9.5
Nilai akhir penilaian ayam buras jantan
Penilaian Nilai
Michel Parno Budi
A. Bentuk eksterior jantan
B. Bobot badan pejantan
Total nilai 30
10
40 30
9
39 35
9.5
44.5*
Keterangan : * pemenang
B. Pembahasan
Produksi telur ayam buras yang dipelihara secara tradisional berkisar antara 40−45 butir/ekor/tahun, karena adanya aktivitas mengeram dan mengasuh anak yang lama, yakni 107 hari (Biyatmoko 2003; Sartika 2005; Sulandari et al. 2007). Produksi telur ayam buras akan meningkat apabila induk ayam buras tidak mengeram dan mengasuh anak. Pada pratikum pendugaan prestasi ayam buras terlihat bahwa induk yang tidak mengeram produksinya lebih tinggi dibandingkan dengan induk ayam buras yang mengeram dan mengasuh anak serta mengeram dan anak langsung disapih.
Pada pendugaan atau penilaian produksi telur dan produksi daging serta persen keseragaman, nilai tertinggi dimenangkan oleh Nisa yaitu 133 untuk nilai produksi telur dan daging dan nilai 7 untuk persen keseragaman, sedangakan nilai terendah diberikan pada Mia yaitu nilai produksi telur dan daging 100 serta persen keseragaman dengan nilai 5. Penilaian produksi telur dan daging serta persen keseragaman untuk Sani yaitu 117 dan 6
Faktor yang mempengaruhi produksi telur dan daging adalah tata laksana pemeliharaan ayam buras yang menyangkut pemberian ransum dan kesehatan dari ayam buras. Selain itu juga reproduksi, umur ayam dan lama produksi. Produksi telur akan tinggi jika ayam buras dipelihara secara semi ekstensif.
Produksi telur ayam buras yang dipelihara secara tradisional berkisar antara 40−45 butir/ekor/tahun, karena adanya aktivitas mengeram dan mengasuh anak yang lama, yakni 107 hari (Biyatmoko 2003; Sartika 2005; Sulandari et al. 2007). Ayam buras yang dipelihara secara ekstensif umumnya mencapai dewasa kelamin
pada umur 6−7 bulan, bobot badan dewasa 1.400−1.600 g/ekor, produksi telur 40−45 butir/ekor/tahun, bobot telur 40 g, persentase karkas 75%, mortalitas anak (DOC) 31%, daya tetas 86,65%, dan lama mengeram 21 hari (Biyatmoko 2003).
Pemberian pakan dengan kandungan nutrisi yang mencukupi kebutuhan produksi ayam buras akan meningkatkan produksi telur dan daging. Jenis pakan dan komposisi nutrisi pakan juga mempengaruhi produksi telur dan daging apabila pakan kekurangan protein maka induk akan sulit untuk memproduksi telur karena akan kekurangan kalsium.
Umur dan reproduksi ayam juga mempengaruhi produks telur, apabila ayam dikawinkan sebelum dewasa tubuh maka produksinya akan rendah hal ini dikarenakan saluran reproduksi induk ayam belum sempurna. Ayam akan belajar memproduksi telur pertama kali pada umur 30 minggu produksi telur masih rendah pada umur tersebut.
Penilaian bentuk ekterior induk dimenangkan oleh Nisa yaitu dengan nilai 33 hal ini karena bentuk mata terang, paruhnya pendek dan kuat, jarak antara tulang pubis 2 jari tangan, dan jarak antara tulang dada dan tulang pubis 4 jari tangan sehingga memenuhi persyaratan induk yang baik. Sedangkan Sani mendapat nilai 31 karena bentuk badannya lebih kecil dibandingkan Nisa. Penilaian bentuk eksterior induk pada Mia memperoleh nilai 30 hal ini karena kepalanya yang kasar, paruhnya yang panjang serta jengger dan pialnya kasar sehingga tidak memenuhi semua persyaratan induk ayam yang baik.
Secara keseluruhan penilaian pendugaan prestasi ayam buras betina dimenangkan oleh Nisa yaitu dengan niilai 140, hal ini karena nilai produksi telur, produksi daging, dan keseragamannya tinggi walaupun bentuk eksteriornya tidak semua memenuhi syarat induk yang baik
Penilaian pendugaan prestasi ayam buras pejantan untuk bentuk eksterior dimenangkan oleh Budi dengan nilai 35 karena memenuhi semua persyaratan bibit ayam buras jantan yang baik yaitu aktif, gesit, punggung lebar, dada penuh dan dalam, abdomennya dalam dan penuh, kepala besar dan bulat, paruh pendek dan tebal, jengger besar, merah, dan segar, mata besar dan bersinar, dan sayap terkatup pada tubuh, sedangkan Parno dan Michel memperoleh nilai 30 dan 380 hal ini karena Michel dan Parno hanya memenuhi beberapa persyaratan bibit ayam buras yang baik. Penilaian berdasarkan pendugaan bobot badan ayam buras jantan dimenangkan oleh Michel yaitu dengan bobot badan 2,30 kg sehingga memperoleh nilai 10, sedangkan bobot badan Parno dan Budi yaitu 2.05 kg dan 2,25 kg sehingga memperoleh nilai 9 dan 9.5. Secara keseluruhan penilaian pendugaan prestasi ternak ayam buras jantan dimenangkan oleh Budi dengan total nilai 44.5, sedangkan Michel dan Parno memperoleh nilai 40 dan 39. Walaupun Nilai berdasarkan Bobot badan pada budi hanya mendapatkan nilai 9.5 akan tetapi budi memliki nilai sifat eksterior yang tertinggi.
V. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
dari pratikum pendugaan prestasi ternak unggas yaitu pendugaan prestasi ayam buras jantan dan betina maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Penilaian pendugaan prestasi ayam buras betina dimenangkan oleh Nisa, sedangkan ayam buras jantan dimenangkan oleh Budi karena memenuhi semua persyaratan bibit ayam buras yang baik,
2. Penilaian ayam buras dapat dilakukan bila ayam buras dipelihara secara semi ekstensif, penilaian dilakukan pada bagian eksterior tubuh, produksi terlur, bobot badan, produksi daging dan keseragaman,
3. Hal yang menentukan prestasi ternak yaitu tata laksana pemeliharaan, pemberian pakan, reproduksi, dan kesehatan ternak.
DAFTAR PUSTAKA
Biyatmoko, D. 2003. Permodelan usaha pengembangan ayam buras dan upaya perbaikannya di pedesaan. Makalah disampaikan pada Temu Aplikasi Paket Teknologi Pertanian Subsektor Peternakan. Banjarbaru, 8−9 Desember 2003. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan, Banjarbaru. hlm. 1−10.
Muryanto, Subiharta, D.M. Juwono, dan W.Dirdjopranoto. 1994c. Optimalisasi produksi telur ayam buras melalui perbaikan pakan dan tata laksana pemeliharaan. Jurnal Ilmiah Penelitian Ternak Klepu 1(2): 9−14.
Nova, Khaira, Sulastri.2002.Penuntun Pratikum Ilmu Tilik Ternak. Universitas Lampung. Lampung
Rasyaf, M. 1987. Beternak Ayam Kampung. Penerbit penebar swadaya, Jakarta.
Lampiran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar