Jumat, 28 November 2014

FERMENTASI KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF UNTUK TERNAK






FERMENTASI KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF UNTUK TERNAK
(Makalah Teknologi Pengolahan Pakan)

Oleh
Kelompok 16
Dian Lestari                   1014061069
Jefri Hermawan              1014061044
Silvia Wulandari            1014061082








JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013


PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Pakan utama untuk ternak ruminansia berupa hijauan yang meliputi rumput, leguminosa, dan daun-daunan. Ketersediaan hijauan terutama rumput mengalami beberapa kendala disebabkan oleh tingkat produksi yang rendah dan ketersediaan yang tidak kontinyu maupun ketersediaan lahan untuk menanam rumput yang semakin berkurang. Berdasarkan kondisi tersebut perlu dilakukan eksplorasi limbah pertanian maupun perkebunan yang potensial sebagai pakan ternak ruminansia yang dapat digunakan sebagai pengganti hijauan. Salah satu limbah perkebunan yang cukup menjanjikan adalah limbah dari buah kakao berupa kulit buah kakao.
Kulit buah kakao merupakan limbah pada perkebunan kakao rakyat yang selalu berlimpah dan belum dikelola secara baik.  Ketersediaan kulit buah kakao cukup banyak karena sekitar 75% dari satu buah kakao utuh adalah berupa kulit buah, sedangkan biji kakao sebanyak 23% dan plasenta 2% (Wawo, 2008). Ditinjau dari segi kandungan zat-zat makanan kulit buah kakao dapat dijadikan sebagai pakan ternak karena mengandung protein kasar 11,71%, serat kasar 20,79%, lemak 11,80% dan BETN 34,90% (Nuraini, 2007).
Penggunaan kulit kakao untuk ternak sapi dapat mencapai  30–40% dari kebutuhan pakan, sehingga pemanfaatan kulit buah kakao dapat mengantisipasi masalah kekurangan pakan ternak serta menghemat tenaga kerja dalam penyediaan pakan hijauan.
Adapun usaha untuk meningkatkan kandungan nutrien pada limbah kulit kakao salah satunya adalah fermentasi. Fermentasi merupakan proses yang relatif murah yang telah lama dilakukan. Proses fermentasi dengan cara dan dosis yang sesuai mampu menghasilkan produk protein, menurunkan kadar lemak, dan membentuk (menyederhanakan) karbohidrat komplek. Winarto et al. (1980) menyatakan bahwa nilai gizi bahan pakan yang difermentasi lebih tinggi dari bahan asalnya.
Fermentasi kulit kakao dapat mempertinggi daya cerna, menurunkan kandungan lignin, meningkatkan kadar protein, menekan efek buruk racun theobromine dan meningkatkan produktivitas ternak sapi. Pemberian kulit kakao fermentasi dapat dilakukan dalam bentuk segar dan tepung. Menurut Laconi (1998) , kulit buah kakao mengandung lignin dan teobromin tinggi (Aregheore, 2000), selain juga mengandung serat kasar yang tinggi (40,03%) dan protein yang rendah (9,71 %). Menurut Ammirroenas (1990), kulit kakao mengandung selulosa 36,23%, he-miselulosa 1,14% dan lignin 20%-27,95 %. Lignin yang berikatan dengan selulosa menyebabkan selulosa tidak bisa dimanfaatkan oleh ternak. Upaya meningkatkan kualitas dan nilai gizi pakan serat hasil ikutan perkebunan yang berkualitas rendah merupakan upaya strategis dalam meningkatkan ketersediaan pakan.








PEMBAHASAN

kulit buah kakao merupakan limbah agroindustri tanaman kakao (Theobroma cacao L. ).  Kulit buah kakao segar memiliki kandungan nutrisi terdiri ari bahan kering (BK) 88%, protein kasar ( PK) 8 % , serat kasar (SK) 40,1% dan TDN 50,8%. Penggunaannya oleh ternak sapi dapat mencapai 30-40% dari kebutuhan pakan.
Fermentasi merupakan salah satu teknologi untuk meningkatkan nilai gizi pakan berserat tinggi. Fermentasi dapat meng-hidrolisis protein, lemak, sellulosa, lignin dan polisakarida lain, sehingga bahan yang difermentasi akan mempunyai daya cerna yang lebih tinggi, selama proses fermentasi terjadi pertumbuhan kapang, selain dihasilkan enzim juga dihasilkan protein ekstraseluler dan protein hasil metabolisme kapang sehingga terjadi pe-ningkatan kadar protein. Fermentasi akan meningkatkan Total Digestible Nutrien (TDN) dari bahan menjadi 70%.
Teknologi fermentasi yang diberikan cukup sederhana, mudah untuk diterapkan dilapangan dan dapat disosialisasikan ke masyarakat terutama peternak. Fermentasi dapat meningkatkan kandungan dan kualitas gizi bahan, menghasilkan aroma dan rasa/flavour yang disukai sehingga palatabilitas meningkat dan dapat meningkatkan daya cerna (Winarno, 1980).
Fermentasi limbah kulit buah kakao merupakan proses perombakan struktur keras secara fisik, kimia dan biologi, sehingga bahan dengan struktur yang kompleks akan berubah menjadi lebih sederhana, dan hal tersebut menyebabkan daya cerna ternak menjadi lebih efisien.
Proses fermentasi kulit buah kakao untuk pakan ternak dilakukan 2 tahap yaitu aktivasi fermentor dan proses fermentasi.
1.      Aktivasi Fermentor
Bahan :
- Ragi 100 gram
- Gula 100 gram
- Urea 100 gram

Proses Aktivasi
-          Ketiga bahan ragi, gula dan urea diaduk merata dalam 20 liter air bersih
-           Kemudian larutan diaerasi menggunakan aerator selama 24 jam
-           Selama proses aerasi lakukanpembuangan buih setiap 6 jam
-          Setelah 24 jam, larutan siap digunakan sebagai perombak

2.        Proses Fermentasi
- Cacah kulit buah kakao segar berukuran 3– 5 cm
- Kulit buah kakao yang telah dicacah ditumpuk pada bak pembuatan yang telah
  dilapisi plastik sebelumnya
- Setiap ketebalan 20 cm, tumpukan kulit buah kakao disiram dengan larutan
  fermentor secara merata
- Lakukan hal yang sama sampai ketebalan tumpukan 1 meter
- Setelah selesai, bahan ditutup plastik yang diusahakan tertutup rapat atau kedap
  udara
- Proses fermentasi belangsung selama 6hari.
- Hasil fermentasi dikeringkan anginkan sebelum diberikan pada ternak

Ciri-ciri fermentasi berhasil :
1. Permukaan irisan kulit buah kakao berwarna kecokalatan atau kehitaman
2. Berbau manis seperti bau tape

Ciri-ciri fermentasi gagal
1. Berbau amis atau busuk
2. Kulit buah kakao berlendir
3. Terdapat bintik kuning/orange pada permukaan kulit buah kakao
Contoh aplikasi kulit buah kakao fermentasi
untuk pakan ternak sapi

Penggunaan Kulit kakao sebagai pakan ternak
a. Penggemukan Sapi Simental
- 3 kg kulit kakao fermentasi (1-2% BB)
- Rumput alam 10% BB
- 3 kg konsentrat (Dedak halus 55 %, jagung 20%, bungkil kelapa 15%, tepung
   ikan 5%, ultra mineral 4% dan garam 1%)
-  Potensi kenaikan berat badan > 1 kg/ekor/hari

b. Penggemukan Sapi Bali
- Rumput alam 10 BB
- 2,5 kg Konsentrat (Dedak halus 50%, tepung kulit kakao fermentasi 20%,
  bungkil kelapa 15%, jagung 5 %, tepung ikan 5%, mineral 4% dan garam 1%)
Potensi kenaikan berat badan > 0,5 kg/ekor/hari
Fermentasi kulit kakao dengan kapang dapat mengurangi keadaan lignin sehingga dapat mempengaruhi pertombohan bobot badan saat dikonsumsi. Dengan demikian fermentasi kulit kakao dapat digunakan sebagai alternatif pakan pada ternak.


KESIMPULAN
 

1.      Fermentasi limbah kulit buah kakao merupakan proses perombakan struktur keras secara fisik, kimia dan biologi, sehingga bahan dengan struktur yang kompleks akan berubah menjadi lebih sederhana, dan hal tersebut menyebabkan daya cerna ternak menjadi lebih efisien.
2.      Fermentasi kulit kakao dapat mempertinggi daya cerna, menurunkan kandungan lignin, meningkatkan kadar protein, menekan efek buruk racun theobromine dan meningkatkan produktivitas ternak sapi
3.      Fermetasi kulit kakao dapat dijadikan sebagai alternatif sebagi pakan ternak





DAFTAR PUSTAKA


Departemen Pertanian [Deptan]. 2009. Pusat Data dan Informasi
            Pertanian.  Komoditi kakao. http//database.deptan.go.id
Harsini T. Dan Susilowati. 2010. Pemanfaatan Kulit Buah Kakao Dari
            Limbah Kakao Sebagai Bahan Baku Pakan . Jurnal Ilmiah Teknik
            Lingkungan. 180-182
Hasrudi, T.H.  Wahyuni Dan Li. Saragih. 2006. Pemanfaatan Hasil
            Sampingan Industri Perkebuanan Kelapa Sawit Dan Kakao
            Terhadap Performa Dan Bobot Potong Domba Jantan. Jurnal
            Agribisnis Peternakan. 20-22
http://Cara Memanfaatkan-Kuli Kakao-Untuk-Pakan-
            Ternak.Htm Diakses Pada 24 Sepetember 2013



Tidak ada komentar:

Posting Komentar