FERMENTASI
KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF UNTUK TERNAK
(Makalah
Teknologi Pengolahan Pakan)
Oleh
Kelompok 16
Dian Lestari 1014061069
Jefri
Hermawan 1014061044
Silvia
Wulandari 1014061082
JURUSAN
PETERNAKAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2013
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Pakan utama untuk ternak ruminansia berupa hijauan yang
meliputi rumput, leguminosa, dan daun-daunan. Ketersediaan hijauan terutama
rumput mengalami beberapa kendala disebabkan oleh tingkat produksi yang rendah
dan ketersediaan yang tidak kontinyu maupun ketersediaan lahan untuk menanam
rumput yang semakin berkurang. Berdasarkan kondisi tersebut perlu dilakukan
eksplorasi limbah pertanian maupun perkebunan yang potensial sebagai pakan
ternak ruminansia yang dapat digunakan sebagai pengganti hijauan. Salah satu
limbah perkebunan yang cukup menjanjikan adalah limbah dari buah kakao berupa
kulit buah kakao.
Kulit
buah kakao merupakan limbah pada perkebunan kakao rakyat yang selalu berlimpah
dan belum dikelola secara baik. Ketersediaan
kulit buah kakao cukup banyak karena sekitar 75% dari satu buah kakao utuh
adalah berupa kulit buah, sedangkan biji kakao sebanyak 23% dan plasenta 2%
(Wawo, 2008). Ditinjau dari segi kandungan zat-zat makanan kulit buah kakao
dapat dijadikan sebagai pakan ternak karena mengandung protein kasar 11,71%,
serat kasar 20,79%, lemak 11,80% dan BETN 34,90% (Nuraini, 2007).
Penggunaan kulit
kakao untuk ternak sapi dapat mencapai 30–40% dari kebutuhan pakan, sehingga pemanfaatan
kulit buah kakao dapat mengantisipasi masalah kekurangan pakan ternak serta
menghemat tenaga kerja dalam penyediaan pakan hijauan.
Adapun usaha
untuk meningkatkan kandungan nutrien pada limbah kulit kakao salah satunya
adalah fermentasi. Fermentasi merupakan proses yang relatif murah yang telah
lama dilakukan. Proses fermentasi dengan cara dan dosis yang sesuai mampu
menghasilkan produk protein, menurunkan kadar lemak, dan membentuk
(menyederhanakan) karbohidrat komplek. Winarto et al. (1980) menyatakan bahwa nilai gizi bahan pakan yang
difermentasi lebih tinggi dari bahan asalnya.
Fermentasi kulit
kakao dapat mempertinggi daya cerna, menurunkan kandungan lignin, meningkatkan
kadar protein, menekan efek buruk racun theobromine dan meningkatkan produktivitas
ternak sapi. Pemberian kulit kakao fermentasi dapat dilakukan dalam bentuk
segar dan tepung. Menurut Laconi (1998) , kulit buah kakao mengandung lignin
dan teobromin tinggi (Aregheore, 2000), selain juga mengandung serat kasar yang
tinggi (40,03%) dan protein yang rendah (9,71 %). Menurut Ammirroenas (1990),
kulit kakao mengandung selulosa 36,23%, he-miselulosa 1,14% dan lignin
20%-27,95 %. Lignin yang berikatan dengan selulosa menyebabkan selulosa tidak
bisa dimanfaatkan oleh ternak. Upaya meningkatkan kualitas dan nilai gizi pakan
serat hasil ikutan perkebunan yang berkualitas rendah merupakan upaya strategis
dalam meningkatkan ketersediaan pakan.
PEMBAHASAN
kulit
buah kakao merupakan limbah agroindustri tanaman kakao (Theobroma cacao L. ). Kulit
buah kakao segar memiliki kandungan nutrisi terdiri ari bahan kering (BK) 88%,
protein kasar ( PK) 8 % , serat kasar (SK) 40,1% dan TDN 50,8%. Penggunaannya
oleh ternak sapi dapat mencapai 30-40% dari kebutuhan pakan.
Fermentasi
merupakan salah satu teknologi untuk meningkatkan nilai gizi pakan berserat
tinggi. Fermentasi dapat meng-hidrolisis protein, lemak, sellulosa, lignin dan
polisakarida lain, sehingga bahan yang difermentasi akan mempunyai daya cerna
yang lebih tinggi, selama proses fermentasi terjadi pertumbuhan kapang, selain
dihasilkan enzim juga dihasilkan protein ekstraseluler dan protein hasil
metabolisme kapang sehingga terjadi pe-ningkatan kadar protein. Fermentasi akan
meningkatkan Total Digestible Nutrien (TDN) dari bahan menjadi 70%.
Teknologi
fermentasi yang diberikan cukup sederhana, mudah untuk diterapkan dilapangan
dan dapat disosialisasikan ke masyarakat terutama peternak. Fermentasi dapat
meningkatkan kandungan dan kualitas gizi bahan, menghasilkan aroma dan
rasa/flavour yang disukai sehingga palatabilitas meningkat dan dapat
meningkatkan daya cerna (Winarno, 1980).
Fermentasi
limbah kulit buah kakao merupakan proses perombakan struktur keras secara
fisik, kimia dan biologi, sehingga bahan dengan struktur yang kompleks akan
berubah menjadi lebih sederhana, dan hal tersebut menyebabkan daya cerna ternak
menjadi lebih efisien.
Proses
fermentasi kulit buah kakao untuk pakan ternak dilakukan 2 tahap yaitu aktivasi
fermentor dan proses fermentasi.
1. Aktivasi Fermentor
Bahan
:
-
Ragi 100 gram
-
Gula 100 gram
-
Urea 100 gram
Proses
Aktivasi
-
Ketiga bahan ragi, gula
dan urea diaduk merata dalam 20 liter air bersih
-
Kemudian larutan diaerasi menggunakan aerator
selama 24 jam
-
Selama proses aerasi lakukanpembuangan buih
setiap 6 jam
-
Setelah 24 jam, larutan
siap digunakan sebagai perombak
2.
Proses Fermentasi
-
Cacah kulit buah kakao segar berukuran 3– 5 cm
-
Kulit buah kakao yang telah dicacah ditumpuk pada bak pembuatan yang telah
dilapisi
plastik sebelumnya
-
Setiap ketebalan 20 cm, tumpukan kulit buah kakao disiram dengan larutan
fermentor
secara merata
-
Lakukan hal yang sama sampai ketebalan tumpukan 1 meter
-
Setelah selesai, bahan ditutup plastik yang diusahakan tertutup rapat atau
kedap
udara
-
Proses fermentasi belangsung selama 6hari.
-
Hasil fermentasi dikeringkan anginkan sebelum diberikan pada ternak
Ciri-ciri
fermentasi berhasil :
1.
Permukaan irisan kulit buah kakao berwarna kecokalatan atau kehitaman
2.
Berbau manis seperti bau tape
Ciri-ciri
fermentasi gagal
1.
Berbau amis atau busuk
2.
Kulit buah kakao berlendir
3.
Terdapat bintik kuning/orange pada permukaan kulit buah kakao
Contoh
aplikasi kulit buah kakao fermentasi
untuk
pakan ternak sapi
Penggunaan Kulit kakao sebagai pakan ternak
a.
Penggemukan Sapi Simental
- 3 kg kulit kakao fermentasi (1-2% BB)
- Rumput alam 10% BB
- 3 kg konsentrat (Dedak halus 55 %,
jagung 20%, bungkil kelapa 15%, tepung
ikan
5%, ultra mineral 4% dan garam 1%)
- Potensi
kenaikan berat badan > 1 kg/ekor/hari
b.
Penggemukan Sapi Bali
- Rumput alam 10 BB
- 2,5 kg Konsentrat (Dedak halus 50%,
tepung kulit kakao fermentasi 20%,
bungkil
kelapa 15%, jagung 5 %, tepung ikan 5%, mineral 4% dan garam 1%)
Potensi kenaikan
berat badan > 0,5 kg/ekor/hari
Fermentasi
kulit kakao dengan kapang dapat mengurangi keadaan lignin sehingga dapat
mempengaruhi pertombohan bobot badan saat dikonsumsi. Dengan demikian
fermentasi kulit kakao dapat digunakan sebagai alternatif pakan pada ternak.
KESIMPULAN
1. Fermentasi
limbah kulit buah kakao merupakan proses perombakan struktur keras secara
fisik, kimia dan biologi, sehingga bahan dengan struktur yang kompleks akan
berubah menjadi lebih sederhana, dan hal tersebut menyebabkan daya cerna ternak
menjadi lebih efisien.
2.
Fermentasi kulit kakao
dapat mempertinggi daya cerna, menurunkan kandungan lignin, meningkatkan kadar
protein, menekan efek buruk racun theobromine dan meningkatkan
produktivitas ternak sapi
3.
Fermetasi kulit
kakao dapat dijadikan sebagai alternatif sebagi pakan ternak
DAFTAR PUSTAKA
Departemen
Pertanian [Deptan]. 2009. Pusat Data dan
Informasi
Pertanian. Komoditi kakao. http//database.deptan.go.id
Harsini T. Dan
Susilowati. 2010. Pemanfaatan Kulit Buah
Kakao Dari
Limbah
Kakao Sebagai Bahan Baku Pakan . Jurnal Ilmiah Teknik
Lingkungan. 180-182
Hasrudi, T.H. Wahyuni Dan Li. Saragih. 2006. Pemanfaatan Hasil
Sampingan
Industri Perkebuanan Kelapa Sawit Dan Kakao
Terhadap
Performa Dan Bobot Potong Domba Jantan. Jurnal
Agribisnis
Peternakan. 20-22
http://Cara Memanfaatkan-Kuli Kakao-Untuk-Pakan-
Ternak.Htm Diakses Pada 24
Sepetember 2013
http://Teknologi-Fermentasi-Kulit-Kakao-Untuk-Pakan-ternak_CyberExtensio-Pusbangluh.Deptan.htm diakses pada 24 September 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar