Jumat, 28 November 2014

PEMBERIAN RANSUM DENGAN TAMBAHAN MINERAL OGANIK DAN ANORGANIK TERHADAP BOBOT TERNAK




 

PEMBERIAN RANSUM DENGAN TAMBAHAN MINERAL OGANIK DAN ANORGANIK TERHADAP BOBOT TERNAK
 (Laporan Praktikum Nutrisi Mineral dan Vitamin)
Oleh :
KELOMPOK 6
Agung Dwi Saputro                10140610
Fandi Abdillah                        10140610
Gabriella Ayu             1014061036
Janu Firdaus                           10140610
Rahmat Iswarno                     1014061050
Silvia Wulandari                     1014061082

logo unila
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013



LEMBAR PENGESAHAN


Judul Praktikum            : Pemberian Ransum Dengan Tambahan Mineral
  Oganik Dan Anorganik Terhadap Bobot Ternak
Tempat Praktikum        : Kandang A Jurusan Peternakan
Waktu Praktikum         :
Nama                           : Agung Dwi Saputro  10140610
  Fandi Abdillah                      10140610
  Gabriella Ayu                       1014061036
  Janu Firdaus             10140610
  Rahmat Iswarno                   1014061050
  Silvia Wulandari                   1014061082
Kelompok                    : 6 (Enam)
Jurusan             : Peternakan
Fakultas                       : Pertanian

Bandar Lampung, 20 Desember 2013
Mengetahui,
Dosen PJ


Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S.
NIP. 19610307 198503 1 006



KATA PENGANTAR


Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas berkat dan karunia-Nya sehingga laporan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan ini merupakan hasil praktikum yang telah dilaksanakan dari tanggal
01 November s.d.03 Desember 2013
tentang Pemeliharaan Sapi. Laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kesalahan dalam penulisan laporan ini, baik dalam teknik penulisan maupun isi. Maka dari itu, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.


Bandar Lampung, 20 Desember 2013

Penulis





DAFTAR ISI


Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................      i
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................     ii
DAFTAR ISI....................................................................................................    iii

I.    PENDAHULUAN.....................................................................................     1
A. Latar belakang......................................................................................     1
B. Tujuan...................................................................................................     2

II.  TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 3

III.  METODE...................................................................................................... 7
A.  Waktu dan Tempat................................................................................... 7
B.  Alat dan Bahan......................................................................................... 7
C.  Cara Kerja............................................................................................... 7

IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................     8
A.  Hasil....................................................................................................     8
B.  Pembahasan.........................................................................................     8

V.  SIMPULAN DAN SARAN.......................................................................   13
A.  Simpulan................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................   14


 



I.                   PENDAHULUAN


A.  Latar belakang

Masalah pakan bukan saja hanya pada kecukupan energi protein, tetapi juga pada unsur-unsur nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit namun memiliki pengaruh yang besar terhadap peningkatan perkembangan ternak yang selanjutnya meningkatkan pertumbuhannya.

Pakan merupakan sarana produksi yang sangat penting bagi ternak karena berfungsi sebagai bahan pemacu pertumbuhan tubuh. Pakan yang sempurna mengandung kelengkapan protein, karbohidrat, lemak, air, vitamin dan mineral. Hal ini berarti bahwa jumlah serta kualitas pakan yang baik akan membantu ternak untuk tumbuh, berproduksi dan reproduksi. Tersedianya pakan yang cukup baik jumlah maupun mutunya serta berkesinambungan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pengembangan ternak.

Mineral merupakan bahan inorganik yang dibutuhkan untuk proses kehidupan baik dalam bentuk ion atau elemen bebas.  Diperoleh dari makanan (tubuh tidak dpt memproduksi.  Mineral terbagi menjadi mikro dan makro.  Mineral-mineral ini berperan dalam optimalisasi bioproses dalam rumen dan metabolisme zat-zat makanan.  Mineral mikro dan makro di dalam alat pencernaan ternak dapat saling berinteraksi positif atau negatif dan faktor lainnya seperti asam fitat, serat kasar, dan zat-zat lainnya dapat menurunkan ketersediaan mineral.  Pemberian mineral dalam bentuk organik dapat meningkatkan ketersediaan sehingga dapat lebih tinggi diserap dalam tubuh ternak (Muhtarudin, 2003 dan Muhtarudin et al., 2003).

B.   Tujuan Praktikum
1.      Agar mahasiswa dapat membuat mineral organik dan anorganik
2.      Agar mahasiswa dapat mengetahui pengaruh sapi yang dibri ransum dengan campuran minerala organik maupun anorganik


 


II. TINJAUAN PUSTAKA

Pakan merupakan sarana produksi yang sangat penting bagi ternak karena berfungsi sebagai bahan pemacu pertumbuhan tubuh. Pakan yang sempurna mengandung kelengkapan protein, karbohidrat, lemak, air, vitamin dan mineral. Hal ini berarti bahwa jumlah serta kualitas pakan yang baik akan membantu ternak untuk tumbuh, berproduksi dan reproduksi. Tersedianya pakan yang cukup baik jumlah maupun mutunya serta berkesinambungan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan pengembangan ternak kambing.  (http://parafublog.blogspot.com. 2013

Kebutuhan pakan dapat dipenuhi dengan pemberian pakan hijauan (sebagai pakan utama) dan konsentrat sebagai pakan penguat, namun kedua jenis pakan tersebut belum menjamin terpenuhinya unsur-unsur mikro berupa mineral, vitamin serta asam amino yang tidak diperoleh ternak kambing maka perlu memperoleh bahan makanan pelengkap atau pakan suplemen dapat meningkatkan efisiensi pencernaan makanan sehingga dapat meningkatkan produksi ternak. (http://parafublog.blogspot.com. 2013)

Pemberian Pakan untuk ternak yang di perlukan formulasi yang sesuai antara imbangan hijauan dan konsentrat yang akan di pakai sehingga kebutuhannya tercukupi, selain itu penggunaan pakan lebih efesien jika di gunakan dalam masa pertumbuhan. Urea yang di berikan padaternak ruminansia dapat melengkapi dari sebagian protein yang dibutuhkan, karena urea akan disintesis menjadi protein oleh mikroba dalam rumen. ( Anggordi, 1994).

Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik biasanya tidak termasuk). Ilmu yang mempelajari mineral disebut mineralogi. (sini-ada.blogspot.com.2013)

Mineral Organik adalah mineral yang dibutuhkan serta berguna bagi tubuh , yang dapat  peroleh melalui makanan yang  konsumsi setiap hari seperti nasi, ayam, ikan, telur, sayur-sayuran serta buah-buahan, atau vitamin tambahan. Sedangkan sebaliknya. Sedangkan
Mineral Anorganik adalah mineral yang tidak dibutuhkan serta tidak berguna bagi tubuh . Air, yang bersumber dari dalam tanah mengandung mineral Anorganik yang tidak berguna dan sulit untuk dicerna bagi tubuh manusia.

Mineral-mineral ini berperan dalam optimalisasi bioproses dalam rumen dan metabolisme zat-zat makanan. Mineral mikro dan makro di dalam alat pencernaan ternak dapat saling berinteraksi positif atau negatif dan faktor lainnya seperti asam fitat, serat kasar, dan zat-zat lainnya dapat menurunkan ketersediaan mineral.  Pemberian mineral dalam bentuk organik dapat meningkatkan ketersediaan sehingga dapat lebih tinggi diserap dalam tubuh ternak.  Secara teoritis, mineral organik meningkatkan penyerapan mineral.  Pembuatan mineral organik dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya cara biologis (proteinat) dan cara kimiawi.  Pembuatan mineral organik masih telah  dipelajari sebelumnya (Muhtarudin, 2001; Muhtarudin, 2003; Muhtarudin, 2004).

Pemberian mineral dalam bentuk organik dapat meningkatkan ketersediaan sehingga dapat lebih tinggi diserap dalam tubuh ternak  Mineral kalsium (Ca) adalah salah satu mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh ternak.  Mineral Ca sangat penting sebagai komponen struktural (tulang dan gigi) dan non struktural (metabolisme dan jaringan lemak).  Penyerapan Ca dipengaruhi oleh jumlah dan bentuk mineral ini, juga oleh interaksinya dengan mineral lainnya.

suplementasi cromium-proteinat dapat meningkatkan glukosa darah yang dapat digunakan sebagai indikator peningkatan suplai glukosa ke dalam sel-sel alveolus susu.  Kadar Cr  pada sapi perah belum diperhitungkan dengan tepat.  Beberapa peneliti lain memperlihatkan efektivitas Cr organik dalam meningkatkan respons imunologis dan hormonal, toleransi terhadap glukosa serta produksi ternak (Mallard dan Borgs, 1997; Mordenti et al., 1997).

Se (selenium).  Ransum sapi perah dianjurkan agar mengandung Se 300 mg. ton-1 BK ransum (NRC, 1988).  Kadarnya dalam pakan banyak yang belum diketahui, sedangkan dalam pakan yang telah diketahui kadarnya, ketersediaan biologisnya sangat beragam.  Dengan demikian peluang untuk defisien atau marjinal cukup besar

Pemberian Zn dalam bentuk Zn-organik meningkatkan jumlah Zn yang terserap dan pemberian asam lemak tak jenuh rantai panjang memberikan pengaruh positip pada ternak. Penggabungan lisin, Zn, dan asam lemak tak jenuh rantai panjang sebagai ikatan lisin-Zn-minyak lemuru diharapkan dapat memberikan keuntungan ganda yaitu melindungi lisin dari degradasi dalam rumen dan meningkatkan penyerapan Zn serta PUFA yang dikandung oleh minyak lemuru di pascarumen.






III. METODE PRAKTIKUM

A.  Alat dan Bahan
Alat-alat yang dihunakan dalam praktikum ini adalah timbanga, sekop, gelas ukur, plastik dan pengaduk

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sapi, konsentrat, mineral organik dan mineral anorganik

B.   Cara kerja
1.      Membuat larutan mineral organik dan mineral anorganik di laboratorium
2.      Mencampur mineral dengan konsentral
3.      Memberi pakan sapi
4.      Menghitung sisa pakan
5.      Menimbang bobot sapi

 


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  Hasil Pengmatan
Tabel 1.  jumlah Pemberian pakan
perlakuan
pemberian pakan
konsentrat
hijauan
organik
2 kg
8 kg
anorganik
2 kg
8 kg

Tabel 2. Pertambahan bobot badan sapi
perlakuan
bobot badan (kg)
sebelum
sesudah
organik
330
332
anorganik
210
212

Tabel 3.  Sisa pemberian pakan
perlakuan
sisa pakan ( konsentrat) (g)
sisa pakan ( hijauan) (g)
Hari ke-
Hari ke-

1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
organik
900
750
1000
950
1000
600
2100
2500
1600
1750
anorganik
1100
600
850
1050
900
1800
3000
3550
2200
3100


B.  Pembahasan

Mineral adalah padatan senyawa kimia homogen, non-organik, yang memiliki bentuk teratur (sistem kristal) dan terbentuk secara alami. Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik biasanya tidak termasuk). Ilmu yang mempelajari mineral disebut mineralogi.

Fungsi mineral pada ternak adalah sebagai pembentuk struktur fisiologis, sebagai katalisator sekaligus berfungsi sebagai regulator. Semua jaringan tubuh ternak mengandung zat mineral dalam jumlah dan proporsi yang sangat bervariasi.
Mineral yang sangat penting bagi ternak dapat dibagi menjadi mineral makro dan mineral mikro.

Yang termasuk mineral makro adalah CA, P, K, Na, Cl, S dan Mg. Sedangkan yang termasuk mineral mikro adalah Fe, Zn, Cu, Mo, Se, I, Mn,Co, Cr, Sn, V, F, Si, Ni, dan As.

Pakan ternak yang baik harus mengandung mineral makro dan mikro tersebut dalam komposisi jumlah yang tepat.

Beberapa jenis mineral merupakan elemen inorganic yang dibutuhkan oleh ternak untuk proses pertumbuhan dan reproduksi. Jumlahnya memang hanya sedikit, namun komposisi semua jenis mineral yang ada harus tepat. Harus selalu ada dalam kompisisi yang tepat agar keseimbangan tubuh tetap terjaga. Berdasarkan kegunaanya dalam aktifitas hidup ternak, maka mineral dapat dibagi menjadi golongan esensial dan non esensial.

Anorganik yang tidak berguna dan sulit untuk dicerna bagi tubuh manusia. Macam-macam mineral anorganik dalam air misalnya Kalsium Karbonat (CaCo3), Besi (Fe), Mangan (Ma), Natrium (Na), dll. 

dari data hasil pengamatan terlihat bahwa ternak kurang menyukai ransum dengan tambahan mineral anorganik hal ini karena mineral anorganik sulit dicerna sehingga sisa pakan dari ransum anorganik lebih banyak dibandingkan dengan ransum dengan tambahan mineral organik.  Selain itu pertambahan bobot tubuh pada sapi dengan tambahan mineral organik dan anorganik pun berbeda.  Pada mineral organik pertumbuhan bobot tubuhnya lebih bagus dibandingkan dengan mineral anorganik hal ini karena mineral organik meningkatkan penyerapan, bioproses rumen, pascarumen dan metabolisme zat makanan dalam upaya meningkatkan produksi ternak ruminansia. 

Pemberian mineral dalam bentuk organik dapat meningkatkan ketersediaan sehingga dapat lebih tinggi diserap dalam tubuh ternak.  Pemberian mineral Zn dapat memacu pertumbuhan mikroba rumen (Putra, 1999) dan meningkatkan penampilan ternak (Erna Hartati, 1998). Little et al. (1986) melaporkan bahwa kandungan seng pada pakan ruminansia di Indonesia berkisar antara 20—38 mg/kg bahan kering ransum, nilai ini jauh di bawah kebutuhan  ruminansia sesuai yang direkomendasikan NRC (1988) 40—50 mg/kg bahan kering ransum.  Zn dalam bentuk organik dapat meningkatkan metabolisme zat-zat makanan hal ini diindikasikan dengan meningkatnya retensi nitrogen (Fathul et al., 2002).  penggunaan Zn organik (lisin-Zn-PUFA dan Zn proteinat) dapat meningkat bioproses dalam rumen, kecernaan zat-zat makanan, metabolisme protein, dan penampilan ternak, sedangkan suplementasi Cu berbentuk Cu lisinat berpengaruh menurunkan pertumbuhan, namun sebaliknya dalam bentuk Zn, Cu proteinat mampu menghasilkan pertumbuhan terbaik pada domba.  Oleh karena itu suplementasi Cu sebaiknya dalam bentuk Cu proteinat (Sutardi, 2001). NRC (1988) merekomendasikan kebutuhan Zn dan Cu masing-masing 50 ppm dan 10 ppm.
Fungsi biologis Cu antara lain berikatan dengan ceruplasmin dan simutase superoksida.  Ceruloplasmin berfungsi sebagai antioksidan, peredam radikal bebas oksigen yang dihasilkan fagosit pada peradangan, sedangkan dismutase superoksida berfungsi sebagai katalisator dalam reaksi simutase radikal superoksida menjadi peroksida hidrogen dan oksigen (Harmon dan Torre, 1997).
Salah satu mineral mikro yang juga sangat dibutuhkan ternak ruminansia adalah  Se (selenium).  Kadarnya dalam pakan banyak yang belum diketahui, sedangkan dalam pakan yang telah diketahui kadarnya, ketersediaan biologisnya sangat beragam.  Dengan demikian peluang untuk defisien atau marjinal cukup besar.  Defisiensi Se terkait erat dengan defisiensi vitamin E. antara lain menyebabkan diatesis eksudatif pada unggas dan penyakit daging putih (white muscle disease) pada domba, dan kemandulan pada sapi sapi perah betina (Arthur, 1997).  Sumber Se yang terbaik ketersediaan biologisnya 73-74% adalah Na-selenat dan Se-dl-sitin (Cantor,  1997).

 Cromium dapat meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam sel-sel alveolus untuk pembentukan laktosa susu.  Faktor Cr sebagai faktor toleransi glukosa (GTF) telah lama diketahui (Schwartz dan Mertz, 1959). GTF-cromium meningkatkan pengikatan insulin oleh reseptor pada membran sel sehingga pemasukan ke dalam sel meningkat. Anis Muktiani (2002) melaporkan bahwa suplementasi cromium-proteinat dapat meningkatkan glukosa darah yang dapat digunakan sebagai indikator peningkatan suplai glukosa ke dalam sel-sel alveolus susu.  Kadar Cr  pada sapi perah belum diperhitungkan dengan tepat.  Beberapa peneliti lain memperlihatkan efektivitas Cr organik dalam meningkatkan respons imunologis dan hormonal, toleransi terhadap glukosa serta produksi ternak (Mallard dan Borgs, 1997; Mordenti et al., 1997).




V. KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan dpat disimpulkan bahwa
1.      Mineral adalah padatan senyawa kimia homogen, non-organik, yang memiliki bentuk teratur (sistem kristal) dan terbentuk secara alami
2.      Fungsi mineral pada ternak adalah sebagai pembentuk struktur fisiologis, sebagai katalisator sekaligus berfungsi sebagai regulator. Semua jaringan tubuh ternak mengandung zat mineral dalam jumlah dan proporsi yang sangat bervariasi.Mineral yang sangat penting bagi ternak dapat dibagi menjadi mineral makro dan mineral mikro.
3.      Mineral Organik adalah mineral yang dibutuhkan serta berguna bagi tubuh , yang dapat  peroleh melalui makanan yang  konsumsi setiap hari seperti nasi, ayam, ikan, telur, sayur-sayuran serta buah-buahan, atau vitamin tambahan. Sedangkan sebaliknya.
4.      Mineral Anorganik adalah mineral yang tidak dibutuhkan serta tidak berguna bagi tubuh.  air, yang bersumber dari dalam tanah mengandung mineral
5.      Pertumbuhan bobot tubuh lebih baik apabila sapi diberikan ransum dengan tambahan mineral organik daripada anorganik
6.      Pemberian mineral dalam bentuk organik dapat meningkatkan ketersediaan sehingga dapat lebih tinggi diserap dalam tubuh ternak






Tidak ada komentar:

Posting Komentar