YOGHURT
DAN KEJU
(Makalah
Mata Kuliah Manajemen Usaha Ternak Perah)
Penulis
Nama : Silvia Wulandari
NPM : 1014061082
Jurusan : Peternakan
Mata Kuliah : Manajemen Usaha Ternak Perah

JURUSAN
PETERNAKAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur
penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT
atas segala berkah, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan tanpa hambatan apapun.
Penulis ingin
menyampaikan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada segenap pihak yang
telah membantu dalam penyelesaiaikan makalah ini, karena penulis banyak
mendapat dukungan dan bimbingan secara langsung maupun tidak langsung dari
berbagai pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari
bahwa didalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
sebagai input yang berharga untuk penulisan dimasa yang akan datang.
Bandar Lampung, 24 November 2012
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...iii
I. PENDAHULUAN……………………………………………………………....1
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertuan
susu.........................................................................................3
2.2 Sifat fisik dan kimia air
susu..............................................................................
2.3 Pemeriksaan Kualitas air
susu..............................................................................
III. METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan………………………………………………………………….
3.2 Cara Kerja……………………………………………………………………....
IV. HASIL PENGAMATANPEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan……………………………………………………………….
4.2 Pembahasan……………………………………………………………………..
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
I.
PENDAHULUAN
Keju sudah diproduksi sejak zaman prasejarah.
Tidak ada bukti pasti dimana pembuatan keju pertama kali dilakukan, di Eropa, Asia Tengah,
maupun Timur
Tengah, tetapi praktek pembuatan keju menyebar ke Eropa sebelum zaman Romawi Kuno,
dan penurut Pliny, pembuatan keju telah menjadi
usaha yang terkoordinasi pada masa Kekaisaran
Romawi.
Perkiraan awal adanya pembuatan keju adalah
antara 8000 SM (ketika domba
mulai diternakkan) sampai 3000 SM. Pembuat keju pertama diperkirakan adalah
manusia di Timur Tengah atau suku-suku nomaden di Asia
Tengah. Bukti arkeologis pertama tentang pembuatan keju ditemukan pada mural di
makam Mesir Kuno, yang dibuat pada 2000 SM.
Adapula pendapat yang mengatakan bahwa keju
sudah ditemukan ribuan tahun yang lalu. Kala itu seorang pengembala sapi
menyimpan susu hasil perahannya di dalam kantung terbuat dari kulit kambing.
Beberapa hari kemudian seorang musafir menemukan kantung tersebut yang
tertinggal di dalam gua, karena terdorong rasa lapar pria itu memakannya. Tidak
di sangka susu yang sudah berubah bentuk menjadi gumpalan itu ternyata sangat
lezat rasanya. Setelah di teliti, ternyata susu terfermentasi oleh
mikroorganisme tertentu yang terdapat pada kantung kulit itu. Dari sinilah
cikal bakal keju berasal.
Pada awal abad ke 20, keju mulai diproduksi
secara komersial. Dan saat ini, industri keju berkembang begitu cepat,
jenisnnya sekarang sudah mencapai ratusan dan teksturnya juga semakin beragam.
Keju adalah produk olahan susu, dimana susu adalah sumber protein hewani yang halal. Untuk kebanyakan keju yang diproduksi di seluruh dunia, digunakan susu sapi, akan tetapi susu dari hewan lain, terutama kambing dan domba juga banyak digunakan. Kualitas susu yang digunakan di (semi-) industri pembuatan keju dikontrol dengan ketat di Eropa. Mayoritas keju dibuat dari susu dengan perlakuan panas atau susu pasteurisasi (baik penuh, rendah lemak, maupun tanpa lemak). Jika non-pasteurisasi susu yang digunakan, keju harus dimatangkan (dengan cara diperam) paling sedikit selama 60 hari pada suhu tidak kurang dari 4 °C untuk memastikan keamanan melawan organisme yang membahayakan (patogen). Persyaratan pasteurisasi susu yang digunakan untuk membuat keju varietas khusus diatur berbeda di setiap negara.
II.
ISI
Susu dapat diolah menjadi berbagai produk
olahan susu antara lain sebagai keju. Produk keju dibuat dengan cara
mengkoagulasikan kasein susu dengan menggunakan enzim atau dengan meningkatkan
keasaman susu melalui fermentasi asam laktat atau dengan kombinasi kedua teknik
tersebut.
Keju
dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan konsistensinya:- Keju segar (fresh/unripened)
yang tidak mengalami proses pematangan.
Rasanya biasanya netral dan tidak begitu asin, berbentuk seperti krim karena mengandung lebih dari 70% air, serta tidak begitu awet.
Contohnya Cottage, Philadelphia dari Amerika Serikat, Ricotta, Mascarpone dari Italia .
Mozzarella yang biasa ditaburkan di atas pizza pun ternyata termasuk keju fresh, karena walaupun bentuknya semikeras, ia tidak mengalami proses pematangan.

- Keju lunak, baik yang berkulit seperti Brie,
Camembert dari Perancis maupun yang tanpa kulit seperti Limburger
si super bau dari Belgia dan Feta dari Yunani.
Ciri utamanya adalah memiliki konsistensi yang empuk dan lembut, walaupun agak sulit dioleskan.
Dalam proses pembuatannya, gumpalan (curd) dipotong-potong kira-kira sebesar bola pingpong dan keju dimatangkan sekitar 2-4 minggu.

- Keju iris semikeras, yang walaupun agak
empuk, jika diiris memiliki bentuk yang tetap.
Contohnya Bel Paese dari Italia. Sebagian besar blue cheese termasuk golongan ini, misalnya Stilton dari Inggris, Gorgonzola dari Italia, Roquefort dari Perancis, dll.

- Keju iris.
Jenis yang terkenal misalnya Edamer dan Gouda dari Belanda, serta Cheddar dari Inggris. Keju Kraft yang kita kenal di Indonesia adalah juga jenis Cheddar.
Dalam pembuatannya, gumpalan dipotong-potong sebesar kacang polong dan keju dimatangkan antara 4-12 minggu.

- Keju keras.
Dalam proses pembuatannya, gumpalan dipotong menjadi bagian yang sangat halus, kira-kira sebesar butiran gandum. Masa pematangannya minimal 3 bulan.
Keju yang sangat keras kadang dimatangkan sampai 3 tahun, dan biasa dinikmati dengan cara diparut, misalnya Parmesan dari Italia. Contoh lain dari keju keras adalah Emmentaler dari Swiss.
Keju jenis ini biasanya sangat tahan lama.

Berdasarkan bahan dasarnya,
keju dapat dibuat dari susu sapi, kerbau, domba dan kambing. Sedangkan dari teksturnya keju digolongkan menjadi dua
jenis, yaitu keju muda/lunak (soft cheese) dengan kadar air 36 – 40% dan keju
tua/keras (hard cheese) berkadar air 25 – 36%.
Camembert. Keju lunak dari Perancis ini
pertama kali di buat pada abad ke-18 di desa Normandia. Comembert terbuat dari susu sapi, teksturnya sangat
lembut dengan warna creamy yellow.
Keju ini mengandung lemak antara 45% - 50%. Selain enak digado atau sebagai
table cheese, juga cocok untuk campuran omelette, isi souffle, pancake atau
apple pie.
Ricotta. Keju Ricotta berasal dari
Italia. Keju lunak dari susu sapi ini teksturnya sangat rapuh. Kandungan
lemaknya termasuk tinggi, mencapai 65 %. kombinasi rasa yang gurih dan lezat
dengan aroma harum menjadikan terasa pas dipadukan dengan aneka masakan pasta
Italia seperti Lasagna dan Spaghetti.
Brie. Brie termasuk kategori soft cheese
dari Preancis. Ciri khas keju ini adalah kulit luarnya berwarna putih dan
bagian dalamnya lembut meleleh. Aromanya tajam dan kandungan lemaknya tinggi
(45%). Brie sangat cocok dipakai sebagai bahan campuran salad, dimakan dengan
buah olive maupun pickle.
Cream Cheese. Di pasaran kita dapat
menemukan dua macam cream cheese, double cream cheese adalah pilihan pertama
dengan kandungan lemak 65% dan cream cheese(45% lemak) pilihan lainnya. Berbeda
dengan jenis keju lainya, cream cheese memiliki rasa yang sedikit asam. Umumnya
keju ini digunakan pada hidangan penutup, misalnya chesse cake, sebagai isi
pie, atau dimakan bersama potongan buah-buahan.
Mozzarella. Mozzarella adalah keju
Italia yang aslinya berasal dari susu kerbau liar. Keju lunak dengan kandungan
lemak antara 40 – 50% ini sangat sepesifik sifatnya. Mozzarella akan meleleh
ketika dipanggang, sangat cocok untuk topping pizza maupun campuran fritata.
Edam. Salah satu keju asal Belanda yang popular.
Teksturnya keras dengan aroma mirip kacang. Kandungan lemak keju ini sekitar
40%. Yang membedakan dengan keju lain adalah kemasannya yang selalu terbungkus
lapisan sejenis lilin berwarna merah. Edam sangat cocok untuk campuran kue
kering seperti aneka cookies atau taburan pada hidangan panggang.
Parmesan. Salah satu jenis keju keras
dari kota Parma,
Italia. Pada umumnya berbentuk silinder dengan warna kuning muda. Teksturnya
keras, cocok untuk keju parut. Aroma Parmesan cukup tajam karena proses pemeraman
yang cukup lama, antara 14 bulan sampai 4 tahun. Keju ini sangat cocok untuk
taburan pizza, soup maupun olahan aneka pasta. Kandungan lemak keju sekitar
61%.
Cheddar. Salah satu jenis keju asal
Inggris yang paling banyak dikonsumsi di seluruh dunia. Rasanya yang lezat
dengan aroma tidak terlalu tajam menjadikan cheddar cocok digunakan untuk
masakan apa saja. Sajian casseroles, soup, isi sandwich dan salad terasa lebih
lezat dengan penambahan keju ini. Cheddar mengandung lemak 48% dengan masa
pemeraman 9-24 bulan.
Emmenthal. Asal dari keju ini berasal
dari Swiss, salah satu keju keras yang cukup populer. Emmenthal memiliki
karakteristik berbeda dengan keju-keju lainya, bentuknya unik karena jika
dipotong akan terlihat lubang-lubang yang terbentuk selama proses fermentasi.
Keju ini banyak disuka karena cita rasanya lembut dan aromanya yang kaya.
Emmenthal cocok dihidangkan sebagai keju meja dengan disertai segelas anggur.
Beberapa faktor yang dapat
membedakan keju:
- Asal susu: Sebagian besar keju dibuat dari susu sapi.
Tapi banyak juga yang dibuat dari susu domba (misalnya Feta dari Yunani), kambing, kerbau (misalnya Mozzarella dari Italia), bahkan susu unta.
Jenis-jenis keju tertentu mensyaratkan susu dari hewan yang diperah pada pagi/sore hari, atau hanya makan makanan tertentu, atau berasa dari daerah tertentu saja. - Kadar lemak:
Untuk mendapatkan kadar lemak yang diinginkan, susu dicampur dengan susu rendah lemak (skimmed) sehingga kadar lemaknya turun, atau dicampur dengan kepala susu (cream) agar kadar lemaknya naik. - Metoda penggumpalan atau koagulasi:
Ada yang dibuat dengan menggunakan rennet, ada juga yang menggunakan bakteri yang memiliki sifat mengasamkan susu, ada juga yang menggunakan keduanya. - Jenis jamur:
Ada yang menggunakan jamur putih, kemerahan, dan biru. - Proses pematangan:
Untuk mendapatkan rasa, aroma dan penampilan yang khas, setiap jenis keju mengalami proses pematangan yang berbeda-beda, baik dari sisi lamanya proses (bervariasi antara 2 minggu sampai 7 tahun), suhu di mana bakal keju dimatangkan, dan bahan-bahan lain yang ditambahkan ke dalam keju. Misalnya keju Appenzell dari Swiss direndam dalam campuran bumbu dan anggur putih selama beberapa saat, keju Leiden dari Belanda ditambahkan sejenis jintan (cumin), atau beberapa jenis keju segar yang dibubuhi daun bawang atau biji lada hijau.
Ada jenis keju yang selama proses pematangan diolesi air garam setiap waktu tertentu, ini membuat kulit keju menjadi keras. Ada juga keju yang dimatangkan sambil dibungkus kain, kayu, lilin, dan sebagainya, baik hanya selama beberapa hari maupun sepanjang masa pematangan. Keju Cheddar yang banyak kita kenal dimatangkan dengan dibungkus kain katun selama beberapa hari di awal masa pematangan, sementara keju Edamer bahan pembuat kue kaasstengels dibungkus lilin yang biasanya berwarna merah. Proses pematangan tertentu juga membuat keju menjadi berlubang-lubang.
- Pemrosesan lebih lanjut:
Beberapa jenis keju diproses lebih lanjut setelah matang, misalnya diasap, dibuat menjadi keju lembaran seperti Kraft sliced yang kita kenal di Indonesia, atau dibentuk kotak kecil seperti La Vache Qui Rit, si sapi tertawa asal Perancis yang juga dapat ditemui di supermarket besar di Indonesia.
Pemanfaatan Keju
Sementara kebanyakan orang Indonesia hanya
mengkonsumsi keju saat sarapan sebagai isi roti atau sebagai bahan pembuat kue
kering di hari raya, sebetulnya terdapat banyak cara menikmati keju. Misalnya dengan mencampurkan dalam salad. Keju iris seperti Cheddar dipotong dadu dan disajikan bersama
salad hijau, tomat, dan bahan-bahan lain. Ada lagi salad khas Mediterania,
yaitu irisan Mozzarella, tomat, daun basil dan olive (zaitun)
yang disajikan dengan dressing dari minyak zaitun dan cuka.
Keju juga dapat dimasak sebagai taburan pada schotel atau gratin.
Atau sebagai teman makan pasta. Kadang orang memanggang steak atau
sayur-sayuran dengan keju di atasnya, hanya sekitar 10 menit agar keju meleleh. Sebagai isi pie, keju
dengan sayur-sayuran menjadi pilihan yang baik untuk mengurangi konsumsi daging.Blue
cheese sering dibuat salad dressing, walaupun baunya seringkali
kurang akrab untuk kita. Saus untuk teman makan steak ada pula yang
dibuat dari keju. Bahkan orang Swiss suka membuat sup dari keju.
Dalam bentuk kue dan makanan
penutup, kita mengenal cheesecake yang terbuat dari keju
krim. Atau tiramisu yang manis dan beraroma kopi yang terbuat dari Mascarpone.
Orang Italia juga biasa membuat kue dari Ricotta. Di Perancis dan
negara-negara Eropa Selatan, keju juga dikenal
sebagai “penutup lambung” alias sebagai hidangan penutup, ditandem
dengan anggur yang sesuai.
Kualitas keju hasil fermentasi
dipengaruhi oleh banyak faktor dan masing-masingnya memberikan kontribusi
terhadap tekstur maupun citarasa keju. Telah dilakukan penelitian yang
bertujuan melakukan optimasi jumlah dan jenis inokulum, variasi inokulum, suhu
dan kadar garam serta dilanjutkan dengan pembuatan keju hasil optimasi dengan
variasi lama pemeraman. Masing-masing optimasi dilakukan secara bertahap dan
menggunakan tiga jenis bakteri (Streptococcus thermophillus, Lactococcus lactis
dan Leuconostoc mesenteroides).
Nilai Gizi Keju
Kandungan
gizi utama dalam keju, terdiri dari protein, kalsium, fosfor, zinc, vitamin A,
lemak, dan zat lainnya. Laktosa, salah satu bahan dalam keju, adalah sumber
karbohidrat utama. Kandungan gizi tersebut juga terdapat di cheesecake bandung dan cheesecake tangerang. Sayangnya, kandungan laktosa
banyak yang hilang akibat proses pembuatan keju yang diproses dengan cara
alamiah (tanpa teknologi). Dalam beberapa literatur, disebutkan ada beberapa
jenis keju yang tidak boleh dikonsumsi wanita hamil yang dikhawatirkan
mengandung bakteri berbahaya. Semisal jenis brie, camembert, blue cheese, yang
merupakan jenis kejulunak, serta jenis lain yang dibuat dari susu kambing atau
domba.
Apapun jenisnya, keju pasti berbahan dasar
susu segar. Tahap pemadatan dan fermentasi selama proses pembuatan semakin
meningkatkan nilai gizi keju. Kandungan protein misalnya, keju lebih tinggi
jika dibandingkan susu segar. 100 gr keju rata-rata mengandung 22.8 gr protein,
sedangkan susu segar hanya 3.2 per 100 gr. Begitu juga dengan kandungan
kalsium, keju mengandung 777 mg dan susu segar hanya sekitar 143 mg setiap 100
gr berat bahan.
Selain kandungan nutrisi di atas, keju juga tinggi karbohidrat, lemak, zat besi, lemak dan fosfor. Dengan mengkonsumsi 100 gr keju, kebutuhan kalsium anda tersuplai 20 – 25% dari kebutuhan kalsium sehari. Dari beberapa hasil penelitian mengkonsumsi keju dapat mengurangi gejala sindrom pra menstruasi dan memperkuat tulang. Kandungan beragam mineral yang tinggi pada keju baik untuk melindungi gigi dari karies, ini dikarenakan unsur tadi dapat memperkuat mineralisasi email pada gigi.
Walaupun banyak manfaatnya bagi kesehatan,
bagi penderita laktosa intoleran, keju pantang dikonsumsi. Gula susu (laktosa)
yang terkandung dapat menimbulkan bahaya bagi tubuh. Kandungan garam dan lemak
pada keju juga cukup tinggi, karenanya disarankan bagi penderita ginjal,
jantung, kantung empedu dan penyakit hati sebaiknya membatasi jumlah konsumsi
keju.
DAFTAR
PUSTAKA
Adnan , M. , 1984. Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu. Andi offset. Yogyakarta.
Hadiwiyoto, S. 1983. Hasil – hasil Olahan Susu, Ikan, Daging, dan Telur .Libertyi, Yogyakarta.
Soeparno. 1992. Prinsip Kimia dan Teknologi Susu. Pusat Antar Universitas. Pangan dan Gizi. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Winarno F. G. , Fardiaz S. dan Fardiaz D. 1982. Pengantar Teknologi Pngan. Penerbit Gramedia, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar