BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Setiap
jenis ternak memiliki kemampuan yang berbeda dalam menampilkan
produktifitasnya. Sekelompok ternak dapat tumbuh dengan cepat dan efisien
sehingga dimanfaatkan sebagai penghasil daging. Ternak penghasil daging ternyata
memiliki karakteristik tertentu sehingga dapat dibedakan dengan jelas dengan
tipe perah. Hal tersebut disebabkan oleh kemampuan ternak tipe potong yang
sangat baik dalam memanfaatkan nutrisi yang diperolehnya untuk produksi daging.
Hal tersebut menghasilkan karakteristik pada ternak rumunansia tipe potong.
Prestasi
sapi potong merupakan hasil kerjasama potensi genetik dan lingkungan pada
individusehingga prestasinya tercermin pada hampir seluruh bagian tubuhnya.
Kemampuan sapi potong dalam memanfaatkan nutrisinya menjadi daging terlihat
pada penampakan kepala, leher, bentuk tubuh, penampilan dada, bahu, punggung,
perlemakan seluruh tubuh, dan posisi kaki yang merupakan karakteristik ternak
potong. Informasi tentang prestasi sapi potong secara akurat biasanya sulit
diperoleh dilapangan karena tidak adanya sistem pencatatan yang baik di
kalangan peternak. Oleh karena itu, diperlukan keterampilan dan kemampuan
menduga prestasi sapi potong berdasarkan hasil pengamatan pada bagian-bagian
tubuh sapi.
Kambing
dan domba merupakan ternak yang dipelihara sebagai penghasil daging. Penentuan
harga kambing atau domba dipasaran dilakukan berdasarkan penampilannya yang
antara lain meliputi bobot badannya, karakteristik bagian tubuh depan dan
belakang, bentuk kepala, penampakan dari depan, belakang dan samping.
B. Tujuan
praktikum
Setelah
mengikuti praktikum ini diharapkan mahasiswa:
o
Dapat menentukan bahwa suatu ternak
ruminansia termasuk dalam tipe potong atau bukan tipe potong berdasarkan
pengamatan pada bagian-bagian tubuhnya.
o
Mampu melakukan penilaian terhadap
bagian-bagian tubuh sapi potong.
o
Mampu menduga prestasi sapi potong
berdasarkan hasil penilaian terhadap bagian-bagian tubuh sapi potong.
o
Mampu menduga prestasi kambing
berdasarkan hasil penilaian terhadap bagian-bagian tubuh kambing.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Kriteria Pemilihan Bibit Sapi Potong
Pemilihan ternak sapi untuk di pelihara atau sebagai
calon pengganti bibit, memerlukan keterampilan khusus, terutama untuk melatih
pandangan serta penilaian akurat.
Keberhasilan pemilihan ternak sapi yang akan di pelihara akan sangat
menentukan keberhasilan usaha ternak walaupun semua bangsa dan tipe sapi bisa
di jadikan bibit pengganti, namun agar
diperoleh sapi hasil yang baik diperlukan bangsa dan tipe sapi tertentu yang laju pertumbuhannya cukup dan
mutunyapun bagus serta mempunyai adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya.
Sehubungan pemilihan calon bibit ternak perlu
mengetahui kriteria pemilihan sapi dan pengukuran sapi, sebab pada saat
peternak melakukan pemilihan diperlukan pengetahuan, pengalaman dan kecakapan
yang cukup diantaranya adalah:
1. Bangsa dan Sifat Genetik
Setiap peternak yang akan memelihara, membesarkan
ternak untuk dijadikan calon bibit pertama-tama harus memilih bangsa sapi yang
paling disukai atau telah popular, baik jenis import maupun lokal. Kita telah
mengetahui bahwa setiap bangsa sapi memiliki sifat genetik yang berbeda satu
dengan yang lain, baik mengenai daging ataupun kemampuan dalam beradaptasi
terhadap lingkungan sekitarnya dalam hal beradaptasi dengan lingkungan ini
antara lain penyesuaian iklim dan pakan, berpangkal dari sifat genetik suatu
bangsa sapi yang bisa diwariskan kepada keturunannya, maka bangsa sapi tertentu
harus dipilih oleh setiap peternak sesuai dengan tujuan dan kondisi setempat,
pemilihan ini memang cukup beralasan sebab peternak tidak akan mau menderita
kerugian akibat faktor lingkungan yang tidak menunjang. Beberapa jenis bangsa
sapi potong yaitu :
Ongole, Peranakan Ongole, Brahman, Limousine,
Simmental, Angus, Brangus, Bali, Madura, Chorolais dan Santa Gertrudis.
2. Kesehatan
Bangsa sapi baik sapi sebagai calon bibit ataupun
sebagai penghasil daging harus di pilih dari sapi yang benar-benar sehat. Untuk
mengetahui kesehatan sapi secara umum, peternak bisa memperhatikan keadaan
tubuh, sikap dan tingkah laku, pernapasan, denyut jantung, pencernaan dan
pandangan sapi.
Keadaan tubuh
1. Sapi sehat, keadaan tubuh bulat berisi, kulit
lemas.
2. Tidak adanya eksternal parasit pada kulit dan
bulunya, tidak ada tanda-tanda kerusakan dan kerontokan pada bulu (licin dan
mengkilat).
3. Selaput lendir dan gusi berwarna merah muda,
lebih mudah bergerak bebas.
4. Ujung hidung bersih, basah dan dingin.
5. Kuku tidak terasa panas dan bengkak bila diraba.
6. Suhu tubuh anak 39,5 C – 40 C.
Sikap dan tingkah laku
1. Sapi sehat tegap.
2. Keempat kaki memperoleh titik berat sama.
3. Sapi peka terhadap lingkungan (ada orang cepat
bereaksi).
4. Bila diberi pakan, mulut akan dipenuhi pakan.
5. Cara minum panjang.
6. Sapi yang terus menerus tiduran memberikan kesan
bahwa sapi tersebut sakit atau mengalami kelelahan.
Pernafasan
1.Sapi sehat bernafas dengan tenang dan teratur,
kecuali ketakutan, kerja berat, udara panas dan sedang tiduran lebih cepat.
2. Jumlah pernafasan : Anak sapi 30/menit, Dewasa
10-30/menit.
Pencernaan.
1. Sapi sehat memamah biak dengan tenang sambil
istirahat/ tiduran.
2. Setiap gumpalan pakan di kunyah 60-70 kali.
3. Sapi sehat nafsu makan dan minum cukup besar.
4. Pembuangan kotoran dan kencing berjalan lancar
5. Bila gangguan pencernaan, gerak perut besar
berhenti atau cepat sekali.
6. Proses memamah biak berhenti.
Pandangan mata.
1.Sapi sehat pandangan mata cerah dan tajam.
2.Sapi sakit pandangan mata sayu.
3.Seleksi calon bibit berdasarkan pengamatan/ penampilan
fisik
Bentuk atau ciri luar sapi berkorelasi positif
terhadap faktor genetik seperti laju pertumbuhan, mutu dan hasil akhir
(daging).
Bentuk atau ciri sapi potong yang baik, sebagai
berikut :
a. Ukuran badan panjang dan dalam, rusuk tumbuh panjang
yang memungkinkan sapi mampu menampung jumlah makanan yang banyak.
b. Bentuk tubuh segi empat, pertumbuhan tubuh bagian
depan, tengah dan belakang serasi, garis badan atas dan bawah sejajar.
c. Paha sampai pergelangan penuh berisi daging.
d. Dada lebar dan dalam serta menonjol ke depan.
e. Kaki besar, pendek dan kokoh.
Dalam melakukan pemilihan calon bibit, selain
menentukan jenis kelamin, usia dan bobot badan, pemilihan bakalan dapat
dilakukan dengan pengamatan fisik atau penilaian (Judging) seperti berikut :
Pandangan dari samping
a. Penilaian dilakukan pada jarak 3,0-4,5m.
b. Perhatikan kedalaman tubuhnya, keadaan lutut,
kekompakan bentuk tubuh.
Pandangan Belakang
a. Penilaian dilakukan pada jarak + 3,0 m
b. Perhatikan kelebaran pantat kedalaman otot,
kelebaran dan kepenuhannya
Pandangan Depan
a. Penilaian pada jarak + 3,0 m
b. Perhatikan bentuk dan ciri kepalanya kebulatan
bagian rusak, kedalaman dada dan keadan pertulangan serta keserasian kaki depan
Perabaan
Penilaian ini untuk menentukan tingkat dan kualitas
akhir melalui perabaan yang dirasakan melalui ketipisan, kerapatan, serta
perlemakannya.
Bagian-bagian daerah perabaan pada penilaian
(judging) ternak sapi
a. Bagian rusuk
b. Bagian Tranversusprocessus pada tulang belakang
c. Bagian pangkal ekor
d. Bagian bidang bahu
Penilaian tersebut dilakukan pada setiap individu
ternak sapi yang akan dipilih dengan cara mengisikan skor yang sesuai dengan
penilaian melalui pengamatan, pandangan dan perabaan. Dalam hal ini penilaian
harus dilakukan seobjektif mungkin. Untuk menunjang hasil yang lebih akurat,
penilaian tersebut lazimnya dilengkapi lagi dengan pengukuran bagian-bagian
tubuh yaitu tinggi pundak/ gumba, panjang badan, lingkar dada dan dalam dada.
4. Penentuan Umur Sapi Potong
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.
54/Permentan/OT140/10/2006 tentang Pedoman Perbibitan Sapi Potong yang baik.
Umur bibit Sapi potong (Bali, Peranakan Ongole, Sumba Ongole, Madura, dan Aceh)
untuk Betina : umur 18 – 24 bulan sedang Jantan 24 – 36 bulan . Untuk
mendapatkan informasi umur yang tepat dalam menentukan bibit Sapi
Potong ditentukan dengan cara :
-Pencatatan/Recording,
-Menentukan lingkar pada tanduk,
-Menentukan gigi geligi.
Pemilihan terhadap bibit sapi potong meliputi :
Sifat kualitatif dan kuantitatif Sifat
Kualitatif meliputi :
-Warna bulu jantan dan betina
-Bentuk tanduk jantan dan betina
-Bentuk tubuh jantan dan betina
Sifat Kuantitatif meliputi :
-Berat badan jantan dan betina
-Tinggi gumba jantan dan betina
-Umur jantan dan betina
-Lingkar dada jantan dan betina
-Lebar dada jantan dan betina
-Panjang badan jantan dan betina
-Lingkar skrotum jantan
Menafsir Berat Badan Ternak
Penafsiran
berat badan sangat penting dilakukan oleh para pemilik ternak untuk mengetahui
bobot tubuh ternak. Cara ini merupakan cara lain untuk mengetahui berat badan
ternak selain penimbangan berat badan. Apabila setiap kali harus selalu
dilakukan penimbangan, hal ini dirasa kurang praktis di samping timbangan itu
jumlahnya terbatas.
Rumus
penentuan berat badan sapi berdasar ukuran tubuh bertolak dari anggapan bahwa
tubuh ternak sapi berupa tong. Oleh karena itu, ukuran tubuh yang digunakan
untuk menduga bobot tubuh biasanya adalah panjang badan dan lingkar dada. Rumus
yang telah dikenal adalah rumus Schoorl yang mengemukakan pendugaan bobot
ternak sapi berdasarkan lingkar dada sebagai berikut :
Bobot badan (kg) = (lingkar
dada (cm) + 22)2
100
Rumus lain
diturunkan oleh Scheiffer yang telah menggunakan lingkar dada dan panjang badan
dalam pendugaannya. Rumus itu sebagai berikut :
Bobot badan (lbs) = Lingkar
dada (inchi)2 x Panjang badan (inchi)
300
Rumus Lambourne (kg)
10840
Keterangan:
BB : Bobot Badan
LD : Lingkar Dada
PB : Panjang Badan
Selain itu
penafsiran berat badan dapat pula dilakukan dengan pengamatan visual yaitu
memperkirakan berat badan ternak yang diamati. Cara lain yang dapat dilakukan
adalah dengan menggunakan DWT (Daily Cow Weighting Tape) yaitu
dengan melingkarkan DWT pada sternum 3-4 dan angka yang ditunjuk pada
pita ukur itu menunjukkan berat badan ternak.
Alat yang biasa digunakan adalah tongkat ukur dan pita ukur.
Keduanya untuk mengukur lingkar dada sapi. Hasil pengukuran dituangkan dalam
persamaan regresi. Lingkar dada memiliki hubungan erat dengan bobot badan.
Pengukuran lingkar dada dilakukan dengan mengatur terlebih
dahulu posisi berdiri sapi dengan tegak, sehinnga keempat kakinya terletak
dalam segi empat diatas bidang datar.
Cara
penafsiran yang merupakan cara untuk mengetahui berat badan ternak adalah
penimbangan. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan ternak /
neraca. Besar atau kecil, stationer atau portabel, timbangan merupakan bagian
yang sangat diperlukan dalam tehnik-tehnik pengukuran, (Blakely and Bade,
1998).
Metode
visual adalah suatu metode yang digunakan untuk menafsir berat badan dengan
melihat, mengamati keadaan sapi dengan baik, kemudian kita menafsir berat sapi
tersebut. Metode ini perlu kejelian dan latihan yang banyak supaya taksirannya
hampir mendekati benar. Dan juga metode ini banyak dipakai oleh para pedagang
hewan (Buffran,1986).
Ukuran-Ukuran
Untuk Hewan Ternak
I. Ukuran-Ukuran Tinggi
1. Tinggi pundak
Yaitu jarak titik tertinggi pundak sampai ketanah
2. Tinggi punggung
Yaitu
jarak dari tajuk ruas punggung terkhir sampai tanah atau garis tegak lurus di
belakang rusuk terakhir.
3. Tinggi kelakang
Yaitu
jarak titik tertinggi kelakang sampai ke tanah, titik ini terletak sedikit
kebelakang permulaan tulang kelakang dan agak jauh di belakng garis yang
menghubungkan sudut tulang pangkal paha.
4. Tinggi pangkal ekor
Yaitu
jarak dari titik di mana ekor meninggalkan badan sampai ke tanah.
II. Ukuran-Ukuran Panjang
1. Panjang badan
Jarak
lurus dari garis tegak lurus diadakan teoritis dari sikum (boeng) sampai
benjolan tulang tapis.
2. Panjang kelakang
Jarak
antara muka pangkal paha sampai benjolan tulang tapis
III. Ukuran-Ukuran Lebar
1. Lebar dada
· Lebar dada muka ialah jarak antara kedua benjolan siku
luar.
· Lebar dada rusuk ialah jarak antara rusuk kiri-kanan
diukur di belakang tulang belikat.
2. Lebar pangkal paha
Jarak antara sisi luar sudut pangkal paha.
3. Lebar tulang tapis
Jarak antara sisi luar benjolan tulang tapis.
IV. Ukuran-Ukuran Dalam
1. Dalam dada
Jarak antara titik tertingi pundak dan
tulang dada, diukur di belakang siku.
V. Ukuran-Ukuran Lingkar
1. Lingkar dada
Diukur melingkar dada dibelakang siku.
2. Lingkar pipa
Yakni diukur dengan pita ukur di
tengah-tengah tulang pipa dari kaki kiri.
VI. Ukuran-Ukuran Kepala
1. Panjang kepala
Jarak dari puncak kepala sampai ke daging
gigi seri.
2. Lebar dahi
· Lebar dahi atas adalah jarak panggkal tanduk atas.
· Lebar dahi bawah adalah jarak antara kedua lingkungan
tulang mata.
Ø Waktu dilahirkan : enam atau
semua gigi seri sudah timbul, sebagian besar masih tertutup oleh gusi, terdapat
sisi gerlach, gigi satu dan lainnya menutup seperti genting, tali pusar basah,
bantalan telapat fostal masih melekat, kuku (tracak) belum memperlihatkan
tanda-tanda pergeseran.
Ø 4-5 hari : warna kebiruan
dari gusi dan sisi. Gerlach sudah hilang, gigi dalam tengah timbul gigi ujung
letaknya miring, bantalan telapak sudah lepas. Pada teracak kelihatan tanda
pergeseran. Cincin teracak yang pertama kelihatan. Tali pusar jadi kering,
pembentukan tanduk belum kelihatan.
Ø 12-14 hari : semua gigi seri
susu berada lengkap dan juga letaknya miring tidak lagi kelihatan. Tetapi
beberapa gigi masih kelihatan bertumpuk seperti genting, gusi pada gigi dalam
sudah mengerat, cincin tracak pertama hilang ditempat dimana tanduk akan tumbuh
terdapat penebalan kulit ari yang terasa lembek.
Ø 17 hari : gusi pada gigi
dalam tengah sudah mengerut, tali pusar menjadi kering.
Ø 21 hari : gusi pada gigi
luar dalam sudah mengerut, tali pusar sudah putus, pada bekas luka pusar
terdapat keropeng kulit.
Ø 26 hari : pada seluruh gigi
seri susu gusinya menyingsing dan kelihatan sisi tetap.
Ø 1 bulan :.gigi susu seri
tidak lagi bertumpuk, cincin kuku kedua kelihatan, lapisan kulit ari pada
tempat dimana tanduk akan tumbuh menjadi keras.
Ø 5 minggu : keropeng tali
pusar terlepas, sedikit adanya inti tanduk
Ø 2 bulan : pada gigi luar
dalam terdapat tanda pergeseran, inti tanduk kelihatan terang dan masih dapat
digerakkan.
Ø 3 bulan : pada gigi luar
dalam terdapat tanda pergeseran, inti tanduk tetap.
Ø 10-12 bulan : gada gigi
dalam bidang terasah meliputi seluruh bidang lidah. Bagian mahkota menjadi
kecil, gigi tidak lagi bersentuhan satu sama lain. Tanduk pertama terbentuk dan
terlepas.
Ø 15 bulan : bidang terasah
dari gigi tengah meliputi seluruh bidang lidah.
Ø 1,5 tahun : gigi seri susu
dalam tanggal.
Ø 1 tahun 9 bulan : gigi lebar
2 buah tumbuh sempurna.
Ø 2 tahun 3 bulan : tanggalnya
gigi susu dalam tengah.
Ø 2,5 tahun : gigi lebar 4
buah tumbuh sempurna.
Ø 3 tahun : gigi lebar 6 buah
tumbuh sempurna, 1 cincin tanduk terdapat dipangkal.
Ø 3,5 tahun : tanggalnya gigi
susu ujung.
Ø 4 tahun : pergantian gigi
selesai, gigi ujung belum terasah, terdapat 2 cincin tanduk.
Ø 6 tahun : gigi ujung
memperlihatkan tanda pergeseran, bidang terasah pada gigi dalam berurutan
kegigi tengah luar bertambah lebar, 3 cincin tanduk.
Ø 7-8 tahun : bidang terasah
pada gigi dalam tengah dan gigi tengah luar meliputi separuh dari bidang lidah,
jumlah cincin tanduk 5-6 buah. Lebar gigi mulai terang.
Ø 10 tahun : bidang pergeseran
berbentuk segi empat, kecuali pada gigi ujung, bintang gigi persegi empat pada
gigi dalam dan gigi tengah bidang pergeseran mulai melekuk, jumlah cincin
tanduk 8 buah.
Untuk domba/kambing


III. METODE KERJA
A. Alat
dan Bahan
Alat dan bahan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah pita ukur, pita rondo, timbangan, alat
tulis, tali rafia, sapi dan kambing.
B. Cara
Kerja
1. Mengamati
seluruh bagian tubuh sapi-sapi kemudian tentukan tipe ternak tersebut
2. Menimbang
masing-masing bobot sapi dan kambing
3. Melakukan
pengukuran pada sapi jantan mengunakan pita ukur terhadap tinggi gumba, lingkar
dada, panjang badan dan lingkar testis
4. Melakukan
pengukuran pada sapi betina mengunakan pita ukur terhadap tinggi gumba, lingkar
dada, dan panjang badan
5. Melakukan
pengukuran pada kambing mengunakan pita ukur terhadap tinggi pundak, lingkar
dada, panjang badan, tinggi pinggul, lebar pinggul, lebar dada, dalam dada,
lebar badan,dan panjang telinga
6. Melakukan
perhitungan pendugaan bobot badan dengan mengunakan rumus schorl, winter,
lamboerne dan denmark
7. Menentukan
urutan sapi tipe potong yang terbaik
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pengamatan
Tabel 1. Pengukuran sapi
|
No
|
Pengukuran
|
Sapi
1
|
Sapi
2
|
Sapi
3
|
|
1
|
Panjang
badan
|
126
cm
|
122
cm
|
125
cm
|
|
2
|
Tinggi
gumba
|
122
cm
|
115
cm
|
116
cm
|
|
3
|
Lingkar
dada
|
147
cm
|
131
cm
|
142
cm
|
|
4
|
Lingkar
testis
|
-
|
-
|
25
cm
|
|
5
|
Bobot
badan
|
225
kg
|
193
kg
|
212
kg
|
Keterangan :
sapi 1 ð sapi betina,
jenis PO, warna putih kehitaman, ada tanduk
sapi 2 ð sapi betina,
warna putih, gigi tanggal 1, gigi yang besar ada 2
sapi 3 ð sapi jantan,
warna coklat, gigi seri 2 pasang, umur 2 tahun.
Tabel
2. Pengukuran kambing
|
No
|
Pengukuran
|
Kambing
|
|
1
|
Panjang
badan
|
57
cm
|
|
2
|
Tinggi
pundak
|
64
cm
|
|
3
|
Tinggi
pinggul
|
66
cm
|
|
4
|
Lebar
pinggul
|
13
cm
|
|
5
|
Lebar
dada
|
13
cm
|
|
6
|
Dalam
dada
|
18
cm
|
|
7
|
Lebar
badan
|
13
cm
|
|
8
|
Panjang
telinga
|
25
cm
|
|
9
|
Lingkar
dada
|
64
cm
|
|
10
|
Bobot
badan
|
19,8
kg
|
Pendugaan bobot tubuh
Menggunakan rumus schoorl
Sapi 1
100
100
Sapi 2
100
Sapi 3
100
Mengunakan rumus winter
300
LD sapi 1 = 147 cm ð 57,87 inci
LD Sapi2 = 131 ð 51,57 inci
LD sapi 3 = 142 ð55,90 inci
PB sapi 1 = 126 cm ð49,60 inci
PB sapi 2=122 cm ð 48,03 inci
PB sapi 3 = 125 cm ð49,21 inci
SAPI 1
300
=553,6
pon = 251,1 kg
Sapi 2
300
= 425
pon=192,7 kg
Sapi 3
300
= 512,51
pon = 232,49 kg
Pendugaan bobot badan pada kambing
Menggunakan rumus school
100
100
=73,96
kg
Menggunakan rumus winter
PB=57 cm =22,44 inci
LD = 64 cm = 25,19 inci
300
300
= 47,46
pon = 21,52 kg
B.
Pembahasan
Dalam pengukuran vital
statistik, tidak semua bagian tubuh diukur tetapi hanya bagian tertentu saja
seperti panjang badan, tinggi gumba, tinggi kemudi, lingkar dada, lebar dada,
lebar kemudi dan dalam dada.
Dari hasil perhitungan
bobot badan sapi dengan nomor sapi 1, 2, dan 3 diperoleh data bobot badan
menggunakan rumus Schrool, dan Winter berturut-turut yaitu Schrool: 285,61 Kg,
234,09 Kg, dan 268,96 Kg. Winter: 251,1 Kg, 192,7 Kg, dan 232,49 Kg. Sedangkan
dengan pengukuran dengan menimbang sapi, adalah: 225 Kg, 193 Kg, dan 212 Kg.
Penyimpangan berat badan atara Schrool dengan penimbangan secara berturut-turut
adalah: +28.89, +21,29, +28,28. Penyimpangan berat badan atara Winter dengan
penimbangan secara berturut-turut adalah: +11,6, -0,15, +9,66.
Terjadinya perbedaan
kedua rumus tersebut dikarenakan standarisasi pengukuran tiap-tiap wilayah
(negara) sangat berbeda-beda satu dengan yang lainya, serta di Indonesia
biasanya hasil perhitungan berat badan dengan rumus Winter lebih mendekati ke sapi. Sedangkan pada hasil
perhitungan berat badan dengan rumus Schoor lebih mendekati ke domba dan
kambing.
Mengetahui ukuran tubuh
ternak termasuk hal yang penting, karena dengan mengetahui ukuran-ukuran vital
tubuh ternak kita dapat mengetahui apakah ternak tersebut bentuk tubuhnya
normal atau tidak. Selain itu dengan mengetahui ukuran vital tubuh ternak, juga
akan bermanfaat apabila kita akan membeli ternak. Sehingga ukuran vital tubuh
ternak tadi dapat dijadikan sebagai pedoman untuk memilih ternak yang bentuk
tubuhnya proporsional.
Menurut Soenarjo (1988), perkembangan (Development)
yaitu adanya kerja sama dari proses tadi (sejak lahir hingga dewasa) sehingga
ukuran-ukuran badan menunjukkan perubahan-perubahan bentuk sampai hewan
tersebut dewasa. Korelasi (hubungan) yang dekat antara pertumbuhan dan
perkembangan atau dengan kata lain ada korelasi antara berat badan dengan
ukuran-ukuran badan. Misal lingkaran dada (chest girth) pada hewan yang sedang
tumbuh. Dapat dikatakan bahwa setiap lingkar dada bertambah 1% berat badan
tambah lebih kurang 3%.
Pendugaan umur untuk sapi:
o
Waktu
dilahirkan : enam atau semua gigi seri sudah timbul, sebagian besar masih
tertutup oleh gusi, terdapat sisi gerlach, gigi satu dan lainnya menutup
seperti genting, tali pusar basah, bantalan telapat fostal masih melekat, kuku
(tracak) belum memperlihatkan tanda-tanda pergeseran.
o
1,5 tahun : gigi seri susu dalam
tanggal.
o
2 tahun 3 bulan : tanggalnya gigi susu
dalam tengah
o
3 tahun : gigi lebar 6 buah tumbuh
sempurna, 1 cincin tanduk terdapat dipangkal.
o
6 tahun : gigi ujung memperlihatkan
tanda pergeseran, bidang terasah pada gigi dalam berurutan kegigi tengah luar
bertambah lebar, 3 cincin tanduk.
o
4 tahun : pergantian gigi selesai, gigi
ujung belum terasah, terdapat 2 cincin tanduk.
o
7-8 tahun : bidang terasah pada gigi
dalam tengah dan gigi tengah luar meliputi separuh dari bidang lidah, jumlah
cincin tanduk 5-6 buah. Lebar gigi mulai terang.
o
10 tahun : bidang pergeseran berbentuk
segi empat, kecuali pada gigi ujung, bintang gigi persegi empat pada gigi dalam
dan gigi tengah bidang pergeseran mulai melekuk, jumlah cincin tanduk 8 buah.
Pendugaan umur untuk kambing:

KESIMPULAN
Dari
hasil pratikum pendugaan bobot badan sapi jantan PO maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1.
Ukuran tubuh ternak seperti lingkar dada
dan panjang badan dapat digunakan untuk menduga bobot badan suatu ternak;
2.
Pendugaan bobot badan sapi menggunakan
rumus Denmark lebih mendekati kebenaran dibandingkan menggunakan rumus Schrool
dan Winter;
3.
Terjadi korelasi antara ukuran tubuh
ternak dengan bobot badan ternak. Pendugaan bobot badan menggunakan ukuran
tubuh dapat dijadikan acuan untuk pemilihan bibit ternak.
DAFTAR
PUSTAKA
Sumber: Buku Petunjuk Praktis
Menggemukkan Domba, Kambing, dan Sapi Potong
Tidak ada komentar:
Posting Komentar