Minggu, 08 September 2013

pemilihan sapi bibit






BAB I. PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Setiap jenis ternak memiliki kemampuan yang berbeda dalam menampilkan produktifitasnya. Sekelompok ternak dapat tumbuh dengan cepat dan efisien sehingga dimanfaatkan sebagai penghasil daging. Ternak penghasil daging ternyata memiliki karakteristik tertentu sehingga dapat dibedakan dengan jelas dengan tipe perah. Hal tersebut disebabkan oleh kemampuan ternak tipe potong yang sangat baik dalam memanfaatkan nutrisi yang diperolehnya untuk produksi daging. Hal tersebut menghasilkan karakteristik pada ternak rumunansia tipe potong.

Prestasi sapi potong merupakan hasil kerjasama potensi genetik dan lingkungan pada individusehingga prestasinya tercermin pada hampir seluruh bagian tubuhnya. Kemampuan sapi potong dalam memanfaatkan nutrisinya menjadi daging terlihat pada penampakan kepala, leher, bentuk tubuh, penampilan dada, bahu, punggung, perlemakan seluruh tubuh, dan posisi kaki yang merupakan karakteristik ternak potong. Informasi tentang prestasi sapi potong secara akurat biasanya sulit diperoleh dilapangan karena tidak adanya sistem pencatatan yang baik di kalangan peternak. Oleh karena itu, diperlukan keterampilan dan kemampuan menduga prestasi sapi potong berdasarkan hasil pengamatan pada bagian-bagian tubuh sapi.

Kambing dan domba merupakan ternak yang dipelihara sebagai penghasil daging. Penentuan harga kambing atau domba dipasaran dilakukan berdasarkan penampilannya yang antara lain meliputi bobot badannya, karakteristik bagian tubuh depan dan belakang, bentuk kepala, penampakan dari depan, belakang dan samping.


B.     Tujuan praktikum
Setelah mengikuti praktikum ini diharapkan mahasiswa:
o  Dapat menentukan bahwa suatu ternak ruminansia termasuk dalam tipe potong atau bukan tipe potong berdasarkan pengamatan pada bagian-bagian tubuhnya.
o  Mampu melakukan penilaian terhadap bagian-bagian tubuh sapi potong.
o  Mampu menduga prestasi sapi potong berdasarkan hasil penilaian terhadap bagian-bagian tubuh sapi potong.
o  Mampu menduga prestasi kambing berdasarkan hasil penilaian terhadap bagian-bagian tubuh kambing.



















BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


Kriteria Pemilihan Bibit Sapi Potong
Pemilihan ternak sapi untuk di pelihara atau sebagai calon pengganti bibit, memerlukan keterampilan khusus, terutama untuk melatih pandangan serta penilaian akurat.  Keberhasilan pemilihan ternak sapi yang akan di pelihara akan sangat menentukan keberhasilan usaha ternak walaupun semua bangsa dan tipe sapi bisa di jadikan bibit  pengganti, namun agar diperoleh sapi hasil yang baik diperlukan bangsa dan tipe sapi  tertentu yang laju pertumbuhannya cukup dan mutunyapun bagus serta mempunyai adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya.
Sehubungan pemilihan calon bibit ternak perlu mengetahui kriteria pemilihan sapi dan pengukuran sapi, sebab pada saat peternak melakukan pemilihan diperlukan pengetahuan, pengalaman dan kecakapan yang cukup diantaranya adalah:
1. Bangsa dan Sifat Genetik
Setiap peternak yang akan memelihara, membesarkan ternak untuk dijadikan calon bibit pertama-tama harus memilih bangsa sapi yang paling disukai atau telah popular, baik jenis import maupun lokal. Kita telah mengetahui bahwa setiap bangsa sapi memiliki sifat genetik yang berbeda satu dengan yang lain, baik mengenai daging ataupun kemampuan dalam beradaptasi terhadap lingkungan sekitarnya dalam hal beradaptasi dengan lingkungan ini antara lain penyesuaian iklim dan pakan, berpangkal dari sifat genetik suatu bangsa sapi yang bisa diwariskan kepada keturunannya, maka bangsa sapi tertentu harus dipilih oleh setiap peternak sesuai dengan tujuan dan kondisi setempat, pemilihan ini memang cukup beralasan sebab peternak tidak akan mau menderita kerugian akibat faktor lingkungan yang tidak menunjang. Beberapa jenis bangsa sapi potong yaitu :
Ongole, Peranakan Ongole, Brahman, Limousine, Simmental, Angus, Brangus, Bali, Madura, Chorolais dan Santa Gertrudis.

2. Kesehatan
Bangsa sapi baik sapi sebagai calon bibit ataupun sebagai penghasil daging harus di pilih dari sapi yang benar-benar sehat. Untuk mengetahui kesehatan sapi secara umum, peternak bisa memperhatikan keadaan tubuh, sikap dan tingkah laku, pernapasan, denyut jantung, pencernaan dan pandangan sapi.
Keadaan tubuh
1. Sapi sehat, keadaan tubuh bulat berisi, kulit lemas.
2. Tidak adanya eksternal parasit pada kulit dan bulunya, tidak ada tanda-tanda kerusakan dan kerontokan pada bulu (licin dan mengkilat).
3. Selaput lendir dan gusi berwarna merah muda, lebih mudah bergerak bebas.
4. Ujung hidung bersih, basah dan dingin.
5. Kuku tidak terasa panas dan bengkak bila diraba.
6. Suhu tubuh anak 39,5 C – 40 C.

Sikap dan tingkah laku
1. Sapi sehat tegap.
2. Keempat kaki memperoleh titik berat sama.
3. Sapi peka terhadap lingkungan (ada orang cepat bereaksi).
4. Bila diberi pakan, mulut akan dipenuhi pakan.
5. Cara minum panjang.
6. Sapi yang terus menerus tiduran memberikan kesan bahwa sapi tersebut sakit atau mengalami kelelahan.
Pernafasan
1.Sapi sehat bernafas dengan tenang dan teratur, kecuali ketakutan, kerja berat, udara panas dan sedang tiduran lebih cepat.
2. Jumlah pernafasan : Anak sapi 30/menit, Dewasa 10-30/menit.


Pencernaan.
1. Sapi sehat memamah biak dengan tenang sambil istirahat/ tiduran.
2. Setiap gumpalan pakan di kunyah 60-70 kali.
3. Sapi sehat nafsu makan dan minum cukup besar.
4. Pembuangan kotoran dan kencing berjalan lancar
5. Bila gangguan pencernaan, gerak perut besar berhenti atau cepat sekali.
6. Proses memamah biak berhenti.

Pandangan mata.
1.Sapi sehat pandangan mata cerah dan tajam.
2.Sapi sakit pandangan mata sayu.
3.Seleksi calon bibit berdasarkan pengamatan/ penampilan fisik
Bentuk atau ciri luar sapi berkorelasi positif terhadap faktor genetik seperti laju pertumbuhan, mutu dan hasil akhir (daging).
Bentuk atau ciri sapi potong yang baik, sebagai berikut :
a. Ukuran badan panjang dan dalam, rusuk tumbuh panjang yang memungkinkan sapi mampu menampung jumlah makanan yang banyak.
b. Bentuk tubuh segi empat, pertumbuhan tubuh bagian depan, tengah dan belakang serasi, garis badan atas dan bawah sejajar.
c. Paha sampai pergelangan penuh berisi daging.
d. Dada lebar dan dalam serta menonjol ke depan.
e. Kaki besar, pendek dan kokoh.
Dalam melakukan pemilihan calon bibit, selain menentukan jenis kelamin, usia dan bobot badan, pemilihan bakalan dapat dilakukan dengan pengamatan fisik atau penilaian (Judging) seperti berikut :



Pandangan dari samping
a. Penilaian dilakukan pada jarak 3,0-4,5m.
b. Perhatikan kedalaman tubuhnya, keadaan lutut, kekompakan bentuk tubuh.

Pandangan Belakang
a. Penilaian dilakukan pada jarak + 3,0 m
b. Perhatikan kelebaran pantat kedalaman otot, kelebaran dan kepenuhannya

Pandangan Depan
a. Penilaian pada jarak + 3,0 m
b. Perhatikan bentuk dan ciri kepalanya kebulatan bagian rusak, kedalaman dada dan keadan pertulangan serta keserasian kaki depan
Perabaan
Penilaian ini untuk menentukan tingkat dan kualitas akhir melalui perabaan yang dirasakan melalui ketipisan, kerapatan, serta perlemakannya.
Bagian-bagian daerah perabaan pada penilaian (judging) ternak sapi
a. Bagian rusuk
b. Bagian Tranversusprocessus pada tulang belakang
c. Bagian pangkal ekor
d. Bagian bidang bahu
Penilaian tersebut dilakukan pada setiap individu ternak sapi yang akan dipilih dengan cara mengisikan skor yang sesuai dengan penilaian melalui pengamatan, pandangan dan perabaan. Dalam hal ini penilaian harus dilakukan seobjektif mungkin. Untuk menunjang hasil yang lebih akurat, penilaian tersebut lazimnya dilengkapi lagi dengan pengukuran bagian-bagian tubuh yaitu tinggi pundak/ gumba, panjang badan, lingkar dada dan dalam dada.
4. Penentuan Umur Sapi Potong
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 54/Permentan/OT140/10/2006 tentang Pedoman Perbibitan Sapi Potong yang baik. Umur bibit Sapi potong (Bali, Peranakan Ongole, Sumba Ongole, Madura, dan Aceh) untuk Betina : umur 18 – 24 bulan sedang Jantan 24 – 36 bulan . Untuk mendapatkan informasi umur yang tepat dalam menentukan bibit Sapi
Potong ditentukan dengan cara :
-Pencatatan/Recording,
-Menentukan lingkar pada tanduk,
-Menentukan gigi geligi.
Pemilihan terhadap bibit sapi potong meliputi : Sifat kualitatif dan kuantitatif  Sifat Kualitatif meliputi :
-Warna bulu jantan dan betina
-Bentuk tanduk jantan dan betina
-Bentuk tubuh jantan dan betina

Sifat Kuantitatif meliputi :
-Berat badan jantan dan betina
-Tinggi gumba jantan dan betina
-Umur jantan dan betina
-Lingkar dada jantan dan betina
-Lebar dada jantan dan betina
-Panjang badan jantan dan betina
-Lingkar skrotum jantan

Menafsir Berat Badan Ternak
Penafsiran berat badan sangat penting dilakukan oleh para pemilik ternak untuk mengetahui bobot tubuh ternak. Cara ini merupakan cara lain untuk mengetahui berat badan ternak selain penimbangan berat badan. Apabila setiap kali harus selalu dilakukan penimbangan, hal ini dirasa kurang praktis di samping timbangan itu jumlahnya terbatas.
Rumus penentuan berat badan sapi berdasar ukuran tubuh bertolak dari anggapan bahwa tubuh ternak sapi berupa tong. Oleh karena itu, ukuran tubuh yang digunakan untuk menduga bobot tubuh biasanya adalah panjang badan dan lingkar dada. Rumus yang telah dikenal adalah rumus Schoorl yang mengemukakan  pendugaan bobot ternak sapi berdasarkan lingkar dada sebagai berikut :
Bobot badan (kg) =   (lingkar dada (cm) + 22)2
100
Rumus lain diturunkan oleh Scheiffer yang telah menggunakan lingkar dada dan panjang badan dalam pendugaannya. Rumus itu sebagai berikut :
Bobot badan (lbs) =  Lingkar dada (inchi)2 x Panjang badan (inchi)
300
Rumus Lambourne (kg)
BB = PB x LD2
                      10840
Keterangan:
BB : Bobot Badan
LD : Lingkar Dada
PB : Panjang Badan

Selain itu penafsiran berat badan dapat pula dilakukan dengan pengamatan visual yaitu memperkirakan berat badan ternak yang diamati. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan DWT (Daily  Cow Weighting Tape) yaitu dengan melingkarkan DWT pada sternum 3-4 dan angka yang ditunjuk pada pita ukur itu menunjukkan berat badan ternak.
Alat yang biasa digunakan adalah tongkat ukur dan pita ukur. Keduanya untuk mengukur lingkar dada sapi. Hasil pengukuran dituangkan dalam persamaan regresi. Lingkar dada memiliki hubungan erat dengan bobot badan.


Pengukuran lingkar dada dilakukan dengan mengatur terlebih dahulu posisi berdiri sapi dengan tegak, sehinnga keempat kakinya terletak dalam segi empat diatas bidang datar.
Cara penafsiran yang merupakan cara untuk mengetahui berat badan ternak adalah penimbangan. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan ternak / neraca. Besar atau kecil, stationer atau portabel, timbangan merupakan bagian yang sangat diperlukan dalam tehnik-tehnik pengukuran, (Blakely and Bade, 1998).
Metode visual adalah suatu metode yang digunakan untuk menafsir berat badan dengan melihat, mengamati keadaan sapi dengan baik, kemudian kita menafsir berat sapi tersebut. Metode ini perlu kejelian dan latihan yang banyak supaya taksirannya hampir mendekati benar. Dan juga metode ini banyak dipakai oleh para pedagang hewan (Buffran,1986).

Ukuran-Ukuran Untuk Hewan Ternak
I. Ukuran-Ukuran Tinggi
1. Tinggi pundak
Yaitu jarak titik tertinggi pundak sampai ketanah
2. Tinggi punggung
Yaitu jarak dari tajuk ruas punggung terkhir sampai tanah atau garis tegak lurus di belakang rusuk terakhir.
3. Tinggi kelakang
Yaitu jarak titik tertinggi kelakang sampai ke tanah, titik ini terletak sedikit kebelakang permulaan tulang kelakang dan agak jauh di belakng garis yang menghubungkan sudut tulang pangkal paha.
4. Tinggi pangkal ekor
Yaitu jarak dari titik di mana ekor meninggalkan badan sampai ke tanah.
II. Ukuran-Ukuran Panjang
1. Panjang badan
Jarak lurus dari garis tegak lurus diadakan teoritis dari sikum (boeng) sampai benjolan tulang tapis.
2. Panjang kelakang
Jarak antara muka pangkal paha sampai benjolan tulang tapis
III. Ukuran-Ukuran Lebar
1. Lebar dada
· Lebar dada muka ialah jarak antara kedua benjolan siku luar.
· Lebar dada rusuk ialah jarak antara rusuk kiri-kanan diukur di belakang tulang belikat.

2. Lebar pangkal paha
    Jarak antara sisi luar sudut pangkal paha.
3. Lebar tulang tapis
  Jarak antara sisi luar benjolan tulang tapis.
IV. Ukuran-Ukuran Dalam
1. Dalam dada
    Jarak antara titik tertingi pundak dan tulang dada, diukur di belakang siku.
V. Ukuran-Ukuran Lingkar
1. Lingkar dada
    Diukur melingkar dada dibelakang siku.
2. Lingkar pipa
    Yakni diukur dengan pita ukur di tengah-tengah tulang pipa dari kaki kiri.
VI. Ukuran-Ukuran Kepala
1. Panjang kepala
    Jarak dari puncak kepala sampai ke daging gigi seri.
2. Lebar dahi
· Lebar dahi atas adalah jarak panggkal tanduk atas.
· Lebar dahi bawah adalah jarak antara kedua lingkungan tulang mata.

Ikhtisar Penentuan Umur Sapi


Ø  Waktu dilahirkan : enam atau semua gigi seri sudah timbul, sebagian besar masih tertutup oleh gusi, terdapat sisi gerlach, gigi satu dan lainnya menutup seperti genting, tali pusar basah, bantalan telapat fostal masih melekat, kuku (tracak) belum memperlihatkan tanda-tanda pergeseran.
Ø  4-5 hari : warna kebiruan dari gusi dan sisi. Gerlach sudah hilang, gigi dalam tengah timbul gigi ujung letaknya miring, bantalan telapak sudah lepas. Pada teracak kelihatan tanda pergeseran. Cincin teracak yang pertama kelihatan. Tali pusar jadi kering, pembentukan tanduk belum kelihatan.
Ø  12-14 hari : semua gigi seri susu berada lengkap dan juga letaknya miring tidak lagi kelihatan. Tetapi beberapa gigi masih kelihatan bertumpuk seperti genting, gusi pada gigi dalam sudah mengerat, cincin tracak pertama hilang ditempat dimana tanduk akan tumbuh terdapat penebalan kulit ari yang terasa lembek.
Ø  17 hari : gusi pada gigi dalam tengah sudah mengerut, tali pusar menjadi kering.
Ø  21 hari : gusi pada gigi luar dalam sudah mengerut, tali pusar sudah putus, pada bekas luka pusar terdapat keropeng kulit.
Ø  26 hari : pada seluruh gigi seri susu gusinya menyingsing dan kelihatan sisi tetap.
Ø  1 bulan :.gigi susu seri tidak lagi bertumpuk, cincin kuku kedua kelihatan, lapisan kulit ari pada tempat dimana tanduk akan tumbuh menjadi keras.
Ø  5 minggu : keropeng tali pusar terlepas, sedikit adanya inti tanduk
Ø  2 bulan : pada gigi luar dalam terdapat tanda pergeseran, inti tanduk kelihatan terang dan masih dapat digerakkan.
Ø  3 bulan : pada gigi luar dalam terdapat tanda pergeseran, inti tanduk tetap.
Ø  10-12 bulan : gada gigi dalam bidang terasah meliputi seluruh bidang lidah. Bagian mahkota menjadi kecil, gigi tidak lagi bersentuhan satu sama lain. Tanduk pertama terbentuk dan terlepas.
Ø  15 bulan : bidang terasah dari gigi tengah meliputi seluruh bidang lidah.
Ø  1,5 tahun : gigi seri susu dalam tanggal.
Ø  1 tahun 9 bulan : gigi lebar 2 buah tumbuh sempurna.
Ø  2 tahun 3 bulan : tanggalnya gigi susu dalam tengah.
Ø  2,5 tahun : gigi lebar 4 buah tumbuh sempurna.
Ø  3 tahun : gigi lebar 6 buah tumbuh sempurna, 1 cincin tanduk terdapat dipangkal.
Ø  3,5 tahun : tanggalnya gigi susu ujung.
Ø  4 tahun : pergantian gigi selesai, gigi ujung belum terasah, terdapat 2 cincin tanduk.
Ø  6 tahun : gigi ujung memperlihatkan tanda pergeseran, bidang terasah pada gigi dalam berurutan kegigi tengah luar bertambah lebar, 3 cincin tanduk.
Ø  7-8 tahun : bidang terasah pada gigi dalam tengah dan gigi tengah luar meliputi separuh dari bidang lidah, jumlah cincin tanduk 5-6 buah. Lebar gigi mulai terang.
Ø  10 tahun : bidang pergeseran berbentuk segi empat, kecuali pada gigi ujung, bintang gigi persegi empat pada gigi dalam dan gigi tengah bidang pergeseran mulai melekuk, jumlah cincin tanduk 8 buah.

Untuk domba/kambing

gigi kambing etawa

gigi seri kambing etawa


















III. METODE KERJA

A.    Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah pita ukur, pita rondo, timbangan, alat tulis, tali rafia, sapi dan kambing.

B.     Cara Kerja
1.      Mengamati seluruh bagian tubuh sapi-sapi kemudian tentukan tipe ternak tersebut
2.      Menimbang masing-masing bobot sapi dan kambing
3.      Melakukan pengukuran pada sapi jantan mengunakan pita ukur terhadap tinggi gumba, lingkar dada,  panjang badan dan lingkar testis
4.      Melakukan pengukuran pada sapi betina mengunakan pita ukur terhadap tinggi gumba, lingkar dada, dan  panjang badan
5.      Melakukan pengukuran pada kambing mengunakan pita ukur terhadap tinggi pundak, lingkar dada, panjang badan, tinggi pinggul, lebar pinggul, lebar dada, dalam dada, lebar badan,dan  panjang telinga
6.      Melakukan perhitungan pendugaan bobot badan dengan mengunakan rumus schorl, winter, lamboerne dan denmark
7.      Menentukan urutan sapi tipe potong yang terbaik







IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A.    Hasil Pengamatan

Tabel  1. Pengukuran sapi
No
Pengukuran
Sapi 1
Sapi 2
Sapi 3
1
Panjang badan
126 cm
122 cm
125 cm
2
Tinggi gumba
122 cm
115 cm
116 cm
3
Lingkar dada
147 cm
131 cm
142 cm
4
Lingkar testis
-
-
25 cm
5
Bobot badan
225 kg
193 kg
212 kg

Keterangan :
sapi 1 ð sapi betina, jenis PO, warna putih kehitaman, ada tanduk
sapi 2 ð sapi betina, warna putih, gigi tanggal 1, gigi yang besar ada 2
sapi 3 ð sapi jantan, warna coklat, gigi seri 2 pasang, umur 2 tahun.

Tabel 2. Pengukuran kambing
No
Pengukuran
Kambing
1
Panjang badan
57 cm
2
Tinggi pundak
64 cm
3
Tinggi pinggul
66 cm
4
Lebar pinggul
13 cm
5
Lebar dada
13 cm
6
Dalam dada
18 cm
7
Lebar badan
13 cm
8
Panjang telinga
25 cm
9
Lingkar dada
64 cm
10
Bobot badan
19,8 kg
Pendugaan bobot tubuh
Menggunakan rumus schoorl
Sapi 1
BB = (LD + 22) 2
              100
      = (147 + 22)2 = 285,61 kg
               100
Sapi 2
BB= (131 + 22)2 = 234,09 kg
               100
Sapi 3
BB = (142 + 22)2 = 268,96 kg
               100

Mengunakan rumus winter
BB = (LD)inci2x PB
                300
LD sapi 1 = 147 cm ð 57,87 inci
LD Sapi2 = 131 ð 51,57 inci
LD sapi 3 = 142 ð55,90 inci
PB sapi 1 = 126 cm ð49,60 inci
PB sapi 2=122 cm ð 48,03 inci
PB sapi 3 = 125 cm ð49,21 inci




SAPI 1
BB = 57,872x 49,6
                 300
      =553,6 pon = 251,1 kg

Sapi 2
BB = 51,572x48,03
                  300
      = 425 pon=192,7 kg
Sapi 3
BB = 55,902x49,21
                  300
      = 512,51 pon = 232,49 kg

Pendugaan bobot badan pada kambing
Menggunakan rumus school
BB= (LD+22)2
            100
      = (64+22)2
              100
      =73,96 kg
Menggunakan rumus winter
PB=57 cm =22,44 inci
LD = 64 cm = 25,19 inci
BB= LD2 x PB
             300
     = 25,192X 22,44
                300
      = 47,46 pon = 21,52 kg


B.     Pembahasan

Dalam pengukuran vital statistik, tidak semua bagian tubuh diukur tetapi hanya bagian tertentu saja seperti panjang badan, tinggi gumba, tinggi kemudi, lingkar dada, lebar dada, lebar kemudi dan dalam dada.

Dari hasil perhitungan bobot badan sapi dengan nomor sapi 1, 2, dan 3 diperoleh data bobot badan menggunakan rumus Schrool, dan Winter berturut-turut yaitu Schrool: 285,61 Kg, 234,09 Kg, dan 268,96 Kg. Winter: 251,1 Kg, 192,7 Kg, dan 232,49 Kg. Sedangkan dengan pengukuran dengan menimbang sapi, adalah: 225 Kg, 193 Kg, dan 212 Kg. Penyimpangan berat badan atara Schrool dengan penimbangan secara berturut-turut adalah: +28.89, +21,29, +28,28. Penyimpangan berat badan atara Winter dengan penimbangan secara berturut-turut adalah: +11,6, -0,15, +9,66.

Terjadinya perbedaan kedua rumus tersebut dikarenakan standarisasi pengukuran tiap-tiap wilayah (negara) sangat berbeda-beda satu dengan yang lainya, serta di Indonesia biasanya hasil perhitungan berat badan dengan rumus Winter  lebih mendekati ke sapi. Sedangkan pada hasil perhitungan berat badan dengan rumus Schoor lebih mendekati ke domba dan kambing.

Mengetahui ukuran tubuh ternak termasuk hal yang penting, karena dengan mengetahui ukuran-ukuran vital tubuh ternak kita dapat mengetahui apakah ternak tersebut bentuk tubuhnya normal atau tidak. Selain itu dengan mengetahui ukuran vital tubuh ternak, juga akan bermanfaat apabila kita akan membeli ternak. Sehingga ukuran vital tubuh ternak tadi dapat dijadikan sebagai pedoman untuk memilih ternak yang bentuk tubuhnya proporsional.

Menurut Soenarjo (1988), perkembangan (Development) yaitu adanya kerja sama dari proses tadi (sejak lahir hingga dewasa) sehingga ukuran-ukuran badan menunjukkan perubahan-perubahan bentuk sampai hewan tersebut dewasa. Korelasi (hubungan) yang dekat antara pertumbuhan dan perkembangan atau dengan kata lain ada korelasi antara berat badan dengan ukuran-ukuran badan. Misal lingkaran dada (chest girth) pada hewan yang sedang tumbuh. Dapat dikatakan bahwa setiap lingkar dada bertambah 1% berat badan tambah lebih kurang 3%.

Pendugaan umur untuk sapi:
o   Waktu dilahirkan : enam atau semua gigi seri sudah timbul, sebagian besar masih tertutup oleh gusi, terdapat sisi gerlach, gigi satu dan lainnya menutup seperti genting, tali pusar basah, bantalan telapat fostal masih melekat, kuku (tracak) belum memperlihatkan tanda-tanda pergeseran.
o   1,5 tahun : gigi seri susu dalam tanggal.
o   2 tahun 3 bulan : tanggalnya gigi susu dalam tengah
o   3 tahun : gigi lebar 6 buah tumbuh sempurna, 1 cincin tanduk terdapat dipangkal.
o   6 tahun : gigi ujung memperlihatkan tanda pergeseran, bidang terasah pada gigi dalam berurutan kegigi tengah luar bertambah lebar, 3 cincin tanduk.
o   4 tahun : pergantian gigi selesai, gigi ujung belum terasah, terdapat 2 cincin tanduk.
o   7-8 tahun : bidang terasah pada gigi dalam tengah dan gigi tengah luar meliputi separuh dari bidang lidah, jumlah cincin tanduk 5-6 buah. Lebar gigi mulai terang.
o   10 tahun : bidang pergeseran berbentuk segi empat, kecuali pada gigi ujung, bintang gigi persegi empat pada gigi dalam dan gigi tengah bidang pergeseran mulai melekuk, jumlah cincin tanduk 8 buah.

Pendugaan umur untuk kambing:
gigi seri kambing etawa



KESIMPULAN
Dari hasil pratikum pendugaan bobot badan sapi jantan PO maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.        Ukuran tubuh ternak seperti lingkar dada dan panjang badan dapat digunakan untuk menduga bobot badan suatu ternak;
2.        Pendugaan bobot badan sapi menggunakan rumus Denmark lebih mendekati kebenaran dibandingkan menggunakan rumus Schrool dan Winter;
3.        Terjadi korelasi antara ukuran tubuh ternak dengan bobot badan ternak. Pendugaan bobot badan menggunakan ukuran tubuh dapat dijadikan acuan untuk pemilihan bibit ternak.














                                
DAFTAR PUSTAKA





Sumber: Buku Petunjuk Praktis Menggemukkan Domba, Kambing, dan Sapi Potong



Tidak ada komentar:

Posting Komentar