PENETASAN
TELUR AYAM KAMPUNG
(Laporan Kunjungan Lapang Teknologi
Penetasan)
Oleh
Kurotul Aini 1014061074
Miranti Olivia 10140610xx
M. Fauzan 1014061013
Nano Setiono 1014061014
Silvia Wulandari 1014061082

JURUSAN
PETERNAKAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2012
DAFTAR
ISI
Hal
DAFTAR
ISI .......................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN ………………….................................................. 1
A. Latar
Belakang ……………………………………...................... 1
B. Tujuan …………………………………………….. .................. 2
C. Waktu
dan tempat ……………………………………….................. 2
II. GAMBARAN UMUM ……………………………...................... 3
III. TINJAUAN
PUSTAKA ……………………………….................. 5
IV. METODE
PRAKTIKUM ……………………………………........... 9
V. PEMBAHASAN ……..……………………………………............
10
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penetasan
telur merupakan suatu proses biologis yang kompleks berlangsung secara kontinue
dan berbeda waktu menetasnya untuk setiap spesies unggas. Waktu yang dibutuhkan
untuk menetaskan telur ayam selama 21 hari, ayam kampung dan kalkun 28 hari,
angsa 30 hari, puyuh 17— 18 hari, merpati 18—20 hari, dan burung mutiara 26
hari.
Pengoperasian
mesin tetas dan pelaksanaan harian penetasan sering diabaikan karena mudahnya,
padahal justru sangat besar pengaruhnya terhadap berhasil tidaknya penetasan.
Faktor yang terpenting dalam sistem kerja mesin tetas adalah pengaturan suhu,
kelembapan, sirkulasi udara, dan pemutaran telur di dalam mesin tetas
berpengaruh pada daya tetas telur.
Dewasa
memelihara ayam kampung tidaklah sesulit memelihara ayam yang masih kecil. Mudahnya,
cukup kita berikan pakan dan melakukan kontrol penyakit dapat dipastikan ayam
kampung sudah mampu berproduksi meskipun tidak menunjukkan produksi optimalnya.
Usaha penetasan ini dilakukan dengan menggunakan mesin
penetas bukan dengan cara alami menggunakan induk ayam, karena dari segi
ekonomis lebih memungkinkan dikembangkan sebagai sebuah usaha. Penetasan telur
ayam sebenarnya lebih mudah dibandingkan dengan penetasan telur ayam kampung,
pada penetasan telur ayam kampung diperlukan kelembaban udara yang lebih tinggi
sedangkan pada penetasan telur ayam lebih rendah. Dari segi waktu , telur ayam
akan menetas setelah dierami selama 21 hari sedangkan telur ayam kampung 28
hari. Dengan demikian dari segi biaya operasional akan lebih murah usaha
penetasan telur ayam ini. Sama dengan usaha penetasan telur ayam kampung, usaha
penetasan telur ayam dapat dilakukan sebagai usaha sampingan rumah tangga,
sebagai usaha dengan orientasi skala Usaha Kecil dan Menengah maupun usaha
besar. Akan tetapi kesemuanya itu harus dilakukan dengan baik dengan pendekatan
Majanemen Penetasan telur berbasis kualitas dan mutu yang baik. Ayam kampung
nampaknya lebih memiliki peluang usaha bagi kelompok usaha kecil, permintaan
daging ayam kampung dan telurnya juga cukup besar, tetapi pemain besar belum begitu
banyak terjun dalam bidang ini. Hal inilah yang menyebabkan kami mengambil kunjungan ke
penetasan ayam kampung karena permintaan daging ayam kampung dan
telurnya juga cukup besar, tetapi pemain besar belum begitu banyak terjun dalam
bidang ini.
B. Tujuan
Adapun
tujuan dari kegiatan kunjungan
lapangan ini diharapkan
1. Mahasiswa mengetahui cara menetaskan telur ayam kampung
2. Mahasiswa mampu melakukan penetasan secara buatan.
C. Waktu dan Tempat Kunjungan
Praktikum ini dilaksanakan pada :
Hari/ Tanggal : Kamis, 30 september 2012
Pukul :
10.00 s/d selesai
Tempat : RT 01/01
no.004B Desa
Sidodadi, Kecamatan Way Lima, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung
II. GAMBARAN UMUM
A. Lokasi Penetasan
Penetasan
telur ayam Kelompok
Peternak Rahayu merupakan kelompok peternak yang berlokasi di Desa Sidodadi,
Kecamatan Way Lima, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.
B. Sejarah dan Perkembangan Kelompok
Penetasan
telur ayam Kelompok
Peternak Rahayu ini berdiri pada 2010 yang merupakan
gagasan Bapak M. Yasri yang mengajukan proposal pada Dinas Peternakan setempat
untuk mendapatkan bantuan bibit, mesin tetas dan biaya pembangunan
kandang. Dari hasil pengajuan proposal
tersebut, kelompok peternak memperoleh bibit sebanyak 550 ekor dan 4 unit mesin
tetas. Pada awal terbentuknya, Kelompok Peternak
Rahayuberjumlah
20 orang, hingga sekarang jumlah anggota kelompok sebanyak 30 orang.
Kegiatan yang dilakukan meliputi pemberian pakan setiap hari,
pengumpulan telur pada pagi hari dan diserahkan ke koperasi telur milik
kelompok peternak setelah 3 hari telur terkumpul, serta melakukan penetasan
telur untuk memperbanyak populasi ternak dan memenuhi kebutuhan pasar akan day old chick (DOC) dan day old duck (DOD). Sistem pemeliharaan ayam kampung yang diterapkan di Kelompok Peternak Rahayuyaitu sistem semi
intensif. Rasio perkawinan jantan dan
betina yaitu 15:1 Ransum yang digunakan terdiri dari
dedak dan Jagung. Awalnya penetasan dilakukan hanya
menggunakan mesin tetas, namun hasilnya tidak pernah melebihi
50% telur yang menetas. Akhirnya mencobakan telur dengan mesin tetas dan ternyata 70-80% telur menetas. .Sampai saat ini kegiatan penetasan dilakukan
untuk memperbanyak populasi ternak milik anggota serta untuk memenuhi kebutuhan
day old chick
(DOC) dan day old duck (DOD) di pasaran
C. Kegiatan Usaha
Kegiatan usaha penetasan ini meliputi jual beli doc ayam kampung. Penjualan
doc menentukan kapasitas telur yang dibutuhkan. Biasanya telur- telur yang
sudah ditetaskan (DOC) dalam beberapa hari akan dibeli oleh peternak lain untuk
dijadikan sebagai bibit. Jadi pada penetasan ini, DOC tidak sempat dipasarkan,
tetapi karena besarnya permintaan banyak konsumen yang berkunjung untuk
langsung memesan DOC
III.
TINJAUAN PUSTAKA
Ayam kampung merupakan salah
satu jenis ternak
unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara. Bagi
masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing.
Istilah "Ayam kampung"
semula adalah kebalikan dari istilah "ayam ras", dan sebutan
ini mengacu pada ayam yang ditemukan berkeliaran bebas di sekitar perumahan.
Namun demikian, semenjak dilakukan program pengembangan, pemurnian, dan pemuliaan
beberapa ayam lokal unggul, saat ini dikenal pula beberapa ras unggul ayam
kampung. Untuk membedakannya kini dikenal istilah ayam buras (singkatan
dari "ayam bukan ras") bagi ayam kampung yang telah diseleksi dan
dipelihara dengan perbaikan teknik budidaya (tidak sekadar diumbar dan
dibiarkan mencari makan sendiri). Peternakan ayam buras mempunyai peranan yang
cukup besar dalam mendukung ekonomi masyarakat pedesaan karena memiliki daya
adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan pemeliharaannya relatif lebih
mudah.
(Andi, F. 1988)
Hal yang menentukan
keberhasilan penetasan diantaranya ialah sebagai berikut, Sumber Telur Tetas
ayam kampung jantan dan betina minimal 1 : 10, sebenarnya semakin sedikt betina
yang dikawini pejantan maka daya fertilitas akan semakin baik pula karen
konsentrasi sperma yang dihasilkan akan lebih optimal jika dibandingkan dengan
ratio 1:15.
Selanjutnya, Kebersihan kerabang
sangat berpengaruh dalam proses penetasan di mana kerabang telur yang
mengandung kotoran terutama fases itik merupakan sumber bakteri dan jamur yang
dapat masuk ke dalam telur yang akan menyerang embrio yang sedang berkembang
atau membuat telur menjadi busuk. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka sarang
atau tempat itik betelur harus dijaga kebersihannya terutama litter kandang.
Telur yang banyak kotorannya sebaiknya tidak ditetaskan tapi bila terpaksa
lakukan pembersihan menggunakan kain yang dibasahi air hangat dan dicampur
dengan deterjen telur atau pemutih pakaian cuci dengan dosis satu sendok makan
untuk satu liter air.
Bobot dan Bentuk Telur,
Kerabang telur harus dalam keadaan utuh, licin dan berbentuk oval atau bulat
telur. Bobot telur tetas yang normal antara 40g – 45g. Setelah selesai
melakukan seleksi, telur tetas siap untuk ditetaskan. Untuk telur tetas yang
memerlukan penyimpanan beberapa hari, ruang pendingin/tempat penyimpanan harus
bersuhu tidak lebih dari 18°C. Hal dimaksudkan agar embrio di dalam telur tidak
berkembang. Telur tetas sebaiknya tidak disimpan lebih dari 7 hari (dihitung
dari mulai ditelurkan) sebab penyimpanan yang terlalu lama akan menyebabkan bertambahnya
waktu menetas.
Proses Penetasan dalam mesin tetas, Sebelum
telur tetas di masukan ke dalam mesin tetas, pastikan bahwa keadaan mesin
tetas, peralatan penetasan dan kelengkapan mesin tetas sudah tersedia. Untuk
memperoleh hasil yang lebih baik, lakukan fumigasi/pengasapan baik untuk mesin
tetas maupun untuk telur yang akan ditetaskan.
Hal-hal penting yang harus
diperhatikan dalam proses penetasan antara lain suhu, kelembapan, serta waktu
penetasan. Suhu yang ideal untuk penetasan telur ayam kampung adalah 38°C
dengan kelembapan 65% – 80%. Adapun lamanya proses penetasan yang normal adalah
21 hari.
Selain hal-hal tersebut di atas,
tehnik atau cara menempatkan telur di rak mesin tetas, Peneropongan,
Pemutaran Telur, Ventilasi akan menentukan keberhasilan penetasan
(Edhysudjarwo, 2012)
Persiapan dalam usaha penatasan
telur ayam meliputi beberapa hal antara lain,
Persiapan Tempat, Tempat untuk penetasan diupayakan berada dalam ruangan yang tidak terkena panas matahari secara langsung dan tidak terkena angin yang dapat menyebabkan perubahan suhu secara mencolok. Selain itu diupayakan lingkungan tempat penetasan memiliki sanitasi yang bagus dan tidak mengandung bibit-bibit penyakit. Sanitasi yang buruk akan mempengaruhi prosentase penetasan. Persiapan Mesin Penetas, Pilihlah mesin penetas telur yang baik dan sesuai dengan kebutuhan. Mesin tetas yang baik adalah yang memiliki prosentase penetasan yang tinggi, walaupun prosentase penetasan yang tinggi tidak hanya dipengaruhi oleh mesin penetas saja, tetapi juga oleh bibit yang baik, pemeliharaan dan lain-lain. Mesin penetas telur juga harus disesuaikan dengan kebutuhan, jika kebutuhan penetasan telur hanya 100 butir per periode, tidak efektif kalau kita gunakan mesin penetas berkapasitas 500 butir. Memeriksa dengan seksama kelengkapan mesin tetas dan pastikan dapat beroperasi dengan baik dengan suhu dan kelembaban yang tepat sebelum telur dimasukkan. Suhu ideal ruang mesin tetas pada kisaran 38-40 derajat Celcius. Selain itu untuk persiapan Telur sebaiknya pilih telur dari kondisi yang memenuhi syarat dari sex ratio, berat telur dan kondisi telur.
Persiapan Tempat, Tempat untuk penetasan diupayakan berada dalam ruangan yang tidak terkena panas matahari secara langsung dan tidak terkena angin yang dapat menyebabkan perubahan suhu secara mencolok. Selain itu diupayakan lingkungan tempat penetasan memiliki sanitasi yang bagus dan tidak mengandung bibit-bibit penyakit. Sanitasi yang buruk akan mempengaruhi prosentase penetasan. Persiapan Mesin Penetas, Pilihlah mesin penetas telur yang baik dan sesuai dengan kebutuhan. Mesin tetas yang baik adalah yang memiliki prosentase penetasan yang tinggi, walaupun prosentase penetasan yang tinggi tidak hanya dipengaruhi oleh mesin penetas saja, tetapi juga oleh bibit yang baik, pemeliharaan dan lain-lain. Mesin penetas telur juga harus disesuaikan dengan kebutuhan, jika kebutuhan penetasan telur hanya 100 butir per periode, tidak efektif kalau kita gunakan mesin penetas berkapasitas 500 butir. Memeriksa dengan seksama kelengkapan mesin tetas dan pastikan dapat beroperasi dengan baik dengan suhu dan kelembaban yang tepat sebelum telur dimasukkan. Suhu ideal ruang mesin tetas pada kisaran 38-40 derajat Celcius. Selain itu untuk persiapan Telur sebaiknya pilih telur dari kondisi yang memenuhi syarat dari sex ratio, berat telur dan kondisi telur.
(http://teknologitepatguna.com)
Pemilihan telur tetas yang akan ditetaskan
penting dilakukan karena tidak semua telur-telur yang dihasilkan oleh ayam pembibit dapat menetas dengan sempurna. Ada beberapa syarat yang diperhatikan pada waktu
memilih telur tetas : seperti berat telur, bentuk telur, ruang udara dalam
telur, keadaan tempat penyiMpanan
telur tetas dan sifat dari induknya. Selain itu beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan telur tetas yaitu : bentuk telur, keadaan kulit telur,
kebersihan telur, ruang udara dalam telur dan umur telur. Faktor-faktor fisik
yanng menpengaruhi daya telur tetas adalah berat telur, bentuk telur, kualitas
kulit telur, warna kulit telur, kelembaaban, temperatur dan ventelasi mesin
tetas
(Djanah, 1985)
Untuk
mendapatkan daya tatas yang tinggi diperlukan telur-telur yang baru.
Penyinpanan telur tetas kurang dari tujuh hari, tinggi daya tetasnya, lebih
dari hari tersebut daya tetasnya menurun. Hal ini disebabkan telur terlalu
porius sehingga akan menpengaruhi penyerapan panas selama penetasan. Selain itu
temperatur dan kelembaban selama penetasan juga dapat menpegaruhi daya tetas.
Temperatur yang dibutuhkan berbagai unggas selama penetasan umumnya hampir sama
yaitu 38°-41° C dengan kelembaban 60°-70° %.
(Whendrato dan Madyana 1992).
Temparatur
merupakan faktor lilngkungan terpenting yang perlu diperhatikan. Untuk
memelihara telur tetas yang optimun, telur disimpan pada temparatur antara
10°-13º C. Tetapi walaupun demikian temparatur 14º C masih dapat diterima. Sedangkan
pengaruh penyinpanan telur tetas
selama 1-7 hari pada temperatur 15º-16º C daya tetasnya lebih baik dibandingkan
dengan disimpan selama 8-13 hari pada temperatur yang sama. Temperatur terbaik untuk menyinpan telur tetas adalah ±
14º C dengan kelembaban relatif ± 80 %.
( Setyowatio dan Budiarti, 1994)
IV.METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
Adapun
alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu :
1.
Ayam Kampung
2.
Telur ayam kampung
3.
Recording
4.
Buku dan Alat Tulis
B. Metode Kerja
Kegiatan ini dilakukannya pengumpulan data dengan melakukan
diskusi dan tanya jawab dengan peternak Ayam Kampung setempat berdasarkan informasi tentang seluruh kegiatan yang berkaitan
dengan usaha penetasan. Setelah itu
Melakukan pencatatan data dan melihat proses usaha penetasannya
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
|
Berat Telur
|
% RH
|
Suhu
|
Sex Ratio
|
|
40-45 gr
|
70 – 80 %
|
38- 39 °C
|
1: 15
|
Tabel 1. Seleksi dan Proses
Penetasan
|
Telur
|
Fertil
|
Menetas
|
|
300
|
240
|
210
|
Tabel 2. Hasil Penetasan
Proses Penetasan Telur Ayam
Proses penetasan telur ayam kampung dilakukan
selama 21 hari di antaranya pada
Hari ke-1:
Setelah sumber pemanas dihidupkan, pintu dan lubang
ventilasi dari mesin penetas ditutup rapat, jangan sekali-kali mencoba
membukanya dan suhu tetap dipertahankan 101°F (38,33°C). Aturan-aturan ini
berlaku dalam jangka waktu 48 jam atau Selama dua hari berturut-turut untuk
menekan seminimal mungkin perubahan temperatur udara.
Hari ke-2:
Mesin tetas tetap dalam kondisi tertutup rapat,
sementara suhu ruangan sama seperti pada hari pertama.
Hari ke-3:
Mulai dilakukan pemutaran telur dengan menggerakkan
handle rak putar ke depan atau kebelakang. Pemutaran telur dilakukan supaya
seluruh bagian telur mendapatkan panas secara merata. Hal ini sangat berguna
untuk meningkatkan daya tetas. Kegiatan pemutaran dikerjakan dua atau tiga kali
dalam sehari, masing-masing pada pukul 07.00, dan 19.00, atau pukul 07.00,
12.00 dan 19.00. Pemutaran telur dilakukan secara rutin setiap hari mulai hari
ketiga sampai hari ke17 dengan frekuensi yang sama.
Hari ke-4:
Kegiatan yang dilakukan meliputi pemutaran, dan
pembukaan lubang ventilasi selebar 1/4 bagian dan peningkatan suhu mesin
penetas menjadi 102°F (3 8,8°C). Baki perlu diperiksa, apakah air yang ada di
dalamnya masih cukup atau tidak.
Hari ke-5:
Kegiatan sama seperti hari ke-4, hanya saja lubang
ventilasi dibuka selebar 1/2 bagian.
Hari ke-6:
Lubang ventilasi dibuka 3/4 bagian. Mengenai kegiatan,
semuanya masih sama seperti han ke-5.
Hari ke-7:
Pemutaran telur tetap diläkukan tiga kali sehari. Pada
malam hari mulai melakukan peneropongan telur (candling) untuk mengetahui
keadaan di dalam telur. Mengapa harus malam hari? Sebab, pada waktu itulah
peneropongan dapat dilakukan secara maksimal mengingat kondisinya yang
berlawanan dengan sinar atau pencahayaan alat teropong. Bisa saja hal ini
dilakukan pada waktu siang, hanya saja akurasi pengamatan lebih rendah daripada
malam hari. Melalui peneropongan tersebut akan diketahui telur yang fertil,
telur kosong (infertil) dan kematian embrio di dalam telur. Telur yang fertil
dimasukkan kembali ke rak tetas, sedangkan telur yang embrionya mati harus
segera disingkirkan. Telur kosong masih dapat dimanfaatkan sebagai telur
konsumsi. Suhu dalam mesin penetas tetap dipertahankan 102°F (38,88°C), namun
lubang ventilasi dibuka seluruhnya. Kegiatan untuk
hari ke 8 sampai 13 sama halnya dengan perlakuan sebelumnya.
Hari ke-14:
Pada hari ke- 14, kembali dilakukan peneropongan telur
untuk mengetahui keadaan embrio di dalamnya. Embrio yang mati di dalam telur
langsung dikeluarkan, sehingga rak tetas hanya diisi telur dengan bibit yang
masih hidup saja. Namun jika masih ragu-ragu sebaiknya telur tetap biarkan
dalam mesin tetas sampai hari yang ke 21, karena pada hari ke 14 ini sulit
membedakan embrio yang hidup dan tidak, karena sama-sama tidak bergerak. Selain
peneropongan, semua kegiatan pada han ke- 14 ini sama dengan hari ke-13.
Hari ke-15:
Telur-telur tetas tetap diputar 3 kali sehari. Suhu
masih 103°F (39,44°C) dan lubang ventilasi juga tetap dibuka seluruhnya.
Hari ke-16:
Sama dengan kegiatan pada han ke-15.
Hari ke-17:
Semua kegiatan masih sama dengan yang dilakukan pada
hari ke- 16.
Hari ke-18:
Kegiatan pemutaran masih dilakukan, tetapi sesudahnya
tidak boleh dilakukan lagi hingga telur menetas. Memasuki hari ke-18 sampai 21,
telur mengalami masa kritis yang pada saat tersebut embrio mengalami perubahan
yang sangat cepat untuk menjadi anak ayam. Beberapa organ tubuh mulai tumbuh
sempurna, sehingga cukup peka terhadap perubahan temperatur udara luar. Suhu
dalam ruangan mesin tetas ditingkatkan menjadi 104°F(40°C).
Hari ke-19:
Sebagian telur mulai retak. Pada saat seperti ini
ruangan mesin penetas membutuhkan kelembaban yang lebih tinggi daripada hari-
hari sebelumnya.Untuk menciptakan suasana tersebut, kita dapat menambah volume
air pada baki. Suhu masih 104°F (40°C) dan lubang ventilasi tetap terbuka.
Hari ke-20 dan ke-21:
Seperti hari ke- 18 dan 19, maka pada hari ke-20. Suhu
dipertahankan pada skala 104°F (40°C). Proses pecahnya kulit telur terjadi pada
hari ke-20 dan ke-2 1. Anak ayam melalui paruhnya menekan ujung tumpul yakni
rongga udara, kemudian memperpanjang diri dan menggelembung. Akibatnya, kulit
telur menjadi sobek dan lama-kelamaan akan pecah. Dengan kekuatan sedikit demi
sedikit, ujung tumpul tadi akan terangkat dan kepala anak ayam tersebut
menyembul keluar.
B.
Pembahasan
Dari hasil proses penetasan telur ayam telah
dilakukan proses penetasan dengan benar dalam hal ini segala aspek
pengkondisian alat dan telur yang dipakai. Hal ini dibenarkan menurut (Whendrato dan Madyana 1992) untuk kondisi temperatur penetasan antara 38-41°C
dengan kelembapan 60-70 % hal tersebut telah bersesuaian dengan kondisi
penetasan. Untuk seleksi telur telah memenuhi kriteria karena menurut (Edhysudjarwo, 2012)
syarat bobot telur untuk ayam kampung berada dalam kisaran 40-45g.
Sedangkan
hasil dari proses penetasan sangat dikaitkan dengan fertilitas telur.
Fertilitas telur dapat diperoleh dari peneropongan atau candling dengan melihat
perkembangan embrio dalam telur. Dari pengamatan fertitas telur hanya 80%,
besarnya fertilitas dipengaruhi oleh kondisi sex ratio ayam yang hanya sebesar
1:15 hal ini tentunya akan menyebabkan penurunan daya tetas. Menurut
(edhysudjarwo,2012) Sumber Telur Tetas ayam kampung jantan dan
betina minimal 1 : 10, sebenarnya semakin sedikt betina yang dikawini pejantan
maka daya fertilitas akan semakin baik pula karen konsentrasi sperma yang
dihasilkan akan lebih optimal jika dibandingkan dengan ratio 1:15. Oleh karena
hal tersebut jika kita lihat dari dari 300 butir hanya sekitar 210 telur yang
dapat menetas.
Selain itu
dari data yang kami peroleh, pemeliharaan induk (parents stock) untuk kebutuhan
pakan hanya secara tradisional yakni indukan diberi pakan seadanya seperti
dedak dan jagung kemudian dilepaskan untuk mencari pakan. Kondisi tersebut
tentunya akan mempengaruhi fertilitas telur karena terkadang kebutuhan nutisi
tidak dapat terpenuhi.
Selain itu kondisi lingkungan dalam mesin tetas
yang terkadang dalam kondisi yang tidak setabil sering dialami pada penetasan
ini. Mesin yang bergantung pada listrik terkadang harus menggunakan lilin
karena pemadaman PLN, oleh karena hal tersebut lingkungan luar juga menentukan
keberhasilan embrion untuk berkembang dan menetas.
VI.
KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan ini dapat kita tarik kesimpulan bahwa :
1. Dalam penetasan ayam kampung secara keseluruhan
metodenya tidak jauh berbeda dengan
penetasan unggas lainya seperti dalam keadaan suhu, kelembapan, tetapi
hanya berbeda dalam seleksi telur dan waktu penetasan selama 21 hari
2. Kisaran rataan normal telur ayam kampung untuk
penetasan sebesar 40-45g dengan sex ratio induk 1:10
3. Fertilitas telur akan mempengaruhi hasil
penetasan, semakin besar fertilitasnya maka peluang telur menetas akan semakin
tinggi
4. Temperatur dalam mesin tetas menentukan kemempuan
perkembangan embrio ayam. Kisaran temperatur mesin tetas antara 38,3-39°C.
DAFTAR PUSTAKA
Andi, F. 1988. Beternak Ayam buras. Buku Panduan dan
Kumpulan Abstrak. Seminar Penelitian
Peternakan.Jawa Tengah
Djanah, 1985. Beternak Ayam dan Itik. Yasaguna. Jakarta.
Setyowatio, R. N. Dan Budiarti, A. 1994. Ayam Pelung. Penebar Swadaya, Jakarta.
Whendrato, I. Dan I. M. Madyana. 1992. Budidaya
Ayam Buras. Eka Offset, Semarang.
http://edhysudjarwounggas.lecture.ub.ac.id/ diakses pada hari senin, 22 oktober 2012 pukul 19.37
http://teknologitepatguna.com/analisis-usaha-penetasan-ayam-peluang-usaha-penetas-telur.html
diakses pada 14 oktober 2012 pukul 21:00
LAMPIRAN
|
|
|
|
|
|


