Selasa, 22 Oktober 2013

Swasembada Daging pada tahun 2014



Nama   : Silvia Wulandari
NPM   : 1014061082

Soal Kuis teknologi Feedlot 2013 ( dosen Dr. Didik Rudiono.,Ir.M.S )

Ø  Menurut anda, Bagaimana cara Indonesia mencapai Swasembada Daging pada tahun 2014? Jelaskan cara-cara anda?
Jawaban :
Swasembada daging pada tahun 2014 tujuan utamaya adalah untuk peningkatan pendapatan dan kesejahteraan peternak dan untuk memenuhi kebutuhan daging secara nasional.
Menurut saya, upaya-upaya atau cara-cara untuk mencapai swasembadadaging tahun 2014 yaitu :
1.      Dengan pemurnian sapi lokal pada daerah-daerah yang memiliki sumber bibit sapi lokal sehingga mutu genetiknya dapat dipertahankan
2.      Dengan melakukan pemetaan-pemetaan pada wilayah sumber bibit sapi lokal berdasarkan ekosistemnya atau agroekosistemnya
3.      Dengan pengembangan kawasan ataupun sentra produksi sapi lokal khususnya sapi bali yang telah  banyak di Indonenesia
4.      Deengan melakukan peningkatan produksi serta produktivitas sapi lokal dengan melakukan perbaikan mutu pada pakan , melakukan Teknologi IB serta melakukan intensifikasi kawin alam
5.      Bersama-sama dengan pemerintah, swasta serta masyarakat-masyarakat meningkatkan usaha pembibitan secara intensif


Minggu, 08 September 2013

PENETASAN TELUR AYAM KAMPUNG






PENETASAN TELUR AYAM KAMPUNG
(Laporan Kunjungan Lapang Teknologi Penetasan)






Oleh


Kurotul Aini                1014061074
Miranti Olivia              10140610xx
M. Fauzan                   1014061013
Nano Setiono              1014061014
Silvia Wulandari         1014061082




images.jpg



JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2012





DAFTAR ISI
Hal
DAFTAR ISI    ..........................................................................................      ii
I.     PENDAHULUAN   …………………..................................................      1
A.    Latar Belakang      ……………………………………......................      1
B.     Tujuan       ……………………………………………..  ..................      2
C.     Waktu dan tempat ………………………………………..................     2

II.    GAMBARAN UMUM      ……………………………......................      3
III.   TINJAUAN PUSTAKA    ………………………………..................      5
IV.   METODE PRAKTIKUM ……………………………………...........      9
V.      PEMBAHASAN   ……..……………………………………............      10





I.     PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang

Penetasan telur merupakan suatu proses biologis yang kompleks berlangsung secara kontinue dan berbeda waktu menetasnya untuk setiap spesies unggas. Waktu yang dibutuhkan untuk menetaskan telur ayam selama 21 hari, ayam kampung dan kalkun 28 hari, angsa 30 hari, puyuh 17— 18 hari, merpati 18—20 hari, dan burung mutiara 26 hari.
Pengoperasian mesin tetas dan pelaksanaan harian penetasan sering diabaikan karena mudahnya, padahal justru sangat besar pengaruhnya terhadap berhasil tidaknya penetasan. Faktor yang terpenting dalam sistem kerja mesin tetas adalah pengaturan suhu, kelembapan, sirkulasi udara, dan pemutaran telur di dalam mesin tetas berpengaruh pada daya tetas telur.

Dewasa memelihara ayam kampung tidaklah sesulit memelihara ayam yang masih kecil. Mudahnya, cukup kita berikan pakan dan melakukan kontrol penyakit dapat dipastikan ayam kampung sudah mampu berproduksi meskipun tidak menunjukkan produksi optimalnya. Usaha penetasan ini dilakukan dengan menggunakan mesin penetas bukan dengan cara alami menggunakan induk ayam, karena dari segi ekonomis lebih memungkinkan dikembangkan sebagai sebuah usaha. Penetasan telur ayam sebenarnya lebih mudah dibandingkan dengan penetasan telur ayam kampung, pada penetasan telur ayam kampung diperlukan kelembaban udara yang lebih tinggi sedangkan pada penetasan telur ayam lebih rendah. Dari segi waktu , telur ayam akan menetas setelah dierami selama 21 hari sedangkan telur ayam kampung 28 hari. Dengan demikian dari segi biaya operasional akan lebih murah usaha penetasan telur ayam ini. Sama dengan usaha penetasan telur ayam kampung, usaha penetasan telur ayam dapat dilakukan sebagai usaha sampingan rumah tangga, sebagai usaha dengan orientasi skala Usaha Kecil dan Menengah maupun usaha besar. Akan tetapi kesemuanya itu harus dilakukan dengan baik dengan pendekatan Majanemen Penetasan telur berbasis kualitas dan mutu yang baik. Ayam kampung nampaknya lebih memiliki peluang usaha bagi kelompok usaha kecil, permintaan daging ayam kampung dan telurnya juga cukup besar, tetapi pemain besar belum begitu banyak terjun dalam bidang ini. Hal inilah  yang menyebabkan kami mengambil kunjungan ke penetasan ayam kampung karena permintaan daging ayam kampung dan telurnya juga cukup besar, tetapi pemain besar belum begitu banyak terjun dalam bidang ini.

B.     Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan kunjungan lapangan ini diharapkan
1.      Mahasiswa mengetahui cara menetaskan telur ayam kampung
2.      Mahasiswa mampu melakukan penetasan secara buatan.

C.     Waktu dan Tempat Kunjungan
Praktikum ini dilaksanakan pada :
Hari/ Tanggal  : Kamis, 30 september 2012
Pukul               : 10.00 s/d selesai
Tempat            : RT 01/01 no.004B Desa Sidodadi, Kecamatan Way Lima, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung





II.       GAMBARAN UMUM


A.    Lokasi Penetasan
Penetasan telur ayam Kelompok Peternak Rahayu merupakan kelompok peternak yang berlokasi di Desa Sidodadi, Kecamatan Way Lima, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung.

B.     Sejarah dan Perkembangan Kelompok
Penetasan telur ayam Kelompok Peternak Rahayu ini berdiri pada 2010 yang merupakan gagasan Bapak M. Yasri yang mengajukan proposal pada Dinas Peternakan setempat untuk mendapatkan bantuan bibit, mesin tetas dan biaya pembangunan kandang.  Dari hasil pengajuan proposal tersebut, kelompok peternak memperoleh bibit sebanyak 550 ekor dan 4 unit mesin tetas. Pada awal terbentuknya, Kelompok Peternak Rahayuberjumlah 20 orang, hingga sekarang jumlah anggota kelompok sebanyak  30 orang.  Kegiatan yang dilakukan meliputi pemberian pakan setiap hari, pengumpulan telur pada pagi hari dan diserahkan ke koperasi telur milik kelompok peternak setelah 3 hari telur terkumpul, serta melakukan penetasan telur untuk memperbanyak populasi ternak dan memenuhi kebutuhan pasar akan day old chick (DOC) dan day old duck (DOD). Sistem pemeliharaan ayam kampung yang diterapkan di Kelompok Peternak Rahayuyaitu sistem semi intensif.  Rasio perkawinan jantan dan betina yaitu 15:1 Ransum yang digunakan terdiri dari dedak dan Jagung. Awalnya penetasan dilakukan hanya menggunakan mesin tetas, namun hasilnya tidak pernah melebihi 50% telur yang menetas. Akhirnya mencobakan telur dengan mesin tetas dan ternyata 70-80% telur menetas.  .Sampai saat ini kegiatan penetasan dilakukan untuk memperbanyak populasi ternak milik anggota serta untuk memenuhi kebutuhan day old chick (DOC) dan day old duck (DOD)  di pasaran

C.     Kegiatan Usaha
Kegiatan usaha penetasan ini meliputi jual beli doc ayam kampung. Penjualan doc menentukan kapasitas telur yang dibutuhkan. Biasanya telur- telur yang sudah ditetaskan (DOC) dalam beberapa hari akan dibeli oleh peternak lain untuk dijadikan sebagai bibit. Jadi pada penetasan ini, DOC tidak sempat dipasarkan, tetapi karena besarnya permintaan banyak konsumen yang berkunjung untuk langsung memesan DOC










III.             TINJAUAN PUSTAKA

Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara. Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing.
Istilah "Ayam kampung" semula adalah kebalikan dari istilah "ayam ras", dan sebutan ini mengacu pada ayam yang ditemukan berkeliaran bebas di sekitar perumahan. Namun demikian, semenjak dilakukan program pengembangan, pemurnian, dan pemuliaan beberapa ayam lokal unggul, saat ini dikenal pula beberapa ras unggul ayam kampung. Untuk membedakannya kini dikenal istilah ayam buras (singkatan dari "ayam bukan ras") bagi ayam kampung yang telah diseleksi dan dipelihara dengan perbaikan teknik budidaya (tidak sekadar diumbar dan dibiarkan mencari makan sendiri). Peternakan ayam buras mempunyai peranan yang cukup besar dalam mendukung ekonomi masyarakat pedesaan karena memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan pemeliharaannya relatif lebih mudah.  
(Andi, F. 1988)
Hal yang menentukan keberhasilan penetasan diantaranya ialah sebagai berikut, Sumber Telur Tetas ayam kampung jantan dan betina minimal 1 : 10, sebenarnya semakin sedikt betina yang dikawini pejantan maka daya fertilitas akan semakin baik pula karen konsentrasi sperma yang dihasilkan akan lebih optimal jika dibandingkan dengan ratio 1:15.
Selanjutnya, Kebersihan kerabang sangat berpengaruh dalam proses penetasan di mana kerabang telur yang mengandung kotoran terutama fases itik merupakan sumber bakteri dan jamur yang dapat masuk ke dalam telur yang akan menyerang embrio yang sedang berkembang atau membuat telur menjadi busuk. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka sarang atau tempat itik betelur harus dijaga kebersihannya terutama litter kandang. Telur yang banyak kotorannya sebaiknya tidak ditetaskan tapi bila terpaksa lakukan pembersihan menggunakan kain yang dibasahi air hangat dan dicampur dengan deterjen telur atau pemutih pakaian cuci dengan dosis satu sendok makan untuk satu liter air.
Bobot dan Bentuk Telur, Kerabang telur harus dalam keadaan utuh, licin dan berbentuk oval atau bulat telur. Bobot telur tetas yang normal antara 40g – 45g. Setelah selesai melakukan seleksi, telur tetas siap untuk ditetaskan. Untuk telur tetas yang memerlukan penyimpanan beberapa hari, ruang pendingin/tempat penyimpanan harus bersuhu tidak lebih dari 18°C. Hal dimaksudkan agar embrio di dalam telur tidak berkembang. Telur tetas sebaiknya tidak disimpan lebih dari 7 hari (dihitung dari mulai ditelurkan) sebab penyimpanan yang terlalu lama akan menyebabkan bertambahnya waktu menetas.
Proses  Penetasan dalam mesin tetas, Sebelum telur tetas di masukan ke dalam mesin tetas, pastikan bahwa keadaan mesin tetas, peralatan penetasan dan kelengkapan mesin tetas sudah tersedia. Untuk memperoleh hasil yang lebih baik, lakukan fumigasi/pengasapan baik untuk mesin tetas maupun untuk telur yang akan ditetaskan.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam proses penetasan antara lain suhu, kelembapan, serta waktu penetasan. Suhu yang ideal untuk penetasan telur ayam kampung adalah 38°C dengan kelembapan 65% – 80%. Adapun lamanya proses penetasan yang normal adalah 21 hari.
Selain hal-hal tersebut di atas, tehnik atau cara menempatkan telur di rak mesin tetas, Peneropongan, Pemutaran Telur, Ventilasi akan menentukan keberhasilan penetasan
(Edhysudjarwo, 2012)

Persiapan dalam usaha penatasan telur ayam meliputi beberapa hal antara lain,
Persiapan Tempat, Tempat untuk penetasan diupayakan berada dalam ruangan yang tidak terkena panas matahari secara langsung dan tidak terkena angin yang dapat menyebabkan perubahan suhu secara mencolok. Selain itu diupayakan lingkungan tempat penetasan memiliki sanitasi yang bagus dan tidak mengandung bibit-bibit penyakit. Sanitasi yang buruk akan mempengaruhi prosentase penetasan. Persiapan Mesin Penetas, Pilihlah mesin penetas telur yang baik dan sesuai dengan kebutuhan. Mesin tetas yang baik adalah yang memiliki prosentase penetasan yang tinggi, walaupun prosentase penetasan yang tinggi tidak hanya dipengaruhi oleh mesin penetas saja, tetapi juga oleh bibit yang baik, pemeliharaan dan lain-lain. Mesin penetas telur juga harus disesuaikan dengan kebutuhan, jika kebutuhan penetasan telur hanya 100 butir per periode, tidak efektif kalau kita gunakan mesin penetas berkapasitas 500 butir. Memeriksa  dengan seksama kelengkapan mesin tetas dan pastikan dapat beroperasi dengan baik dengan suhu dan kelembaban yang tepat sebelum telur dimasukkan. Suhu ideal ruang mesin tetas pada kisaran 38-40 derajat Celcius. Selain itu untuk persiapan Telur sebaiknya pilih telur dari kondisi yang memenuhi syarat dari sex ratio, berat telur dan kondisi telur.
(http://teknologitepatguna.com)

Pemilihan telur tetas yang akan ditetaskan penting dilakukan karena tidak semua telur-telur yang dihasilkan oleh ayam pembibit dapat menetas dengan sempurna. Ada  beberapa syarat yang diperhatikan pada waktu memilih telur tetas : seperti berat telur, bentuk telur, ruang udara dalam telur, keadaan tempat penyiMpanan telur tetas dan sifat dari induknya. Selain itu  beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan telur tetas yaitu : bentuk telur, keadaan kulit telur, kebersihan telur, ruang udara dalam telur dan umur telur. Faktor-faktor fisik yanng menpengaruhi daya telur tetas adalah berat telur, bentuk telur, kualitas kulit telur, warna kulit telur, kelembaaban, temperatur dan ventelasi mesin tetas
(Djanah, 1985)

Untuk mendapatkan daya tatas yang tinggi diperlukan telur-telur yang baru. Penyinpanan telur tetas kurang dari tujuh hari, tinggi daya tetasnya, lebih dari hari tersebut daya tetasnya menurun. Hal ini disebabkan telur terlalu porius sehingga akan menpengaruhi penyerapan panas selama penetasan. Selain itu temperatur dan kelembaban selama penetasan juga dapat menpegaruhi daya tetas. Temperatur yang dibutuhkan berbagai unggas selama penetasan umumnya hampir sama yaitu 38°-41° C dengan kelembaban 60°-70° %.
 (Whendrato dan Madyana 1992).
Temparatur merupakan faktor lilngkungan terpenting yang perlu diperhatikan. Untuk memelihara telur tetas yang optimun, telur disimpan pada temparatur antara 10°-13º C. Tetapi walaupun demikian temparatur 14º C masih dapat diterima. Sedangkan pengaruh penyinpanan telur tetas selama 1-7 hari pada temperatur 15º-16º C daya tetasnya lebih baik dibandingkan dengan disimpan selama 8-13 hari pada temperatur yang sama. Temperatur  terbaik untuk menyinpan telur tetas adalah ± 14º C dengan kelembaban relatif ± 80 %.
( Setyowatio dan Budiarti, 1994)












IV.METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu :
1.      Ayam Kampung
2.      Telur ayam kampung
3.      Recording
4.      Buku dan Alat Tulis

B.  Metode Kerja

Kegiatan ini dilakukannya pengumpulan data dengan melakukan diskusi dan tanya jawab dengan peternak Ayam Kampung setempat berdasarkan informasi tentang seluruh kegiatan yang berkaitan dengan usaha penetasan. Setelah itu
Melakukan pencatatan data dan melihat proses usaha penetasannya



V.    HASIL DAN PEMBAHASAN


A.                Hasil Pengamatan

Berat Telur
% RH
Suhu
Sex Ratio
40-45 gr
70 – 80 %
38- 39 °C
1: 15
  Tabel 1. Seleksi dan Proses Penetasan         

Telur
Fertil
Menetas
300
240
210




Tabel 2. Hasil Penetasan


Proses Penetasan Telur Ayam
Proses penetasan telur ayam kampung dilakukan selama 21 hari di antaranya pada
Hari ke-1:
Setelah sumber pemanas dihidupkan, pintu dan lubang ventilasi dari mesin penetas ditutup rapat, jangan sekali-kali mencoba membukanya dan suhu tetap dipertahankan 101°F (38,33°C). Aturan-aturan ini berlaku dalam jangka waktu 48 jam atau Selama dua hari berturut-turut untuk menekan seminimal mungkin perubahan temperatur udara.
Hari ke-2:
Mesin tetas tetap dalam kondisi tertutup rapat, sementara suhu ruangan sama seperti pada hari pertama.
Hari ke-3:
Mulai dilakukan pemutaran telur dengan menggerakkan handle rak putar ke depan atau kebelakang. Pemutaran telur dilakukan supaya seluruh bagian telur mendapatkan panas secara merata. Hal ini sangat berguna untuk meningkatkan daya tetas. Kegiatan pemutaran dikerjakan dua atau tiga kali dalam sehari, masing-masing pada pukul 07.00, dan 19.00, atau pukul 07.00, 12.00 dan 19.00. Pemutaran telur dilakukan secara rutin setiap hari mulai hari ketiga sampai hari ke17 dengan frekuensi yang sama.
Hari ke-4:
Kegiatan yang dilakukan meliputi pemutaran, dan pembukaan lubang ventilasi selebar 1/4 bagian dan peningkatan suhu mesin penetas menjadi 102°F (3 8,8°C). Baki perlu diperiksa, apakah air yang ada di dalamnya masih cukup atau tidak.
Hari ke-5:
Kegiatan sama seperti hari ke-4, hanya saja lubang ventilasi dibuka selebar 1/2 bagian.
Hari ke-6:
Lubang ventilasi dibuka 3/4 bagian. Mengenai kegiatan, semuanya masih sama seperti han ke-5.
Hari ke-7:
Pemutaran telur tetap diläkukan tiga kali sehari. Pada malam hari mulai melakukan peneropongan telur (candling) untuk mengetahui keadaan di dalam telur. Mengapa harus malam hari? Sebab, pada waktu itulah peneropongan dapat dilakukan secara maksimal mengingat kondisinya yang berlawanan dengan sinar atau pencahayaan alat teropong. Bisa saja hal ini dilakukan pada waktu siang, hanya saja akurasi pengamatan lebih rendah daripada malam hari. Melalui peneropongan tersebut akan diketahui telur yang fertil, telur kosong (infertil) dan kematian embrio di dalam telur. Telur yang fertil dimasukkan kembali ke rak tetas, sedangkan telur yang embrionya mati harus segera disingkirkan. Telur kosong masih dapat dimanfaatkan sebagai telur konsumsi. Suhu dalam mesin penetas tetap dipertahankan 102°F (38,88°C), namun lubang ventilasi dibuka seluruhnya. Kegiatan untuk hari ke 8 sampai 13 sama halnya dengan perlakuan sebelumnya.
Hari ke-14:
Pada hari ke- 14, kembali dilakukan peneropongan telur untuk mengetahui keadaan embrio di dalamnya. Embrio yang mati di dalam telur langsung dikeluarkan, sehingga rak tetas hanya diisi telur dengan bibit yang masih hidup saja. Namun jika masih ragu-ragu sebaiknya telur tetap biarkan dalam mesin tetas sampai hari yang ke 21, karena pada hari ke 14 ini sulit membedakan embrio yang hidup dan tidak, karena sama-sama tidak bergerak. Selain peneropongan, semua kegiatan pada han ke- 14 ini sama dengan hari ke-13.
Hari ke-15:
Telur-telur tetas tetap diputar 3 kali sehari. Suhu masih 103°F (39,44°C) dan lubang ventilasi juga tetap dibuka seluruhnya.
Hari ke-16:
Sama dengan kegiatan pada han ke-15.
Hari ke-17:
Semua kegiatan masih sama dengan yang dilakukan pada hari ke- 16.
Hari ke-18:
Kegiatan pemutaran masih dilakukan, tetapi sesudahnya tidak boleh dilakukan lagi hingga telur menetas. Memasuki hari ke-18 sampai 21, telur mengalami masa kritis yang pada saat tersebut embrio mengalami perubahan yang sangat cepat untuk menjadi anak ayam. Beberapa organ tubuh mulai tumbuh sempurna, sehingga cukup peka terhadap perubahan temperatur udara luar. Suhu dalam ruangan mesin tetas ditingkatkan menjadi 104°F(40°C).
Hari ke-19:
Sebagian telur mulai retak. Pada saat seperti ini ruangan mesin penetas membutuhkan kelembaban yang lebih tinggi daripada hari- hari sebelumnya.Untuk menciptakan suasana tersebut, kita dapat menambah volume air pada baki. Suhu masih 104°F (40°C) dan lubang ventilasi tetap terbuka.
Hari ke-20 dan ke-21:
Seperti hari ke- 18 dan 19, maka pada hari ke-20. Suhu dipertahankan pada skala 104°F (40°C). Proses pecahnya kulit telur terjadi pada hari ke-20 dan ke-2 1. Anak ayam melalui paruhnya menekan ujung tumpul yakni rongga udara, kemudian memperpanjang diri dan menggelembung. Akibatnya, kulit telur menjadi sobek dan lama-kelamaan akan pecah. Dengan kekuatan sedikit demi sedikit, ujung tumpul tadi akan terangkat dan kepala anak ayam tersebut menyembul keluar.


B.                 Pembahasan

Dari hasil proses penetasan telur ayam telah dilakukan proses penetasan dengan benar dalam hal ini segala aspek pengkondisian alat dan telur yang dipakai. Hal ini dibenarkan menurut (Whendrato dan Madyana 1992) untuk kondisi temperatur penetasan antara 38-41°C dengan kelembapan 60-70 % hal tersebut telah bersesuaian dengan kondisi penetasan. Untuk seleksi telur telah memenuhi kriteria karena menurut (Edhysudjarwo, 2012) syarat bobot telur untuk ayam kampung berada dalam kisaran 40-45g.

Sedangkan hasil dari proses penetasan sangat dikaitkan dengan fertilitas telur. Fertilitas telur dapat diperoleh dari peneropongan atau candling dengan melihat perkembangan embrio dalam telur. Dari pengamatan fertitas telur hanya 80%, besarnya fertilitas dipengaruhi oleh kondisi sex ratio ayam yang hanya sebesar 1:15 hal ini tentunya akan menyebabkan penurunan daya tetas. Menurut (edhysudjarwo,2012) Sumber Telur Tetas ayam kampung jantan dan betina minimal 1 : 10, sebenarnya semakin sedikt betina yang dikawini pejantan maka daya fertilitas akan semakin baik pula karen konsentrasi sperma yang dihasilkan akan lebih optimal jika dibandingkan dengan ratio 1:15. Oleh karena hal tersebut jika kita lihat dari dari 300 butir hanya sekitar 210 telur yang dapat menetas.
Selain itu dari data yang kami peroleh, pemeliharaan induk (parents stock) untuk kebutuhan pakan hanya secara tradisional yakni indukan diberi pakan seadanya seperti dedak dan jagung kemudian dilepaskan untuk mencari pakan. Kondisi tersebut tentunya akan mempengaruhi fertilitas telur karena terkadang kebutuhan nutisi tidak dapat terpenuhi.
Selain itu kondisi lingkungan dalam mesin tetas yang terkadang dalam kondisi yang tidak setabil sering dialami pada penetasan ini. Mesin yang bergantung pada listrik terkadang harus menggunakan lilin karena pemadaman PLN, oleh karena hal tersebut lingkungan luar juga menentukan keberhasilan embrion untuk berkembang dan menetas.






VI.             KESIMPULAN

Dari hasil kegiatan ini dapat kita tarik kesimpulan bahwa :
1.      Dalam penetasan ayam kampung secara keseluruhan metodenya tidak jauh berbeda dengan  penetasan unggas lainya seperti dalam keadaan suhu, kelembapan, tetapi hanya berbeda dalam seleksi telur dan waktu penetasan selama 21 hari

2.      Kisaran rataan normal telur ayam kampung untuk penetasan sebesar 40-45g dengan sex ratio induk 1:10

3.      Fertilitas telur akan mempengaruhi hasil penetasan, semakin besar fertilitasnya maka peluang telur menetas akan semakin tinggi

4.      Temperatur  dalam mesin tetas menentukan kemempuan perkembangan embrio ayam. Kisaran temperatur mesin tetas antara 38,3-39°C.









DAFTAR PUSTAKA

Andi, F. 1988. Beternak Ayam buras. Buku Panduan dan Kumpulan Abstrak. Seminar Penelitian Peternakan.Jawa Tengah
Djanah, 1985. Beternak Ayam dan Itik. Yasaguna. Jakarta.
Setyowatio, R. N. Dan Budiarti, A. 1994. Ayam Pelung. Penebar Swadaya, Jakarta.
Whendrato, I. Dan I. M. Madyana. 1992. Budidaya Ayam Buras. Eka Offset, Semarang.

http://edhysudjarwounggas.lecture.ub.ac.id/ diakses pada hari senin, 22 oktober 2012 pukul 19.37






LAMPIRAN

Hari Ke 1

 
Hari Ke 3

 
Photobucket   Photobucket

Hari Ke 18

 
Hari Ke 19
 
Photobucket   Photobucket

Hari ke 21
 
Proses PengCandlingan
 
http://htmlimg2.scribdassets.com/595zh8jv0g1c345m/images/11-004b0aacd1.jpg   http://tonytaufik.files.wordpress.com/2009/01/11-09-09_mulaipecah.jpg?w=180&h=135